Chapter 6 💕 Rasa-rasa

30.5K 3.2K 555
                                        

Syifa, Zikri, Zima dan Bu Rahmah sedang bersantai di ruang tengah. Mereka baru saja selesai makan.

Syifa membaringkan kepala di atas pangkuan ibunya yang tengah berselonjor di karpet, senderan ke badan sofa.

Ia meminta umminya, agar membelai puncak kepalanya. Sejak kecil, apalagi ketika sakit. Ia selalu meminta ibunya untuk mengelus kepalanya, membelai rambutnya hingga ia bisa tertidur pulas. Sudah lama sekali, ia tidak begini. Bermanja-manja di pangkuan ibunya.

Zikri tengah menemani Zima main game. Sudah hampir satu jam ia bermain, ia mulai bosan.

"Adek main sendiri lagi ya," ucap Zikri. Saat layar televisi menampilkan, game over. Zima hanya bersungut. Zikri beranjak, ia naik ke atas sofa.

"Zikri pijitin ya, Mi," kemudian mulai menyentuh bahu ibunya.

"Bagaimana kuliahnya, Bang?"

"seru, Mi," jawab Zikri

"Aih, palingan juga biasa," sela Syifa.

"Beneran, Mi. Syifa aja sok tahu. Huu.."

"Lha, orang nambah kurus kok!"

"Orang nambah keren, gini. Ya nggak, Mi?" ucap Zikri meminta dukungan umminya.

"Iyaa, nambah cakep!" Bu Rahmah tersenyum. Membesarkan hati putranya.

"Huuu... " cibir Syifa.

Zikri nyengir, "Ih, sirik tuh."

Sontak, Syifa langsung mencubit kaki abangnya.

"Aduh!" Zikri meringis, memindahkan posisi kakinya.

"Jahil nih, akhwat. Sukanya nyubit-nyubit," tambah Zikri. Sedang tangan satunya mengusap-ngusap kaki yang terkena cubitan.

"Syifa... sudah!" lerai Bu Rahmah melihat putrinya yang tengah melotot, hendak memburu abangnya.

"Bang Zikri duluan, tuh, Mi!"

"Syifa nya genit, Mi. masa akhwat sukanya nyubitin ikhwan," ledek Zikri tergelak.

"Tuh, kan!" sungut Syifa. Ia tak terima!

"Udah, Zik, Syifa itu cuma kangen!"

"Ah, enggak, kok," sangkal Syifa manyun.

Zikri tergelak. Kemudian diikuti gelak tawa seisi rumah.

"Sebentar... sepertinya ada tamu."

"Tok! tok! assalam'alaikum," terdengar suara dari luar.

"Tuh, kan, benar," seru Bu Rahmah.

"Biar Zikri yang buka, Mi," Zikri bangkit dari duduknya.

***

Khaira masih kepikiran dengan kejadian yang dialaminya barusan. Ia tenggelam dalam lamunan. Ia tak sadar seorang telah membukakan pintu, dan kini telah berdiri di depannya dengan heran.

"Ehm..." dehem seseorang tersebut menyadarkan. Khaira menoleh.

"Temannya Syifa, ya?" terka Zikri. Sebelah alisnya terangkat

"oh.. iya. Kak Zikri ya?"

"Iya," jawab Zikri ramah.

"Kita pernah ketemu?" tanya Zikri ragu, alisnya bertaut.

Rasanya ini pertama kali ia bertemu gadis ini. Tapi mata gadis itu mengingatkannya pada seseorang. Tapi siapa? Ia juga tidak ingat.

Khaira menggeleng, "Belum."

Wo ai Ni, Aku Mencintai-MuDove le storie prendono vita. Scoprilo ora