EMPAT PULUH ENAM : Cokelat Dingin

226K 18.2K 2.1K
                                    

Aldrich mendekatkan tubuhnya dan menggesekkan hidungnya dengan bibir menyeringai, tampak mengerikan setelah laki-laki itu mengatakan akan memberi Yura hukuman.

"Aku tidak akan memberikan hukumanmu di sini, jadi tenang saja." Aldrich mengecup bibir Yura sekilas dan kembali pada posisi untuk menyetir, ia kemudian melajukan mobilnya sambil bersenandung pelan.

Yura mendesah, tangannya tersimpan di atas dada dan mengelusnya untuk mencoba menetralkan detak jantungnya yang gila-gilaan.

Yura merutuki dirinya sendiri karena berbicara sesuatu yang bisa memancing emosi Aldrich, padahal tentu ia tahu bahwa emosi laki-laki yang kini menyetir itu sangat tidak stabil. Mulai detik ini Yura harus mencoba menyaring apa saja yang diucapkannya.

Tapi memang benar, Yura menyukai Dave dalam konteks sebagai adiknya yang menggemaskan, berbeda dengan rasa sukanya kepada Aldrich yang setiap waktu bisa membuat sudut bibirnya tertarik ke atas bila mengingatnya.

Tetap saja Yura merasa bodoh, bagaimana bisa ia menyukai Aldrich yang selalu menyakitinya? Namun ia tidak bisa berhenti.

"Tolong jangan sakiti aku." Yura berkata lirih, mencengkram ujung pakaiannya sendiri.

"Tidak akan terlalu menyakitkan, bahkan kurasa kau akan menyukainya."

Yura memejamkan matanya, membuat air mata kembali menetes.

Aldrich mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Yura erat. Tetapi bukannya tenang, Yura malah semakin gusar dan gugup.

Setelah sampai, tiba-tiba Yura menatap ngeri kepada gedung apartemennya sendiri. Seolah terjadi sesuatu yang membuat suasananya mencekam.

"Ayo turun sayang." Aldrich turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Yura, senyuman terukir di wajah tampannya.

"Tapi," gumam Yura setelah menelan salivanya kasar, "kau tidak akan menyakitiku kan?"

Aldrich terkekeh, matanya menyala-nyala karena bersemangat. "Lihat saja nanti, oke?"

Yura turun dengan enggan, saat menapak pada tanah lututnya lemas dan hampir terjatuh. Untung saja Aldrich dengan sigap menangkap tubuhnya. "Kau sakit?"

"Entahlah." Yura menunduk dan memejam karena tiba-tiba merasa pusing.

"Kalau begitu ayo masuk ke apartemenmu."

Aldrich menggendong tubuh Yura tiba-tiba, sehingga membuat perempuan itu memekik tertahan, tetapi tetap tak bisa protes karena tenaganya yang terasa hilang seolah tertiup angin.

"Mengapa tubuhmu sangat ringan padahal makanmu banyak sekali?" tanya Aldrich ketika mereka masuk ke dalam lift yang di dalamnya juga terdapat beberapa orang yang sempat membulatkan matanya karena terkejut.

"Aldrich turunkan aku."

"Aku bertanya dan menunggu jawabanmu, jangan katakan hal yang tidak berhubungan. Mengapa tubuhmu kurus padahal banyak sekali makan?"

"Karena aku hampir gila gara-gara sikapmu yang berubah-ubah."

"Kurasa karena gen, orang tuaku juga begitu."

"Tapi aku tidak ingin kau seringan ini, seolah aku bisa saja mematahkan tulang-tulangmu hanya dengan tenaga kecil."

Yura bergidik sebentar, lift benar-benar kosong setelah orang lain keluar di lantai yang mereka tuju.

"Kau tahu, aku tidak menyukai sikapmu yang selalu berubah-ubah," ungkap Yura jujur.

"Berubah-ubah?"

"Seringkali kau bersikap manis padaku, tapi sering juga kau menyakitiku melalui siksaan fisik."

Aldrich menurunkan tubuh Yura lalu memojokkan tubuhnya. "Tapi kau tentu tahu kan jika emosiku itu tidak bisa terkontrol dengan baik? Oleh karenanya aku berharap kau bisa bersikap setelah memikirkannya matang-matang dan tidak sampai membuatku berang."

My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang