14|| Pasukan Bintang (Bagian 2)

296 112 23
                                    

Matahari tidak bersinar untuk semua bagian bumi sekaligus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari tidak bersinar untuk semua bagian bumi sekaligus. Seperti hidup, kita punya waktu yang harus dibagi.

☁☀☁

Di salah satu tenda, Razo mengumpulkan Letta, Ludov, dan Ares untuk berunding. Mau tidak mau, mereka bertiga harus bisa lolos audisi agar menjadi pasukan untuk misi menemukan Sora, Somi, dan Sofi. Tidak ada yang tidak boleh gugur dalam audisi nanti.

"Aku juga ikut menjadi juri dalam audisi nanti bersama Panglima Hann dan Zuli. Jadi, kalian sudah dapat satu poin dariku. Sekarang, kita harus pikirkan bagaimana caranya bisa menarik mereka berdua."

"Mereka berdua terlihat serasi," kata Letta seraya tertawa kecil.

"Apakah mereka sudah menikah?" tanya Ares. "Anak mereka pasti akan sangat menawan. Kedua orang tuanya sangat tampan dan sangat cantik."

Ludov hanya mengangguki.

"Kenapa kalian malah membicarakan mereka?" Razo memasang wajah kesal. "A-apanya yang serasi? Mereka tidak serasi sama sekali."

"Sepertinya, mereka berdua adalah pasangan paling serasi yang pernah aku temui," Letta mengangguk.

"Setuju." Ares menyetujui.

"Kami tidak bisa berkata tidak," ujar Ludov.

"Monster itu juga setuju?" Letta tampak kaget.

"Hei! Berhenti membicarakan mereka!" Razo berdiri, ekspresinya sangat murka. "Kalian bertiga harus berlatih untuk audisi konyol itu. Tidak ada yang boleh kalah!"

Razo yang kesal pun keluar dari tenda. Ia menginjak-injak tanah dengan geram di luar tenda. "Apanya yang serasi?" gumamnya.

Ia pun memilih berjalan ke tepian pengungsian. Bagaimanapun juga, Razo harus memikirkan bagaimana agar ketiga anak itu bisa lolos. Letta harus menunjukkan kemampuan bela dirinya. Ludov harus menunjukkan bakatnya sebagai tabib. Apakah Izor juga perlu ditunjukkan? Ah, arena audisi akan sangat kacau kalau monster itu muncul. Bagaimana dengan Ares? Apakah anak itu bisa diterima?

Razo terus memikirkan itu hingga tak sadar sudah berjalan cukup jauh. Lalu, ia melihat bukit Calta. Di malam hari, bukit itu tampak gelap. Namun, langit di atasnya sungguh indah. Begitu banyak bintang yang terang terlihat. Ia tersenyum karena bintang-bintang itu seperti permata, berkilauan. Razo segera menggeleng karena tiba-tiba muncul wajah perempuan itu di pikirannya.

Pemuda dengan rambut keperakan itu mengabaikan langit berbintang dan menoleh ke arah lain karena merasa pikirannya mulai kacau—lagi. "Kupikir, sihirnya sudah berhenti. Kenapa dia masih terus mengusik pikiranku?"

Di tempat yang tidak jauh dari Razo berdiri, terlihat laki-laki dan perempuan yang terlihat sangat serasi. Mereka memakai pakaian putih yang senada. Wajah keduanya juga tampak bersinar, sama seperti bintang-bintang di atas mereka. Razo langsung geram, ia menilik bajunya—hitam.

Sora RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang