Part 12

1.2K 87 2
                                    

“Sial. Apa yang harus aku lakukan, aku harus menyelamatkan semua anggotaku yang tersisa. Tapi aku hanya memiliki satu antidote. Sialan kau Brian” seruku dalam hati sambil melihat kedua anggotaku. Kini aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan untuk menyelamatkan anggotaku yang tersisa. Betapa bodohnya diriku karena tidak bisa memikirkan dengan matang strategi saat kami menyerang Brian dan komplotannya sehingga membuat aku kehilangan banyak anggotaku. Aku masih terus memikirkan cara yang terbaik untuk pergi dari tempat ini. Hingga salah satu dari anggotaku berkata bahwa aku harus menyelamatkan anggotaku yang satunya yang masih pingsan karena shock.

“Pak, saya mohon dengan sangat. Bawa dan selamatkanlah Irina, pak. Dialah yang pantas untuk bapak selamatkan karena dia adalah seorang wanita dan mungkin dapat membantu urusan bapak kelak. Saya sudah sangat bangga dapat bertugas dengan bapak sampai sejauh ini” kata anggotaku dengan lemas.

“Baiklah bila itu yang terbaik. Saya juga sangat bangga dapat bertugas dengan kalian semua dan saya bangga dengan dirimu yang sangat berani dalam mengambil sebuah keputusan. Terima kasih atas semua kerja kerasmu selama ini” kataku sambil meneteskan air mata. Aku lalu memberikan penghormatanku yang terakhir kali kepada anggotaku dan setelah itu memberikan antidote pada Irina.

Tak terasa waktu sudah berjalan selama dua menit dan kini tinggal tersisa satu menit untuk pergi dari sini. Aku lalu membawa Irina pergi dengan cara menggendongnya. Sekali lagi aku melihat seluruh anggotaku termasuk Kevin. Salah satu anggotaku yang rela dirinya mati demi menyelamatkan seorang anggota wanitaku. Kulihat Kevin tersenyum kepadaku untuk melepas kepergianku dan Irina. Aku lalu membalas senyumnya dan langsung pergi dari tempat ini. Aku berlari sekuat tenagaku untuk keluar dari jangkauan radius bom yang aku kira akan tercipta sebuah ledakan sejauh 20 m atau sama saja dapat membuat dua sampai tiga lantai ambruk.
Setelah sampai di luar, aku mendengar suara ledakan yang sangat besar dan membuatku terjatuh bersama dengan Irina.

“Pak Dimas. Apa yang telah terjadi pak? Kenapa kantor kita menjadi seperti itu?” kata Irina dengan lirih.

“Nanti saja saya jelaskan. Kamu sekarang harus istirahat terlebih dahulu” kataku kepada Irina. Aku kemudian menghubungi markas untuk meminta bala bantuan dan tim medis untuk membawa Irina ke rumah sakit terdekat.

Psychopath DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang