Part 1

42.5K 1K 4
                                    

"Clie, mau makan siang bersama?" ajak Edrina, teman sekantor Clie yang duduk tidak jauh dari mejanya.

"Tidak apa, Ed. Aku akan menyusul."

"Baiklah, jangan dipaksakan, kinerjamu sangatlah bagus," ucap Edrina dengan tujuan menyemangati gadis muda itu.

"Terima kasih."

Edrina membalasnya dengan sebuah senyuman, tidak lama kemudian ia pergi dari sana.

"Astaga Tuhan, aku lelah sekali," ujar gadis itu sambil meregangkan otot-otot tangannya yang terasa mulai menegang atau mungkin memang sudah tegang. Terlalu lelah.

Di ruangan ini, hanya ada dirinya dan Edrina. Edrina sudah bekerja lama sekali di sini dan tentu saja ia sangat menghormati Edrina. Wanita itu seperti salah satu sahabat terbaik Clie. Walaupun perbedaan umur mereka sangatlah jauh. Persahabatan, tidaklah memandang itu.

"Clie," panggil seseorang yang membuat gadis itu menoleh dengan cepat. Ia bangkit dari duduk dan merapihkan rok ketatnya yang sedikit naik ke atas.

"Maaf Tuan, apa anda butuh bantuan?" tanya Clie dengan sedikit canggung. Sebab, tidak terbiasa.

"Bisa kau ikut ke ruanganku?" tanya Luke, selaku CEO di sini. Tempat di mana Clie berpijak sekarang adalah salah satu perusahaan terbesar di Seattle.

Clie mengangguk. Sebenarnya, dia tidak begitu suka suasana seperti ini. Canggung dan dia benci itu. Kenapa harus seformal ini. Kenapa tidak seperti biasa saja. Toh mereka dekat pada aslinya. Tapi lagi-lagi, kata profesional adalah kata yang melekat pada sosok gadis itu.

"Baik Tuan" jawab Clie, kemudian ia mengikuti Luke, berjalan menuju ruangannya.

+++

"Silahkan duduk Clie," ucap pria itu, lalu ia sendiri, duduk di kursi besarnya. Memandang Clie dengan pandangan jahil.

"Terima kasih," jawab gadis itu dengan cepat.

"Kau tau, apa alasan ku mengajakmu kemari?"

"Tidak Tuan, apa kinerja saya buruk akhir-akhir ini?"

Luke bangkit dari duduknya, Clie mulai was-was. Alarm bahayanya berdering di dalam otak. Pria itu berjalan dengan pelan dan berakhir berdiri tepat di belakang Clie. Menatap tubuh gadis itu. Bibirnya tersenyum miring. Tertarik.

"Tidak," bisiknya tepat di telinga.

"Lalu, ada apa Tuan? Bisa langsung bicara intinya?"

"Bagaimana kalau kau memanggil nama ku saja?" tanya pria itu.

"Aku profesional saat bekerja," Clie melirik tak suka. Mulai merasa tak nyaman. Luke itu berengsek, kalau kalian ingin tau.

Luke tertawa, tangannya meraih helai rambut Clie lalu menciumi aromanya. Mata elang pria itu seolah menunjukkan bahwa Clie adalah santapan yang menarik. Hal yang indah. Tidak patut terlewatkan sama sekali. Seinci pun jangan.

"Hentikan Luke!" bentak gadis itu lalu menepis tangan Luke dengan kasar, matanya menatap garang. Wajahnya mendongak.

"Kau sedang berada di ruanganku, hanya kita berdua saja."

"Apa mau mu?!" bentak Clie kemudian bangkit dari duduknya dan menatap Luke sambil berkacak pinggang.

"Berhenti Luke, jangan mendekat!" bentaknya lagi ketika pria itu mengikis jarak, tangan Clie menahan tubuh Luke yang terasa menghimpit. Ini salah. Dia pantas melawan.

"Why? Harusnya kau suka aku mendekatimu."

Pria itu mendekatkan wajahnya ke arah Clie, matanya menatap bibir gadis itu dalam diam. Berbagai rencana mulai bermunculan di otak Clie. Ancang-ancang kalau dia harus menendang selangkangan pria itu atau membanting kepalanya di atas meja. Pilihan pertama sepertinya cukup bagus.

"Aku ingin menaikan jabatan mu" bisik Luke.

Clie ingin menghindar namun tangannya ditahan. Pria itu memeluknya dengan erat sambil menciumi kulit lehernya. Membubuhkan dengan kecupan-kecupan ringan.

"Lepas, berengsek!"

"Kenapa kau menolak?"tanya Luke dengan tatapan dingin. Seingatnya, dia tidak pernah ditolak. Dirinya itu, idaman. Siapapun tidak berhak menolak pesona nya.

"Aku sedang tidak enak badan, biarkan aku pulang."

"Kau baru saja bilang jika kau profesional dalam bekerjac Nona Freodless."

"Jangan bawa-bawa nama ayahku!"

Pria itu tertawa. Begitu mengejek. Menganggap remeh.

"Baiklah, aku minta maaf padamu. Bisa kau tidak pulang? Karena aku ingin mengajakmu makan malam setelah selesai bekerja."

"Aku membawa mobil."

"Sayangnya, mobil mewah mu sudah ku antar pulang," jawab Luka lalu tersenyum penuh kemenangan.

"Sudah kubilang untuk tidak mengatur hidup ku, Luke!"

Pria itu menjauh dari Clie, kemudian ia kembali duduk di kursinya. Memasang wajah angkuh. Seolah tidak terjadi apapun.

"Kau boleh keluar, Nona pekerja yang baik" ucapnya sarkas.

Clie memberikan tatapan tidak suka, gadis itu berjalan dengan cepat sambil menghentak kakinya di setiap langkah.

"Hei, bokong yang sexy."

Gadis itu menoleh lalu mengambil bantal sofa serta melemparnya ke arah Luke.

"Aku suka wanita agresif, itu kalau kau lupa Clie" ucap Luke agak keras, memang sengaja meledek. Wajah kesal Clie adalah suatu hiburan tersendiri. Atau, kesukaan pribadi.





Tbc

Hope u like it, ini story sudah lama sekali, dari tahun 2018, story kedua yang ku buat, setelah Hi Seanno. Karena ini sequelnya. Aku berusaha merapihkan, tanpa merubah alurnya.

Hi Jacob | #2 Freodless Books ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang