Part 20

1.9K 102 9
                                    

Typo bertebaran!!!

El duduk berhadapan dengan Satria dengan 2 mangkuk es krim coklat kesukaannya. Mereka berada di salah satu mall ternama di sana.

"Lo udah kuliah ya bang?" Tanya El memulai obrolan.

"Gue udah kerja.."

"Tapi kok muka lo masih muda banget? Ganteng lagi hee.." ucap El blak-blakan sambil nyengir.

"Gue emang ganteng dari lahir.." kekeh Satria.

"Nyesel gue mujinya bang.." rengut El. "Eh.. bang Sat.." panggil El tiba-tiba, lalu ia menutup mulutnya. "Kok jadinya bangsat ya.." kikiknya.

Satria hanya mendengus ketika mendengarnya.

"Jangan panggil gue abang.. kan jadinya ntar bangsat.."

"Trus.. gue panggil apa? Kak aja ya.. eh tapi ntar jadi kasat.." El berpikir keras akan membuat panggilan seperti apa untuk Satria.

Satria gemas sendiri melihat El yang menampilkan berbagai ekspresi di wajahnya.

"Panggil Satria aja.."

"Nggak boleh.. itu nggak sopan.. kalau panggil orang yang lebih tua harus sopan. Gue panggil Kak Satria aja deh ya.." ucap El panjang lebar yang hanya diangguki Satria.

"Lo bisa ngabisin dua mangkuk itu?" Tanya Satria.

"Bisa dong.. mau berapa mangkuk aja bakal gue sikat abis.." ucap El. "Kenapa nggak dimakan es krimnya?" Tanya El heran karena dari tadi Satria hanya membiarkan es krimnya sampai meleleh.

"Emm.. sebenernya gue gak suka es krim.."

Brak

"Kenapa gak bilang?!" Tanya El memekik membuat Satria terlonjak kaget. "Yuk.. gue traktir yang lain." Lanjutnya, lalu ia menarik Satria.

"Oke.. kita ke mana? Lo harus gue traktir Kak.."

"Kenapa gitu? Gue gak minta imbalan udah ngembaliin dompet lo.."

"Harus pokoknya, harus.. karena gue udah janji bakal nraktir orang yang nemuin dompet gue.." jelas El menggebu.

"Oke.. kita mak-" ucapan Satria terpotong oleh deringan ponselnya. Ia pun menjauh dari El untuk mengangkatnya. Setelah selesai ia menghampiri El lagi.

"Kenapa muka lo pucet gitu Kak?" Tanya El heran.

"Gue harus pergi sekarang.."

"Tap-.. oke minta nomor lo.. gue harus nepatin janji nanti.." El menyodorkan ponselnya pada Satria.

"Oke.. gue pergi dulu.." pamit Satria sambil menepuk kepala El pelan.

"Tiati Kak!" Teriak El.

**
El melanjutkan acara jalan-jalannya sendiri. Meskipun kakinya sudah pincang ia tetap belum ingin pulang. Pasti di rumah masih sepi, keluarganya pasti sedang sibuk bekerja. Ia tidak akan mengeluh meminta diperhatikan, karena ia tau keluarganya bekerja keras juga untuk dirinya.

Ia memutuskan untuk kemali ke tempat makan yang dikunjunginya tadi. Memesan makanan dan minuman untuk menemaninya menghabiskan waktu.

Dilihatnya jam yang telah menunjukkan pukul 06.30. Lama juga ia duduk di sana. El pun memutuskan pulang. Ketika ia berdiri, lututnya yang terluka itu terasa sangat sakit karena kaku terlalu lama duduk.

El kembali berjalan dengan perlahan setelah ia membayar makanannya menuju parkiran.

El menepuk keningnya ketika sampai di parkiran. "Astagfirullah. . Kan gue ke sini tadi nebeng Kak Sat.. ck.. aduh.." gumamnya. Ia pun menunduk melihat lututnya yang semakin sakit. Ia meringis ketika melihat darah yang merembes keluar dari perban yang rapi itu.

My Best (Boy) FriendWhere stories live. Discover now