UnLucky Day

17.2K 1K 6
                                    

Happy Reading ^-^

Andine berjalan keluar dari lobby itu menuju kesebuah jalan. Andine menghentikan sebuah taksi dan saat dirinya ingin membuka pintu mobilnya, ponsel dalam sakunya berbunyi. Dirinya pun mengangkat panggilan tersebut sembari masuk kedalam taksi.

"Halo.." Sapa Andine pada pemanggil diseberang sana.

"Andine.."

Andine terkejut mendengar suara ayahnya seperti seseorang yang sedang menangis.

"Dad, what happened?" Tanya Andine khawatir.

Namun bukan ayahnya yang menjawab pertanyaannya, melainkan suara ibunya yang terdengar tak jauh beda seperti ayahnya.

"Andine, kau harus pulang sekarang." Ujar ibunya.

"I-iya Mom. Aku pulang sekarang."

Andine pun mematikan panggilan teleponnya dan menyuruh sopir taksinya untuk menuju kearah rumahnya.
Ini pertama kalinya dirinya mendapatkan telepon dari kedua orang tuanya dan mereka menangis. Kedua orang tuanya tak pernah menangis didepannya. Lalu apa yang terjadi? Kenapa kedua orang tuanya menelopon dan menangis? Sepanjang jalan pikiran Andine tak tenang sama sekali.

Sekitar tiga puluh menit akhirnya Andine tiba didepan rumahnya. Saat dia keluar dari dalam taksi, dirinya diam membisu melihat selembar kertas yang terpampang dipagar besi depan halaman rumahnya. Dirinya bingung melihat tulisan dalam kertas itu. Bukan. Maksudnya apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba kalimat "RUMAH INI DISITA" terpampang jelas didepan matanya?. Padahal setahu Andine perusahaan yang dimiliki ayahnya tidak mengalami pailed mendadak seperti itu. Rumahnya memang tak sebesar mansion atau rumah besar yang biasanya. Hanya halaman depan dan beberapa halaman belakang yang menjadi taman buatannya saja serta ukuran rumah yang tidak terlalu besar. Semua pikiran buruk sudah memenuhi otaknya.

Andine pun berjalan menyusuri halaman rumahnya dan masuk kedalam rumah dengan perasaan was-was. Pintu rumahnya tak terkunci dan sedikit terbuka. Perlahan Andine membuka pintu rumahnya dan berjalan masuk. Isak tangis sudah memenuhi indra pendengarannya, Andine pun berlari menuju ruang tengah. Dilihatnya ayah dan ibunya sedang duduk disofa merah berbahan beludru.

"Mommy..Daddy.."

Andine langsung berlari dan menghampiri kedua orang tuanya. Dirinya berjongkok didepan kedua orang tuanya. Kedua tangannya merangkul kedua orang tuanya.

"Dad..apa yang terjadi? Ada apa dengan rumah kita?" Tanya Andine bingung.

Kedua orang tuanya terlihat sangat menyedihkan. Kedua pipi mereka sudah basah dengan air mata.

"Dad..jawab aku!" Sentak Andine.

Suara Andine bergetar. Kedua bola matanya sudah memanas. Melihat keadaan yang ada didepan matanya, membuatnya bingung.

"Perusahaan kita mengalami pailed. Sekarang kita sudah tak punya apa-apa, Andine." Jawab Mr. Baneed.

Andine terkejut mendengar jawaban atas pertanyaannya, "Ap-apa?! Daddy, bagaimana bisa itu terjadi?"

"Daddy juga tidak tahu, Andine. Tiba-tiba semuanya hilang dalam sekejap. Semua investor sudah memutuskan kerjasamanya terhadap kita. Bahkan butik kamu--"

Mr. Banned terlihat tak sanggup untuk melanjutkan ucapannya, dirinya bingung bagaimana mengatakannya pada anak pertamanya itu. Memang semua yang terjadi seperti mimpi buruk bagi mereka. Bahkan Mr. Banned pun tak tahu bagaimana bisa semua asset keluarganya bisa hilang begitu saja tak tersisa, bahkan butik milik Andine yang sudah dijalankannya selama kurang lebih dua tahun dari hasil kerja kerasnya sendiri selama ini hilang begitu saja.

Men In Suit [TB#1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang