Bab 2

2.1K 293 61
                                    


"Eh, minggiran dong, nyet!"

"Ah, ribet lo!"

Hermione hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan kedua temannya itu. Blaise dan Theo. Mereka seakan mempunyai dunia sendiri. Apalagi Theo. Kalau sudah berurusan dengan game, dia nomor satu.

Kedua orang itu sekarang sedang beradu PS dengan semangat 45. Beberapa kali Blaise kalah dari Theo. Membuat wajahnya harus rela dilumuri bedak bayi.

Hermione melompat ke atas kasur. Membuat kasur itu berderak lumayan kencang. Draco yang sedang memainkan ponselnya berdecak, sebal.

"Pelan-pelan, dong. Untung kasur gue mahal. Jadi nggak cepet rusak."

Hermione melengkungkan bibirnya kebawah. Ia sudah biasa dengan sikap 'sok' nya Draco. Lagipula ia tahu, kalau Draco tidak pernah sungguh-sungguh jika sedang menyombongkan diri.

"Iya deh yang holkay." Cibir Hermione sambil merangkul Draco dengan sebelah tangannya.

"Lagi liatin apaan, sih?" Hermione kepo. Ia melirik-lirik ponsel Draco sedari tadi.

"Bokep."

"Hah?!"

"Canda, elah." Draco tertawa. Hermione menggeplak kepalanya, kesal.

"Ada pameran buku nih, minggu depan. Mau ikut gua nggak lo?" Tanya Draco tanpa mengalihkan matanya sedikit pun dari layar ponsel.

Hermione tersenyum lebar, "Eh, tanpa diajak pun gua bakal ngintilin lu kalo masalah pameran buku."

Ya, Hermione dan Draco memang mempunyai kegemaran berbeda dari teman-temannya. Mereka suka buku. Ralat. Mereka memuja buku. Kalau ada pameran buku, mereka adalah orang yang pertama kali tahu. Dan Hermione rela nggak jajan selama satu minggu demi membeli buku-buku incarannya. Kalau Draco, sih, uangnya banyak. Kan holang kaya!

"Makanan siaaap." Seru Harry yang tiba-tiba muncul dengan bik anggun di belakangnya. Harry membawa nampan berisi minuman, sedangkan bik anggun membawa berbagai macam cemilan.

"Weitts, asik nih." Seperti biasa, Blaise akan selalu menjadi yang pertama kalau masalah makanan. Cowok itu langsung membanting stik PS dengan asal, lalu berlari menghampiri Harry.

"Anjir, PS gue! Rusak ganti lu, nyet!" Sungut Draco sambil memandangi stik PS nya yang na'as itu.

Blaise hanya cengar-cengir tanpa merasa berdosa.

"Den, kalau mau apa-apa lagi, panggil aja bibi ya?" Draco hanya mengangguk dengan tampang judesnya. Ia akan begitu, jika moodnya sedang turun. Sifat kekanakkannya keluar.

"Wih, gue paling suka nih kalo kerumah bang drake. Pasti pulang-pulang kenyang." Blaise berkata sambil terus mengunyah.

"Lu mah emang demennya yang gratisan." Sindir Draco sinis. Yang disindir bukannya merasa, malah mengacungkan ibu jarinya tinggi-tinggi.

"Bener banget. Yang gratisan itu lebih ntaps!"

Draco merengut. Hihh, andai si Blaise itu bukan temannya, sudah Ia kirim ke benua antartika.

"Harry lagi chat-an sama gebetannya." Celetuk Theo dengan polosnya. Entah dia tahu dari mana. Padahal sedari tadi, dia tidak melihat sama sekali ke arah Harry yang sedang mojok sendirian.

Sontak, Hermione, Blaise, dan Draco saling lirik lalu menyeringai bersama. Kalau masalah ngecengin teman, mereka harus selalu kompak.

"Anjir, lu theololet!" Harry segera menyembunyikan ponselnya ke belakang tubuhnya.

Cowok itu lalu melirik ke arah ketiga temannya yang sedang menatapnya layaknya kanibal yang menemukan daging segar.

"Mau ngapain lo pada?"

"Seraaaangg!!"

Buggg! Harry terjungkal kebelakang. Blaise dan Draco sudah melompat dari kasur, lalu menindih tubuh Harry. Berusaha mengambil ponsel cowok itu.

"Aduh gue ternodai! Gue ternodai." Teriak Harry. Hermione hanya bisa ngakak sambil sesekali menarik-narik kaki Harry. Di tempat lain, Theo hanya melirik mereka tak peduli. "Kaya anak balita." Gumamnya sendiri. Lalu kembali bermain PS sendirian.

"Bep, kamu selingkuh dari aku? Mana sini Hp nya?! Ceweknya siapa tuh, bep?"

"Anjir, jijik gue Blaise." Kata Harry yang masih keukeuh nggak mau kasih lihat ponselnya.

"Nah, gue dapet nih!" Draco langsung berlari ke arah Hermione. Sedangkan Blaise masih pada posisinya agar Harry tidak merebut ponselnya lagi.

"Sini, sini gue liat." Draco menyerahkan ponsel Harry pada Hermione.

"Eh, awas hp gue jatoh. Rusak ganti lu!"

"Tenang.. duit gue banyak." Ujar Draco santai.

Hermione mengikik sendiri. Diketiknya passcode di ponsel Harry. Ia memang sudah tahu apa-apa saja kata dari passcode hape teman-temannya. Tapi tidak ada yang tahu passcode hapenya. Haha.

"Wohooo, lo serius sama ginny?" Hermione berseru semangat.

"Mana mana liat." Draco merebut ponsel Harry dan melihat nama Ginny Weasley di layarnya.

"Anjir, maenannya adek kelas dia." Goda Draco. Hermione dan Blaise tertawa.

"Siniin, ah! Kepo banget sih lo pada?!"

"Nih nih, chat-an nya udah aku kamu lagi." Seakan tidak mendengar Harry, Draco kembali mengotak-atik ponsel sahabatnya itu.

"Bacain, Drake! Bacain!" Seru Blaise yang masih memiting tangan Harry.

"Wokee.." Draco men-scroll layar touchscreen itu keatas.

"Selamat pagi. Semangat sekolahnya, yaaaa.. anjir! Lu temenan ama kita selama tiga tahun, nggak pernah tuh ngucapin semangat sekolah."

Hermione tertawa, "Lanjut, Drake."

"Kamu tahu nggak bedanya matahari sama kamu?.. apa?.. kalau matahari menyinari dunia, kalau kamu menyinari hati aku.. jiahhh, pasaran banget lu! Pasti nyari di google, nih." Draco menggebu-gebu.

Hermione makin tertawa ngakak, "Bener banget lu! Seribu satu cara menggaet gebetan, hahaha."

"Eh, udah dong. Privasi gue itu!"

"Kalau yang namanya sahabat, nggak ada yang namanya rahasia-rahasiaan." Kata Blaise. Harry berusaha untuk lepas, tapi tenaga Blaise itu tenaga kuda.

"Iya, nggak ada rahasia. Buktinya gue tahu kolor lo kebanyakan gambar batman." Theo berceletuk lagi.

"Eh, anjir lu theololet!"

Theo hanya mengedikkan bahu, menyuap satu keripik ke dalam mulut, lalu kembali fokus pada game-nya.

"Nih, nih ada lagi nih.. kamu tau nggak kalau kamu itu cantik?.. dih, kok lo alay banget, ry? Jijik ya gue bacanya."

"Hahaha! Anjir nggak nyangka gue lo kaya gitu, ry." Hermione menepuk-nepuk perutnya sendiri.

"Ah, ngeselin lo semua."

Mereka kembali tertawa. Tak peduli dengan wajah Harry yang sudah seperti orang terlilit hutang sama rentenir.

Sedangkan Theo sedari tadi hanya santai-santai saja. Ia malah memanfaatkan kesempatan untuk memakan cemilan-cemilan itu sendirian.

"Theo! Lo nggak mau ngasih selamat sama Harry, karna udah nemu gebetan baru?" Blaise memekik girang.

Theo hanya melirik mereka sekilas, lalu kembali memakan keripiknya. "Selamat ya. Selamat juga buat Ginny yang udah move on dari gua."

***

Friendship (DRAMIONE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang