"Melewati ujung musim dingin. Hingga hari menjadi musim semi. Hingga hari dimana bunga bermekaran..."
.
.
.
"NamJoon, mau kemana?"
Pria itu hanya diam. Membawamu ke lorong kereta yang sunyi. Netranya menatapmu dalam, sementara kau mengernyit saat perlahan ia melepas genggamanmu pada tangan hangatnya.
"NamJoon-" lirihmu pelan.
Dia masih diam. Mata yang biasanya selalu menyipit tersenyum, kini menatapmu penuh arti.
"Aku pergi ya." Ucapannya terkesan dingin.
Kau tersentak. Seulas senyum itu tak terlihat, bahkan hilang.
"NamJoon, jangan!" Kau menatap punggungnya yang mulai berjalan melewati lorong remang itu.
Sekuat tenaga kau mencoba menggapainya. Kedua lenganmu kini melingkar dipinggangnya, memeluk ia, menempelkan pipimu pada punggungnya. Berharap dalam hati kecilmu bahwa ia akan tetap tinggal.
"Aku pergi ya." Katanya lagi.
Dia melepasmu begitu saja. Kau melihat punggungnya mulai menjauh. Jauh dan lebih jauh lagi.
Kau kaku. Sementara air matamu tak kunjung berhenti mengaliri pipimu.
NamJoon berhenti sebentar, menatapmu sekilas.
NamJoon terasa asing. Netranya yang sering menatapmu lembut, kini berbeda.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Hingga akhirnya, ia menghilang dari balik pintu.
Tangismu pecah. Salju turun perlahan dari balik jendela, sementara kau masih ingin merasakan kehangatan bersamanya dalam dingin.
Hatimu seperti berlari sendiri pada serpihan salju.
"NamJoon-"
Saat pintu lain terbuka, hanya sosoknya yang terdiam. Perlahan ia menutup mata, dan raganya mulai menjauh dari pandangan.
