21. Friendzone

2.2K 205 7
                                    

"Itu beneran lo?" tanya Viona. Aku menatap Viona dan Putra memelas.

"Ya itu gue, tapi gue gak mungkin ngelakuin itu! Kalian percaya sama gue 'kan?" tanyaku.

"Mungkin kita emang bisa percaya sama lo, tapi enggak sama semua orang yang ada disini. Lo udah jadi trending topic dari pagi." ujaran Viona membuatku mendesah pasrah. Mungkin Raffa mengatakan kalimat tadi karena percaya gosip ini.

"Gue bakal cerita sama kalian." akupun berjalan menuju ujung koridor yang sangat sepi. Putra dan Viona mengikutiku. Setelah sampai, aku nenatap mereka bergantian lalu memulai ceritaku. Menceritakan semuanya tanpa ada yang terlewat sedikitpun.

"Jadi lo bener suka sama Raffa?" tanya Putra kaget setelah aku menceritakan semuanya. Aku mengangguk.

"Ify?" aku, Putra, dan Viona menoleh saat ada suara orang lain yang menginterupsi. Ini dia. Pasti orang ini yang menyebarkan fitnah. Aku yakin sekali pasti pria ini.

"Fy, lo udah denger tentang--

"Udah. Ini semua pasti kerjaan lo 'kan? Lo yang fitnah gue kalo gue nyium lo! IYA 'KAN?!" kesabaranku sudah habis. Aku benar-benar tidak lagi bisa mengontrol emosiku.

"Bukan, bukan gue, Fy! Buat apa gue lakuin semua ini ke lo?" jawab pria itu yang tak lain dan tak bukan adalah Kak Dika. Ya, pria itu.

"Siapa kalo bukan lo? Kemaren cuman ada kita berdua 'kan di belakang sekolah? Kalaupun emang bukan lo, semuanya tetep salah lo!" entah mengapa air mataku sudah berada di pelupuk mata.

"Semua orang sekarang nganggep gue cewek murahan. Harga diri gue hancur. Bahkan Raffa pun.. Raffa percaya sama berita itu." tepat saat mengucapkan kalimat terakhir, air mataku turun. Berlanjut dengan bulir-bulir air selanjutnya. Kata-kata Raffa selalu terngiang membuat air mataku semakin deras mengalir.

"Ify--

"Gue benci sama lo, Kak Dika." aku kembali memotong perkatannya.

"GUE BENCI LO!" aku berteriak lalu meninggalkan Kak Dika. Meninggalkan Viona dan juga Putra yang menjadi penonton tadi. Aku tidak peduli dengan mereka yang meneriaki namaku dan berlari mengejarku. Aku hanya terus berlari sambil menunduk. Mengapa air mata ini tidak bisa berhenti?

BUKH

      Untung aku dapat menyeimbangkan tubuhku hingga aku tidak terjatuh. Siapa sih yang nabrak? Gak tau orang lagi..

"Ify?" aku mendongak dan melihat Keyla berdiri dihadapanku. Ternyata Keyla yang menabrakku. Ah pasti dia akan tambah marah karena..

"Sekarang apa lagi? Lo mau rebut Kak Dika juga? Kenapa sih lo selalu aja rebut orang yang gue sayang? Apa gue gak berhak bahagia? Kezia, Bang Zyan dan sekarang Kak Dika. Apa mau lo sebenernya hah? KENAPA LO SELALU REBUT KEBAHAGIAAN GUE?!" benar 'kan. Dia pasti akan makin membenciku karena fitnah ini. Air mataku kembali menetes. Please, jangan sekarang.

"Terserah Key, terserah lo mau ngomong apa. Mau gue jelasin semuanya sampe akarpun lo gak bakal mungkin percaya 'kan? Gue selalu salah dimata lo 'kan? Lo udah tanam kebencian buat gue dari dulu, dan gue bisa apa? Gue gak bisa apa-apa. Lo selalu anggep gue musuh, dan for your information, lo tetep sahabat kecil gue. LO TETEP ADIK KECIL GUE SAMPAI KAPANPUN." ucapku lirih sambil tersenyum. Setelah itu aku pergi dari hadapannya.

      Kakiku kembali kesini. Ke danau belakang sekolah. Aku langsung duduk di atas rumput dan menangis. Entah menangis karena apa. Hatiku dan pikiranku sangat kacau sekarang. Aku terlalu lelah dengan semuanya. Aku hanya ingin menikmati masa remajaku dengan bahagia seperti remaja lainnya, apa itu sulit?

      Berbicara tentang danau ini, aku jadi ingat Raffa. Tempat ini adalah tempat yang paling sering kukunjungi saat hati dan pikiranku sedang kacau lalu dengan ajaibnya, Raffa datang. Ia datang dan memberikan kata-kata bijaknya. Membuatku berhenti menangis. Hingga akhirnya aku dan dia menjadi sangat akrab. Aku mengetahui rahasia terbesarnya, diapun mengetahui rahasia terbesarku. Kami bersahabat. Ah ralat, hanya aku yang terlalu percaya diri karena berpikiran kalau Raffa juga menganggapku sahabat. Nyatanya..

FRIENDZONE [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang