LIMA PULUH SEMBILAN : Jacob

217K 18K 1.2K
                                    

Aldrich memasuki lift dengan dahi mengernyit, otaknya tengah menyusun rencana bagaimana ia harus membalas apa yang telah dilakukan Jacob.

Aldrich tidak mengerti mengapa laki-laki itu menantang dirinya. Karena persaingan bisnis dengan Jonathan? Sehingga malah menjadikannya sebagai sasaran? Atau malah karena alasan pribadi?

Aldrich cenderung ke kemungkinan terakhir. Tetapi apa penyebabnya? Tidak mungkin karena dulu ia bisa menjawab pertanyaan Jacob, lantas membuatnya tersinggung. Terlalu kekanakan.

Lalu urusan bisnis? Apa karena Jonathan lebih sulit dikalahkan maka pindah sasaran menjadi dirinya? Aldrich sangsi itu benar.

Lalu, mengapa?

Lift terhenti sejenak karena akan ada orang yang​ masuk​, Aldrich menaikkan sebelah alisnya ketika Jacob adalah orang itu. Dia melangkah dengan tenang.

Aldrich memilih bungkam, malas untuk mengeluarkan sepatah kata pun. Tetapi Jacob tidak, dia menbuka mulutnya dan mengajukan sebuah pertanyaan.

"Bagaimana pemeriksaan polisi di apartemenmu tadi? Lancar? Atau mereka menemukan sesuatu yang aneh sehingga bisa menarikmu ke kantor mereka?"

Aldrich berdecih, matanya mendelik tidak suka. "Bukankah jawaban yang benar adalah apakah rencanamu berhasil untuk menjegal setiap langkahku?"

Jacob tertawa, yang malah terdengar seperti lengkingan tidak menyenangkan di telinga Aldrich. "Kurasa kau benar," ucapnya.

Aldrich mendengus. "Aku kira kau cukup jantan untuk menghadapiku sendirian tanpa harus melibatkan orang lain seperti polisi, tetapi ternyata tidak."

Jacob hanya menampakkan sebuah senyum samar.

Lift akhirnya sampai di lantai pertama. Tetapi ketika baru saja pintunya terbuka, seseorang langsung menodongkan pistol ke arah Aldrich. Jacob tertawa dan keluar lebih dulu.

"Habisi dia," titahnya.

Namun, sebelum Jacob mengatakan titahnya itu Aldrich sudah menendang pria berpistol itu cukup keras, menepis tangannya sehingga senjata api jatuh ke lantai. Aldrich menendang pria itu sekali lagi ke rahangnya, hingga terdengar bunyi seperti sesuatu yang retak.

Aldrich membawa pistol itu dari lantai, mengacungkannya ke arah pria tadi maupun Jacob. Bergantian.

"Alf, pergi." Jacob berdiri dan menunjuk pintu keluar dengan dagunya. Pria yang ternyata bernama Alf berdecih, menatap Aldrich dengan sorot mata kesal sebelum berbalik.

Tetapi Aldrich tidak menyukai hal itu, tiba-tiba saja ia meraih tangan Jacob dengan tangannya sendiri yang terbalut sarung tangan. Menekannya kuat-kuat hingga tertinggal sidik jari Jacob di sana, baru kemudian melepaskan sebuah tembakan di kaki Alf.

Aldrich sudah mengira kamera CCTV di lantai sana sudah tidak aktif hingga Jacob berani melakukan ini, ia tidak ragu sama sekali. Apalagi pistol itu memakai peredam sehingga tidak terdengar suara tembakan yang memekikkan telinga.

Jacob berdesis, hendak menendang tetapi Aldrich lebih dulu menyiku wajahnya hingga dia terjatuh ke belakang.

Aldrich tersenyum meremehkan. "Katakan saja apa maksudmu untuk menantangku, Jacob. Kau pasti tahu aku tidak pernah segan-segan untuk menghabisi seseorang."

Aldrich berlutut, menyusuri wajah Jacob dengan pistol yang dipegangnya. "Apakah ini perintah ayahmu? Maka bersiap-siap saja koneksinya dengan Perusahaan Bale akan terputus. Atau ini justru keinginanmu sendiri? Maka rasakan saja murka ayahmu."

Aldrich ingat tentang kesepakatan yang dibuat antara perusahaan Bale dan yang tergabung dalam lingkaran kerja sama yang saling menguntungkan itu, tidak ada yang boleh menyerang tanpa alasan yang jelas.

My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang