satu

210 38 134
                                    

Pagi ini, SMA Baratayudha dikejutkan dengan kedatangan dua mobil mewah--BMW keluaran terbaru dan pastinya berharga fantastis--yang terparkir dengan mulusnya di lapangan parkir sekolah. Seorang cowok keluar dari BMW tipe 760Li. Angin menerpa rambut Fringe-nya begitu ia keluar. Membuat gadis-gadis yang sedari tadi menyaksikan kedatangannya sontak menahan napas. Si cowok tetap stay cool. Paham benar jika manusia-manusia yang menyaksikan ketampanannya yang hakiki sekarang ini pasti sedang jerat-jerit dalam hati.

Sambil merapikan poninya yang sudah lumayan gondrong, ia memutari sisi mobil dan membukakan pintu penumpang. Seorang gadis dengan rambut lurus se-pinggang keluar dengan malu-malu.

“Ben! Aku malu...,” ucap si gadis malah menahan kaki dan tidak jadi beranjak sama sekali dari duduknya.

“Malu kenapa sih?! Lo kan pake baju!”

Gadis itu melotot pada kekasihnya yang bernama Ben. Baru kemarin mereka jadian dan Orens tidak sanggup membayangkan reaksi teman-teman sekolahnya jika ia datang bersama Ben pagi ini. The power of social media. Satu postingan foto bersama yang di-upload Ben ke instagram tadi malam saja sudah membuat efek sebegitu besarnya pagi ini.

“Udah ah ayo masuk! Udah mau bel ini!”

Ben langsung menarik paksa--dengan gerakan lembut tentunya--tangan Orens untuk keluar. Begitu gadis itu keluar dari mobil langsung saja seisi sekolah heboh. Anak-anak terutama kaum cewek dengan terang-terangan menunjukkan tatapan ketidaksukaannya pada Orens. Sadar betul jika sekarang ini ia sedang menjadi gunjingan, Orens hanya menunduk sambil memilin jari-jarinya.

Ben berjalan ke sisi pintu penumpang di belakang. Ia mengambil dua buah tas disana, setelahnya langsung menutup pintu dengan cepat. Ben memakai tasnya sendiri ke punggung dan menyelempangkan tas Orens di sisi kiri pundak kokohnya. Cowok itu berjalan menghampiri pacarnya yang sedang menunduk. Satu sifat jelek gadis itu adalah pemalu dan kecil hati.

“Jangan nunduk. Lo cantik banget kok pagi ini. Sayang kalau ditutupin...,” bisik Ben pelan pada satu telinga Orens. Ia dapat mencium wangi jeruk parfum Orens dengan jarak sedekat ini. Cepat-cepat ia menegakkan tubuh jika tidak ingin khilaf. Ben ganti merangkul bahu pacarnya itu.

Orens seketika langsung menahan napas. Ini terlalu dekat. Batinya. Fakta barusan cowok itu mengatakan dirinya cantik juga tidak bagus. Malah membuat Orens semakin menundukkan wajahnya.

“Ben? Jangan ngerangkul, bisa?”

“Kenapa, emang?” Ben menoleh ke samping sambil mengangkat sebelah alisnya.

“Malu dilihat temen-temen....”

“Sebodo amat. Lagi mereka juga punya mata kok. Hak mereka. Yuk ah tinggal lima menit belnya!”

Mereka berdua lantas melangkah pergi dari parkiran. Namun baru saja tiga langkah, sebuah suara cempreng nan menggelegar bak petir di siang bolong mengagetkan mereka berdua. Orens bahkan sampai harus memegang dada sebelah kiri--takut jantungnya tiba-tiba copot.

“BENJIIIIIIIIII! OREEEEEEEEENS TEGA YA KALIAN NINGGALIN GUE?!?!”

Ben menepuk jidatnya. Anjir gue lupa kalo berangkat bareng nenek lampir. Batinnya sambil mendengus. Cowok itu berbalik. Melihat seorang cewek berambut curly sepundak sedang bersender di mobil BMW tipe 640i Convertible-nya. Gadis itu sibuk bercermin sambil membenarkan letak bando pitanya yang bertengger di rambut highlight gadis itu.

“CHERRY! WOY LAMA SIH LO! BURUAN KALI!”

Setelah memasukkan cermin--yang selalu ia bawa kemana-mana--ke dalam tas, Cherry langsung berlari menghampiri Orens dan Ben. Ketika ia telah sampai di depan pasangan baru jadian ini. Gadis itu menarik napas dalam-dalam. Satu detik... dua detik... ti---

Benjamin's TriangleWhere stories live. Discover now