TIGA PULUH SEMBILAN : Heirs

260K 17.9K 2.1K
                                    

Aldrich hanya berjalan dengan wajah angkuh ketika beberapa orang dengan pakaian berjas berjajar dan menunduk hormat padanya, ia kini sudah berada di bangunan utama dari perusahaan Bale.

Lantai pertama yang biasanya agak padat oleh para pekerja yang hilir mudik kini terasa kosong sekali, semua orang yang berada di ruang itu terpusat pada satu titik yaitu Aldrich yang kini berjalan menuju lift.

Yang cukup mengherankan Aldrich adalah ada beberapa mobil yang tampak agak asing baginya di parkiran bawah tanah gedung itu, tampak berbeda dan tidak cocok dengan tempat ini karena warnanya yang putih bersih.

Mungkinkah ada pertemuan yang terjadi di sini dan ia sengaja diundang? Aldrich menduga bahwa hal itu benar adanya.

Apa rencana Jonathan kali ini? Kadang-kadang Aldrich tak habis pikir dengan kelakuan pria tua itu. Dulu ia sudah diperbolehkan keluar dari organisasi dan perusahaan setelah melakukan syarat yang diminta. Lalu mengapa ia diminta atau lebih tepatnya ditarik kembali?

Aldrich hampir saja mendengus keras ketika pintu lift terbuka terlihat Benjamin yang dengan cuek sedang memeriksa penampilannya di sana.

"Masuklah, aku diperintahkan untuk menjemputmu agar tidak ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi."

Aldrich melangkah dengan suara derap langkah yang terdengar jelas. "Tidak ada yang akan terjadi di dalam lift, kecuali benda kotak ini jatuh meluncur ke bawah."

Benjamin menekan tombol menuju lantai paling atas. "Itu kau tahu."

"Tidak ada orang gila yang akan melakukan hal itu, atau ia ingin mati dengan siksaan terlebih dahulu."

Memang benar, penjagaan di gedung ini memang sangat ketat. Kamera pengawas dengan fitur canggih, jumlah penjaga yang banyak, lalu persediaan senjata di tempat yang tak akan pernah dipikirkan sebelumnya.

"Sebenarnya apa yang akan terjadi nanti?"

Benjamin mengangkat bahunya. "Lihat saja nanti, dan kau akan tahu. Tapi jika diperbolehkan, aku ingin memberi satu nasihat kepadamu."

Aldrich menoleh. "Katakan."

"Jangan pernah tunjukkan emosi di wajahmu​."

Aldrich mengerti. Itu berarti memang ada pertemuan yang diadakan, isinya entah hanya sekedar perbincangan antar perusahaan atau hingga rapat besar. Aldrich kini lebih condong ke kemungkinan kedua, perasaannya mengatakan bahwa ia tidak boleh bertindak gegabah kali ini.

Setelah sampai di lantai teratas Aldrich mengikuti Benjamin yang berjalan menuju sebuah ruangan luas tempat berlangsungnya pertemuan itu. Dan benar saja beberapa orang duduk di kursinya masing-masing dengan Jonathan sebagai pusat karena ia berdiri dan berbicara panjang lebar di depan mereka semua.

Aldrich tidak ingin tahu sedikitpun.

Jonathan yang menyadari keberadaan Benjamin dan Aldrich di luar pintu kemudian tersenyum.

"Mungkin kalian penasaran akan wujud penerusku? Aldrich, masuklah."

Aldrich sempat terkejut sebentar, meskipun wajahnya tetap datar tanpa ekspresi. Aldrich masuk dengan derap langkah terdengar jelas dan embusan napas teratur.

Aldrich sudah belajar hal-hal untuk terlihat tenang sedari kecil. Mulai dari cara menarik dan membuang napas, kaki dan tangan yang tidak terkulai lemas hingga bibir yang seolah garis lurus yang tidak bisa ditarik ujungnya.

"Namanya Aldrich Bale, dia adalah anakku yang paling pantas menduduki posisi ini." Aldrich dapat melihat pandangan tertarik dari seluruh orang yang hadir di ruangan itu. Ada yang sudah berumur, ada pula yang masih muda. Tetapi semuanya laki-laki.

My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang