Kado Terakhir

55 14 31
                                    

Setelah pembacaan doa usai, masing-masing dari mereka pun pergi yang hanya tinggalah Icha dan kedua orang tua Iswa.

Sebelum kedua orang tua Iswa pulang, Mamanya Iswa memberikan sebuah bingkisan seperti kado.

"Sebelum Iswa pergi, ia menitipkan ini untuk kamu nak." Kata Mamanya Iswa sembari memberikan bingkisan tersebut kepada Icha.

"Apa ini tante?" Tanya Icha.

"Mungkin..ini adalah kado terakhir dari Iswa buat kamu Cha, kamu simpan baik-baik ya Cha. Tante sama Om pamit pulang duluan yaa.." Ucap Mamanya Iswa sambil mengelus pundak Icha.

"Iya. Tante, Om...makasih."

Selepas kedua orang tuanya Iswa pergi, Icha mulai menangis lagi sambil memegang nisan Iswa.

"Kenapa kamu pergi ninggalin aku sendiri disini Is...katanya kita sahabatan tapi kenapa kamu nggak pernah bilang kalo kamu tu sakit.." Kata Icha yang masih menangis meratapi kepergian sahabatnya itu.

"Kamu bahkan belum wujudin semua impian kamu Is..kamu pengen jadi Sarjana Matematika kan?? Kamu inget nggak kamu pernah ngomong kalo kamu bakalan ngeraih semua impian kamu dengan cara apapun juga..tapi kenapa...kenapa kamu pergi ninggalin impian-impian kamu disini Is.."

Icha kini hanya bisa menangis mengenang semua kebersamaanya dengan Iswa, namun apa daya sahabat yang dicintainya itu pun tak dapat mendengar apa yang telah diucapkan Icha.

"Semoga kamu bahagia disana Is...aku nggak akan pernah lupain semua kenangan manis kita dulu, selamanya kamu akan tetap jadi sahabat yang paling terbaik buat aku. Makasih karna kamu udah slalu jagain aku, nglindungin aku. Aku pasti bakalan kangen sama kamu, dan oh ya...aku janji aku akan slalu jagain orang tua kamu terutama mama kamu yang paling kamu sayangi..aku bakalan jagain mereka sama seperti kamu ngejaga aku..aku janji Is..aku JANJI." Kata Icha tangisnya kini pun berhenti dan kini ia pun memaksakan untuk tersenyum. "Aku pamit pulang yaa..kamu baik-baik aja disana..aku sayang kamu Is."

Icha pun melangkah pergi meninggalkan makam Iswa. Ia pulang bersama supirnya di dalam mobil, mata Icha pun kembali berkaca-kaca namun ia tak ingin air matanya itu jatuh kembali. Ia baru teringat akan kado yang diberikan mamanya Iswa kepadanya ia memutuskan untuk membuka kado tersebut di rumahnya.

Sesampainya ia di rumah, mamanya ternyata sedari tadi menunggunya.

"Kamu sabar ya Cha..mama yakin Iswa pasti udah bahagia disana." Mamanya itu pun memeluk Icha.

"Iya mah, Icha kuat kok." Kata Icha yang berusaha untuk tersenyum.

"Ya udah kamu istirahat ya muka kamu pucat sekali atau kamu mau makan dulu?" Tanya Mamanya.

"Nggak usah mah, Icha kekamar aja istirahat." Icha pun melangkah kekamarnya dengan langkah yang gontai.

Ia duduk di atas ranjangnya dan segera membuka kado dari Iswa. Kado itu pun dibuka dan ternyata berisikan 2 buku dan sepucuk surat. Icha mengambil buku pertama dengan cover berwarna ungu, warna kesukaanya. Buku itu berjudul "CARA CEPAT MENJADI AHLI MATEMATIKA KARYA ISWA ADI HERMAWAN"

"Ini..ini buku karya Iswa." Ucap Icha. Ia tak kuasa menahan air matanya yang telah jatuh itu. Ia tak percaya sahabatnya menuliskan buku khusus untuk dirinya. Ia memeluk buku tersebut dan meletakkanya di meja belajarnya.

Kini ia beralih memegang buku kedua yang bersampul warna coklat tanpa tulisan apa-apa di cover itu. Icha membuka halaman demi halaman dan tahu bahwa buku tersebut adalah buku diary milik Iswa. Ia melihat banyak tulisan indah Iswa yang telah tertuang di buku tersebut dan ia terkejut ketika membaca halaman terakhir dari buku diary Iswa tersebut.

16 April 2016,

Besok adalah hari yang paling spesial di hidup Icha. Akhirnya besok ia genap berusia 17 tahun.
Dear,..aku nggak tau apa aku bisa slalu ada buat Icha, karena rasa sakit ini slalu saja menahanku dan terus saja menggerogoti tubuhku. Mungkin tidak akan ada harapan lagi untuk aku bisa sembuh. Aku bisa seperti ini berkat dorongan Icha yang slalu membuatku semangat untuk tetap menjalani hidup ini.
Aku ingin slalu menjaga Icha, melindunginya, dan membuat ia slalu tertawa. Namun apa dayaku, aku tidak cukup kuat untuk melakukan semua itu. Aku terlalu lemah. Tapi, kalo aku menyerah sekarang aku tidak akan pernah mewujudkan semua impianku termasuk salah satunya untuk membuat Icha bahagia.

Aku harus kuat....

Icha menangis lagi ketika membaca halaman terakhir tersebut, di buku itu terdapat bercak darah yang masih belum begitu kering. Icha tau kalo itu pasti darah milik Iswa.

Icha mengingat-ingat semua kenangan yang pernah mereka lalui berdua dulu. Entah mengapa di dalam hatinya ia bertekad untuk mewujudkan impian sahabat nya itu menjadi Sarjana Matematika.

"Is..aku pasti bakalan nglakuin apa aja supaya kamu bahagia disana, walau sekalipun aku harus mati-matian belajar matematika supaya bisa jadi Sarjana yang kamu pengenin itu." Ujar Icha. Ia tersenyum manis sekali.

Happy Reading Kawan 👌

°°Rahmadhaniwulan°°

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kado Terakhir Untuk IchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang