BTS FANFICTION (방탄소년단의 팬픽션)

#TYPE - BTS

BTS❤YOU
Romance - Fluff - Slice of Life

"Everyone has their ideal type..."

.

.

.

"Seorang gadis yang terlihat keren  walau hanya memakai kaos putih, jeans, dan converse high merah."

Aku memutar bola mataku malas.

"Ya ya. Sudah dipastikan gadis seperti itu akan membuatmu jatuh cinta."

Sepertinya aku salah membuat pertanyaan.

Kami tengah uring-uringan di sofa sambil menonton acara sore yang sebenarnya tak menarik sama sekali.

Hanya saja agar ruangan tidak hening. Jadilah, televisi itu yang menonton kami.

NamJoon berbaring dengan pahaku sebagai bantalnya.

"Oh iya! Aku juga suka gadis seksi dan bersuara indah."

Aku menatap ke bawah (ke dadaku) yang jujur saja ukurannya sangat biasa. Aku mendengus pelan seraya mendorong tubuh NamJoon hingga terjatuh dari sofa.

"Aw! Sayang, apa yang kau lakukan? Sakit tahu!!!" NamJoon mengelus bokongnya. Ia bangkit, lalu duduk di sampingku.

"Lalu, kenapa kau memilihku?! Aku mungkin masuk tipe yang pertama. Tapi, bertubuh seksi dan bersuara indah? Ayolah, tubuhku hanya seperti papan skateboard dan ibuku akan menyiramku dengan minyak panas jika aku bernyanyi di depannya!"

Aku mengoceh panjang lebar. Mendecak sebal saat NamJoon malah tersenyum usil padaku.

"The heart wants what it wants, there's no logic to these thing. You meet someone and you fall in love and that's that."

Aku terdiam mendengar kalimatnya.

NamJoon mengelus rambut panjangku pelan, "Kenapa? Kau terharu dengan kata-kataku?"

"Aku tidak mengerti, bodoh!" Aku memukul bahu NamJoon kuat.

Pria itu menghela napas. Wajahnya mendekat. Ia mengecup bibirku cepat.

"Nah! Kau mengerti sekarang?"

Aku mengangguk. NamJoon terkekeh pelan, sebelum akhirnya aku kembali merasakan rasa manis dari bibirnya.

Ya. Kau hanya cukup mengungkapkannya dengan tindakan, tak perlu dengan kata-kata manis.

---

"Kau bilang kau suka gadis yang hobi membaca?! Cih!"

HoSeok membuka bungkus eskrim corong yang barusaja ia beli, lalu menggigit ujungnya perlahan.

Angin sore berhembus pelan, menerbangkan anak rambutku yang tergerai.

Duduk di bangku taman sambil memakan eskrim adalah yang terbaik.

"Kenapa?" HoSeok memandangku. Tangannya terulur mengusap ujung bibirku yang terkena eskrim.

"Kau saja tidak suka membaca." Aku mendengus.

"Tapi, ayahku guru sastra. Jadi, aku harus mencari gadis yang hobi membaca. Dengan begitu, dia bisa menutupi kekuranganku yang sama sekali tak suka membaca."