21 •[fall but funny?]

18.2K 1K 11
                                    

Alana lebih dulu masuk ke rumah besar ini. Ia mendapati Anna tengah membolak-balik majalah di sofa ruang tamu.

"Eh, Alana baru pulang?!" Kata Anna menghampiri Alana yang baru melewati pintu.

"Iya, tante." Balas Alana malu-malu kucing.

"Melvin kemana?"

"Lagi taruh motor di garasi." Kata Alana.

Tiba-tiba Melvin datang dari balik pintu. "Bunda, tumben udah pulang?" Tanya Melvin.

"Kalian aja yang pulangnya ke malaman. Kan biasanya, bunda pulang jam segini. Kalian pergi kemana?" Cibir Anna.

"Cuma ke pasar malem" tukas Melvin alih-alih berjalan menuju ruang tengah.

Anna mengikutinya, Alana yang bingung lebih memilih pamit ke kamar.

Anna duduk di sebelah anak satu-satunya itu. Anna menyenggol Melvin dengan siku lengannya. "Jadi, ceritanya kamu udah mulai deket nih! Jadi gimana? Udah ada perasaan?" tanya Anna.

"Apaan sih, bund." Pekik Melvin dengan raut wajah tak suka. Ia malah memilih menyalahkan PS kesayangannya itu.

"Kamu, tuh kalo di tanya. Alana baik, kan?" tanya Anna semangat.

"Semua orang rata-rata baik, bund. Lagi kenapa Melvin harus di jodohin sih! Melvin udah gede, udah tau mana yang baik mana yang buruk. Biarin Melvin cari jodoh sendiri, bund." Kata Melvin dengan pandangan masih ke arah TV dan jari-jarinya dengan lihai menekan tombol stick PS.

"Bunda cuma mau kamu nggak salah pilih perempuan. Lagi pula Alana itu baik, cantik juga cuma agak tomboi aja, tapi bisalah di prepare sedikit biar jadi lebih cantik." Jelas Anna.

"Pokoknya Melvin mau perjodohan ini di batalin!" Pinta Melvin.

"Mel, kamu tuh cocok sama Alana." Anna mulai meyakinkan lagi.

"Bund, yang jalanin itu Melvin, bukan bunda." Terang Melvin membanting stick PS nya dan di lanjutkan mengusap rambutnya kasar seperti orang frustasi.

"Kamu hanya perlu kenal dia lebih dalam lagi, dan kamu akan temukan titik yang bisa buat kamu jatuh cinta sama dia."

"Bunda nggak usah sok puitis, dech!"

"Bunda yakin kamu akan jatuh cinta sama Alana suatu hari nanti."

"Nggak mungkin!"

"Coba aja kita liat nanti! Kamu pasti akan ngerasa rumah ini sepi lagi kayak sebelumnya, Alana dateng ke sini. Kamu akan ngerasa ada yang janggal." Cibir Anna.

"Nggak mungkin, dia itu di sini cuma satu minggu! Melvin udah ngerasa sepi itu bertahun-tahun." Geram Melvin.

"Jadi?"

"Jadi... ya Melvin udah biasa ngerasa sepi, dan nggak bakal ngerasain kejanggalan!" Pekik Melvin.

"Kayak hati kamu yang kosong melompong, ya? Makanya biarin ada yang singgah di sana, supaya kamu nggak kesepian terus!" Tukas Anna.

"Tau, deh!" Melvin lebih memilih pergi ke kamarnya.

Melvin berjalan menuju kamarnya. Namun saat akan melewati kamar yang Alana singgahi langkah Melvin terhenti. Melvin menatap pintu kamar itu sebentar sebelum akhirnya Alana membuka pintu, dan membuat Melvin salah tingkah.

"Ngapain lo diri di situ?" Ketus Alana.

"Suka-suka gue donk, ini kan rumah orang tua gue!" Kata Melvin langsung menuju kamarnya sedangkan Alana pergi ke dapur untuk mengambil segelas air putih.

CARE [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang