Musim semi tahun ini baru saja tiba. Musim yang paling ditunggu oleh pria bertubuh mungil nan tampan bernama Yoon Gi itu. Musim yang penuh kenangan baginya. Dan itu berarti sudah saatnya ia kembali untuk menunggu. Menunggu sosok yang sangat ia rindukan sudah hampir tiga kali musim semi dari janji yang ditentukan.
Dia adalah Taehyung. Adik laki-lakinya yang berjanji akan datang saat musim semi tiba. Itu janji Taehyung di musim dingin tiga tahun lalu. Taehyung yang tinggal di Jepang bersama sang ibu berjanji akan mengunjungi Yoon Gi dan Jimin saat musim semi datang. Tentu saja itu membuat Yoon Gi merasa sangat senang. Karena setelah hampir tujuh tahun—saat Taehyung berjanji di musim dingin tiga tahun lalu—lamanya berpisah, akhirnya ia dan adiknya bisa berkumpul lagi. Ya, ketiga saudara itu terpisah karena orang tuanya yang bercerai sekitar sepuluh tahun lalu. Pun terjadi di musim semi. Ibu mereka membawa Taehyung pergi ke Jepang. Dan mereka berdua—Yoon Gi dan Jimin—berada di Korea bersama sang ayah. Yang sekarang sang ayah pun telah tiada. Beliau meninggal karena sakit. Juga di musim semi. Dua tahun lalu.
"Hyung, tunggu aku di sana! Musim semi yang akan datang, aku akan menemuimu dan Jimin Hyung. Ibu mengijinkanku pergi."
Itu adalah pesan terakhir yang diterima Yoon Gi dari Taehyung di musim dingin tiga tahun lalu. Dan setelah itu, Yoon Gi mulai menunggu. Menunggu kedatangan adik bungsunya, yang bahkan sampai saat musim semi ketiga ia menunggu, Taehyung tidak datang juga.
Entah sampai kapan Yoon Gi akan bertahan menunggu sang adik. Yang nyatanya dihubungi saja Taehyung tidak bisa. Berulang kali Jimin juga mencoba menghubungi adiknya, tapi tak pernah tersambung. Dan hingga akhirnya sekarang sudah tidak aktif lagi.
"Hyung, sampai kapan Hyung akan seperti ini? Nyatanya, TaeTae tak menepati janjinya."
Bukan, bukan maksud Jimin jahat seperti itu. Ia hanya tak tega melihat Yoon Gi yang menanti tanpa kepastian. Ini bukan masalah seorang pria yang menunggu wanitanya. Tapi ini tentang kesetiaan sang kakak yang menanti adiknya, karena rindu yang terlanjur menguasai hati.
"Berhenti mengatakan seperti itu, Chim. TaeTae, aku yakin ia akan datang menemui kita. Entah kapan. Tak peduli berapa kali musim semi yang harus aku lewati untuk bertemu dengannya. Tapi aku yakin, TaeTae akan datang. Suatu hari di musim semi nanti."
Bukan hanya Yoon Gi yang menanti kedatangan Taehyung. Jimin, ia pun sama. Ia juga merindukan adik bungsunya, yang dulu saat kecil selalu ia gendong tatkala terjatuh hingga membuat lututnya terluka. Meski tubuh Jimin jauh lebih kecil daripada Taehyung, tapi ia menyukainya. Bukan hanya Yoon Gi yang bersedih karena tidak bisa bertemu dengan TaeTae segera. Jimin juga bersedih. Terkadang rasa kesal juga memenuhi hatinya. Tapi rasa rindu yang begitu besar mengalahkan rasa kesal itu.
Dan di hari pertama musim semi tahun ini, Yoon Gi kembali datang ke makam ayahnya bersama Jimin. Menjadi kebiasaan rutin kakak beradik itu mengunjungi makam sang ayah saat hari pertama musim semi. Musim di mana sang ayah juga menorehkan luka di hati Yoon Gi dan Jimin karena kepergiannya. Jangan lupakan juga Taehyung. Sang ayah adalah alasan lainnya kenapa si bungsu ingin pergi ke Korea. Ia juga ingin bertemu dengan ayahnya. Meskipun sekarang, ia tak akan bisa lagi bertemu dengan sang ayah.
"Entah kenapa aku sangat menyukai musim ini. Padahal musim ini, musim yang sangat menyakitkan untukku," ujar Yoon Gi.
Jimin yang baru saja selesai meletakkan bunga di makam sang ayah, menatap Yoon Gi yang berdiri tepat di depan makam. Matanya menatap lurus papan nisan sang ayah yang mulai kusam.
"Bukan hanya untukmu, Hyung. Untukku juga," sahut Jimin.
Sang ayah juga ingin bertemu dengan Taehyung. Ketika mendengar jika Taehyung akan datang, sempat membuat kesehatan ayah mereka membaik saat itu. Beliau juga menunggu. Menunggu putra bungsunya. Tapi setelah pada kenyataannya si bungsu tidak datang-datang, kesehatan beliau langsung menurun drastis. Beliau meninggal dalam sakitnya. Sakit yang berlipat. Sakit karena tidak bisa bertemu dengan sang putra sampai di akhir hidupnya.
"Hyung, apa kau membenci TaeTae karena ia tidak menepati janjinya?"
"Tidak. Tidak akan. Meski benci itu sering mencoba masuk ke dalam hatiku, nyatanya rasa rinduku mengalahkannya, Chim."
Sama. Jimin merasakan itu juga. Ia tak bisa membenci Taehyung begitu saja. Ia selalu berpikir bahwa Taehyung pasti memiliki alasan untuk ini.
"O, Chim. Apa kau masih menyimpan alamat ibu di Jepang yang diberikan Taehyung saat itu?"
Jimin terdiam. Mencoba mengingat-ingat. Lalu ia menggeleng pelan.
"Entahlah, Hyung. Akan kucari nanti. Wae?"
"Temukan segera dan kita pergi setelah kau menemukannya!" Yoon Gi.
Jimin terkejut mendengarnya. Lalu ia tersenyum. Ya, kenapa tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
•••
"Hyung! Hyung!"
Jimin setengah berlari berteriak memanggil Yoon Gi yang sedang berdiri di balkon kamarnya. Yoon Gi sedang menikmati indahnya senja. Yang selama ini selalu diimpikannya bisa ia lihat bersama Jimin dan Taehyung.
Yoon Gi berbalik dan menatap Jimin yang datang sambil membawa sebuah buku kecil. Pemuda itu duduk di tempat tidur Yoon Gi dan membolak-balik buku yang dibawanya. Yoon Gi menghampirinya.
"Wae?"
"Jamkanman, Hyung! Aish. Di mana sekarang? Tadi aku melihatnya di sini!" gerutu Jimin.
"Kenapa? Ada apa?"
"Aku menemukannya, Hyung!" seru Jimin beriringan dengan tangannya yang berhenti membolak-balik halaman buku itu.
"Jinjja?"
Jimin lalu menunjukkan sebuah tulisan di sebuah halaman dari buku itu. Tulisan tangannya. Sebuah alamat. Yang Jimin yakini itu adalah alamat yang ia tulis sendiri saat diberitahu oleh Taehyung kala itu. Ya, sebelum TaeTae hilang kontak dengannya tentu saja.
"Baiklah. Hyung akan ambil cuti, kita pergi besok!"
Wajah Yoon Gi terlihat cerah setelah itu. Setidaknya masih ada harapan ia bisa bertemu dengan Taehyungnya. Jimin pun sama. Tak terbayang olehnya, bagaimana bahagianya ia nanti saat bertemu Taehyung. Bagaimana wajahnya sekarang setelah sekian lama tidak bertemu. Yang ia dan hyungnya punya hanyalah foto-foto yang tiga tahun lalu dikirimkan oleh Taehyung. Ah~ betapa bahagianya mereka nanti.
•••
Pukul delapan pagi waktu setempat, di Jepang. Yoon Gi dan Jimin baru saja sampai di bandara. Tidak membawa apapun. Hanya ransel di masing-masing punggung mereka. Serta topi yang menjadi asesoris mereka.
"Kita kemana, Hyung?" tanya Jimin.
"Apa kau tak apa jika kita langsung pergi ke alamat ibu?"
"Terserah saja. Aku ikut denganmu, Hyung," jawab Jimin sambil tersenyum.
"Kita makan dulu saja!"
-To be Continued-

KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Day (Waiting) || TAMAT
Fiksi PenggemarPREVIEW: -"Hyung, tunggu aku di sana! Musim semi yang akan datang, aku akan menemuimu dan Jimin Hyung. Ibu mengijinkanku pergi."- -"Hyung, sampai kapan Hyung akan seperti ini? Nyatanya, TaeTae tak menepati janjinya."- -"Berhenti mengatakan seperti i...