Bagian 00

25K 2.5K 312
                                    

Dedarah
Bagian 00

a novel by Andhyrama

www.andhyrama.com// IG: @andhyrama// Twitter: @andhyrama//FB: Andhyrama// Ask.fm: @andhyrama

○●○

Dunia di mataku, tak sama dengan dunia yang kau lihat. Tak perlu menyamaratakan segalanya. 

○●○

Tubuhku benar-benar lemas. Aku kesulitan menggerakkan kakiku. Keringat dingin mengucur. Mencoba menarik napas, aku kesulitan untuk mengeluarkannya. Aku kambuh, di mana inhalerku? Aku meraba-raba nakas di samping ranjang. Inhalerku tersenggol dan jatuh. Dadaku benar-benar terasa ditekan, napasku kesulitan untuk kukeluarkan. Sesak. Aku menjatuhkan tubuhku dari ranjang, tengkurab di lantai kayu. Dengan kesulitan, aku mencoba merangkak menggapai inhalerku yang berada di dekat pintu kamar.

Mataku membasah karena tak kuat merasakan sakit seperti ini. Asmaku selalu saja menyulitkanku dalam banyak hal. Aku mulai muak dengan kehidupan seperti ini. Namun, saat aku ingin berhenti. Selalu saja, bayangan Ibu dan Rajo muncul dalam benakku. Aku tidak akan meninggalkan mereka hanya karena penyakit sialan seperti ini.

Aku harus menggapainya. Kutekankan diriku untuk dapat merangkak walau kakiku masih sulit sekali kugerakkan. Pandangan mataku agak buram, inhalerku terlihat bergoyang di dua tempat. Kuangkat tanganku, ingin menggapai benda berwarna hijau itu. Hal sepele semacam ini saja aku kesulitan untuk melakukannya, bagaimana aku bisa melindungi Rajo?

Rema, sejak kapan kau menjadi sosok menyedihkan seperti ini? Sejak kapan, kau begitu lemah seperti sekarang? Aku menggeleng. Aku tidak menyedihkan dan aku tidak lemah. Kuulurkan tangan lebih kuat. Kudapatkan inhalerku di tangan, aku tertawa tanpa bersuara.

Dengan segera, kupakai benda itu agar napasku kembali normal. Walau aku sudah bisa bernapas seperti biasa, tetapi aku masih enggan berusaha untuk bangun. Aku masih tertidur di lantai kayu ini. Membiarkan tangisku turun perlahan.

Kudengar decitan. Lantai kayu ini memang selalu berdecit jika ada yang berjalan di atasnya. Seseorang sedang berjalan. Decitannya semakin dekat. Seseorang sedang menuju ke kamarku. Aku harus bangkit. Aku tidak boleh terlihat seperti ini oleh Ibu atau adikku.

Apa yang terjadi? Kakiku masih sangat sulit kugerakkan. Aku pun memilih untuk memundurkan tubuhku menuju bawah ranjang. Tidak ada hal yang bisa kulakukan selain pura-pura tertidur. Dengan susah payah, kubuat tubuhku telentang. Saat aku kecil, aku ingat kalau aku pernah ketakutan dan kemudian bersembunyi di bawah ranjang, tidur di sana hingga pagi.

Decitan itu berhenti. Aku sedikit terkejut karena melihat dua kaki kecil berjalan masuk ke kamarku. Rajo? Aku sama sekali tak melihat tubuh adikku. Kaki-kaki pucat itu menaiki ranjang. Apa Rajo ketakutan dan ingin tidur bersamaku. Suara cekikikan terdengar. Tidak seperti suara Rajo. Sosok di atas ranjangku tengah melompat-lompat. Kerasnya suara decitan ranjang bambu ini membuatku kembali sesak napas. Aku kembali menggunakan inhalerku.

Cekikikan sosok yang melompat-lombat di ranjangku masih terdengar. Dia sepertinya berhenti melompat. Bunyi lain terdengar, sesuatu seperti tengah digunting. Sosok di atas ranjang sedang melakukan sesuatu. Saat kutolehkan pandanganku ke samping. Aku melihat rambut berterbaran di lantai. Aku tak mampu bicara apa pun. Dadaku kembali sesak, tubuhku melemah dan lemas.

Sosok itu tertawa, menggunting rambut dengan senang. Kulihat sesuatu yang aneh. Ada sesuatu yang keluar dari rambut-rambut di lantai, cairan yang pekat. Cairan itu mengalir ke pipiku yang menempel di lantai. Mataku membelalak saat melihat darah.

Tetesan air membangunkanku. Kulihat langit-langit di kamarku menitikkan air. Bantalku basah. Bocor lagi. Aku bangun, duduk di ranjang dan merenung. Melihat inhaler di nakas masih berdiri normal membuatku mengingat mimpi-mimpi itu.

Orang-orang memuja iblis, sosok anak kecil memainkan gunting untuk mencukur rambut yang kemudian mengeluarkan darah? Dua mimpi yang sangat acak, tetapi apa ada hubungannya?

Aku menarik napas panjang dan mengeluarkannya perlahan, kulakukan berkali-kali sebelum kudengar suara cekikikan. Adikku sudah bangun. Kutolehkan pandanganku ke jendela, gerimis. Kembali menatap ke atas, tetesan air masih muncul dari langit-langit kayu itu.

"Kamu yakin dia akan muncul?"

"Kapan?"

"Kamu sangat menantikannya?"

"Rajo, dengan siapa kamu bicara?" tanyaku.

Aku keluar dari kamarku untuk mengecek Rajo. Dia sedang bermain mobil-mobilan di lantai—sendirian.

Rajo menoleh padaku. Anak manis dengan mata besarnya yang polos itu tersenyum, lalu menggeleng. Mataku langsung menemukan gunting besi yang tergeletak di lantai dekat dengan tempat rajo duduk. Aku pun berjalan ke sana dan mengambil gunting itu.

"Kamu jangan bermain dengan gunting," kataku yang sudah berdiri.

"Bukan aku yang memainkannya," Rajo menjawab tanpa menoleh ke arahku—dia masih memainkan mobil-mobilannya.

Aku menyipitkan mata. "Lalu siapa?"

"Ka Rema, Kakak sendiri."

Aku memperhatikan gunting di tanganku. Lalu, aku menoleh ke arah Rajo. Anak itu berbohong.

○●○
Note

Isi part ini berjumlah 666 kata.

Question's Time

1. Apa pendapat kalian tentang bagian ini?

2. Apakah horor termasuk genre favorit kalian?

Hadiah permainan di Bagian 28: Mendapatkan hadiah di Bagian 27

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hadiah permainan di Bagian 28: Mendapatkan hadiah di Bagian 27.

Dedarah 「END」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang