TIGA PULUH EMPAT : The Room

282K 18.4K 1.6K
                                    

Yura baru saja bersin ketika Aldrich datang dan menyodorkan sepiring nasi merah dan segala lauk pauknya. Karena tidak mengerti, Yura mendongak dan menaikkan sebelah alisnya. "Apa maksudmu?"

"Biasanya kau lapar di jam malam menjelang tidur seperti ini." Aldrich meraih remot televisi dan memindahkan saluran, tadinya menampilkan acara komedi, tetapi berubah menjadi sebuah film yang tidak ia ketahui judulnya.

"Ya sudah." Yura mengambil piring yang tergeletak di meja pendek di hadapan sofa, lalu mulai memakannya dengan lahap.

"Film apa ini?" tanya Yura kemudian, matanya beralih ke layar plasma yang menampilkan adegan percakapan antara seorang laki-laki dewasa dan anak kecil.

"Hei! Ini film dari negaraku!" seru Yura, yang secara otomatis menjawab pertanyaannya sendiri.

"Film-nya bagus, kau harus menontonnya!" Aldrich mendesah pelan, ia memilih untuk berbaring dengan paha Yura sebagai bantalnya. "Tidak mau."

"Terserah." Yura menonton film dengan fokus sambil memakan nasinya, sesekali ia tertawa karena kekonyolan yang diperlihatkan film itu.

Dengan iseng Aldrich bertanya. "Apa judul filmnya?"

"Miracle in cell no.7, kau harus menonton ini, Aldrich."

"Memang apa bagusnya?" Aldrich bangun dan kembali duduk.

"Makna film ini tentang seorang ayah," jawab Yura cepat. Yang langsung membuat tubuh Aldrich menegang.

Tentang seorang ayah?

"Di sini, kau akan tahu seberapa besar kasih sayang seorang ayah itu," jelas Yura ketika melihat reaksi Aldrich yang malah mematung.

"Kasih sayang seorang ayah ya?" tanya Aldrich yang lebih terdengar seperti berbicara kepada dirinya sendiri.

"Iya."

"Lalu?"

"Sebaiknya kau tonton saja, aku ingin menyimpan piring ini dulu." Yura bangkit dan meninggalkan Aldrich yang termenung menatap televisi.

Di sana terlihat si ayah memeluk anak perempuannya dengan sangat erat, dapat terlihat jelas kasih sayang yang mereka tunjukkan walaupun itu hanya sebuah adegan film.

Dalam hati Aldrich bertanya-tanya, benarkah kasih sayang seorang ayah itu ada? Dari pengalaman hidupnya yang pahit ia menyangsikan itu. Untuk ayah orang lain mungkin iya, tapi baginya tidak sama sekali. Setan tua bernama Jonathan itu hanya mementingkan organisasi dan perusahannya, entah mengenai anak-anaknya. Aldrich juga tidak habis pikir.

Kalau boleh jujur, ia ingin merasakan apa yang dinamakan kasih sayang seorang ayah. Apakah rasanya menyenangkan?

"Aku jadi merindukan ayahku di Korea," celetuk Yura yang datang dengan dua gelas minuman bersoda digenggamnya, satu untuknya dan satu untuk Aldrich.

"Thanks." Aldrich menerima gelas itu masih dengan pikiran yang berputar tentang sosok ayah.

"Ayahmu... seperti apa orangnya?" tanya Aldrich kemudian setelah beberapa saat hanya suara televisi yang terdengar.

"Tubuhnya tinggi, rambutnya hitam kelam, lalu wajahnya..."

"Maksudnya sifatnya."

"Oh, dia baik, penyayang, selalu tersenyum, pekerja keras, tetapi dia memang agak pendiam."

Penjelasan Yura mengenai ayahnya tidak ada yang sama dengan ayah Aldrich sendiri.

Baik? Apa yang selalu dilakukan Jonathan rasanya lebih pantas disebut kelakuan pengikut setan.

My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang