Wattpad Original
Ada 10 bab gratis lagi

Part 29 - Butterfly Effect 2

261K 25.1K 1.8K
                                    

"Sejak tadi aku ingin mengatakan ini, Pak. Tentang GPS tadi. Anda sudah terlampau jauh mengatur kehidupan pribadiku. Aku akan menonaktifkannya." protes Nic saat sudah sampai di lapangan golf.

"Boleh. Coba saja kalau kau bisa." jawaban Daniel yang santai itu membuat Nic curiga ia tidak akan bisa melakukannya.

"Omong-omong anda perlu teman hanya untuk bermain golf saja? Sebenarnya sudah banyak caddy di sini yang tidak akan menolak untuk menemani anda."

"Masalahnya bukan di sana." sahut Daniel.

"Lalu?"

"Hei, Pal. Kau sudah tiba ya?"

Seseorang berseru sebelum Daniel sempat menjawab pertanyaan Nic. Nic menoleh ke asal suara dan ia mengenal pria itu sebagai Zachary yang dulu Daniel kenalkan padanya. Dan kalau ada Zachary di sini berarti kemungkinan besar...

"Daniel!!" seorang wanita tiba-tiba memeluk Daniel dan bergelayut padanya.

Yah...Miranda juga ada di sana.

"Baru saja aku akan berkunjung ke rumahmu kalau kau tidak datang. Sekalian aku ingin melihat patung dewi kesuburan milikmu yang kelak akan kaujual padaku." Zachary menepuk punggung Daniel lalu ikut berjalan sambil merangkulnya sementara Miranda bergelayut di lengan kirinya.

Duo bersaudara yang luar biasa. Nic sebenarnya ingin tertawa melihat penderitaan Daniel tapi tentu saja ia tidak melakukan hal itu. Bisa-bisa Daniel tersinggung dan menyusun rencana untuk membuat utangnya berlipat ganda lagi.

"Gadis Ampar-Ampar Pisang! Kau ikut lagi?" celetuk Zachary dengan riang saat melihat Nic.

Nic seketika menjatuhkan tas berisi tongkat golf yang sedang dipegangnya karena syok.

Jadi...waktu itu...Daniel...tidak bercanda...? Nic sampai terbata-bata menjabarkan pikirannya.

"Hei? Ada apa denganmu?" Zachary melambai-lambaikan tangan di depan wajah Nic. Nic tersadar dari rasa syoknya dan langsung menatap Daniel dengan garang.

"Teganya anda melakukan itu padaku!" teriak Nic lalu berlari meninggalkan mereka semua sambil menangis menutupi wajahnya.

Sejenak ketiga orang yang ditinggalkan Nic mematung di lapangan itu.

"Memangnya kau melakukan apa padanya?" tanya Zachary.

***

Nic duduk di atas gundukan rumput dengan pandangan kosong sementara Daniel, Zachary dan Miranda sedang bercanda dan berlarian di depannya. Entah apa yang mereka lakukan. Nic tidak peduli. Ia merasa dunia ini begitu hampa.

"Sudah, jangan merengut begitu. Kenapa kau jadi marah padaku, sih? Padahal aku tidak pernah menyuruhmu menari dan bernyanyi lagu itu. Kau sendiri yang berinisiatif." Daniel tiba-tiba datang dan ikut duduk di sampingnya.

"Aku sudah lega saat anda mengatakan hanya bercanda. Tapi ternyata hal itu benar terjadi." ucap Nic histeris.

"Aku melakukan itu agar kau tidak terlalu memikirkannya. Buktinya, benar 'kan sekarang dirimu memikirkannya setelah tahu?" Daniel menarik napas. "Hampir semua manusia lebih suka kebohongan yang indah dibanding kenyataan yang menyakitkan."

"Itu tidak menyakitkan, Pak Fernandez. Tapi memalukan!" gerutu Nic. Daniel hanya tertawa.

"Tidak ada yang salah dengan lagu itu. Seharusnya kau malah bangga," Daniel menepuk-nepuk bahu Nic. "Oiya, aku lupa mengatakan nanti malam kau tidur sekamar denganku."

Nic seketika melupakan insiden Ampar-Ampar Pisangnya dan melotot pada Daniel seakan salah mendengar.

"What?!"

"Miranda pernah mencoba menyelinap ke kamarku. Aku sudah mencoba mengajak temanku yang lain tapi mereka sedang sibuk."

Nic baru akan membuka mulut tapi Daniel langsung menyelanya,

"Jangan protes. Ini perintah."

"Lama-lama aku bisa menuntut anda atas dasar pelecehan terhadap karyawan!" bisik Nic sambil menggertakkan gigi.

"Itu ide bagus. Kapan-kapan boleh juga dicoba. Kita lihat siapa yang menang di pengadilan." tantang Daniel.

"Aku ingin memperjelas sesuatu, Pak. Dan ini serius!" ucap Nic dengan kesabaran tertahan. "Aku adalah wanita."

Daniel tertegun dan menatap Nic dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Lalu?"

"Lalu perlakukanlah aku sebagai wanita! Anda tidak bisa sesuka hati memintaku tidur sekamar dengan anda!" bentak Nic kesal.

Daniel tertawa. "Are you kidding me? Kalau aku memperlakukanmu sebagai wanita aku tidak mungkin mengajakmu sekamar denganku. Mengerti?"

"Tidak."

"Sudahlah. Jangan khawatir. Kita sudah pernah tidur bersama dua kali bukan? Dan tidak terjadi apa-apa. Pembicaran selesai." Daniel mengacuhkan Nic dan menatap lurus ke depan.

Nic tidak bisa berkata-kata lagi tapi ia masih menatap Daniel dengan dongkol. Pria itu seenak udel saja memberikannya tugas yang tidak-tidak. Ia memang memiliki utang pada Daniel, tapi tidur bersama adalah tugas yang terlalu melenceng dari standar nasional tentang batas-batas sebuah pekerjaan yang masuk di akal.

"Kalau begitu aku meminta potongan diskon." ujar Nic mantap.

Daniel menoleh lagi dan menaikkan sebelah alis.

"Pekerjaan yang anda perintahkan tadi di luar jam kerja dan berisiko tinggi. Aku menuntut bonus." Nic menaikkan dagu tinggi-tinggi.

Daniel tersenyum. "Berisiko tinggi ya? Baiklah, berapa?"

"Lima puluh persen."

"Hanya untuk tidur semalam? Kau ingin memerasku? Dua puluh." sanggah Daniel.

"Empat lima."

Daniel menggeleng. "Dua lima."

"Tiga puluh."

"Deal."

Nic mengurut dada dengan lega. Ia agak senang karena merasa berhasil.

"Padahal kalau kau menawar empat puluh aku masih bersedia." Daniel tertawa.

"Damn You!" teriak Nic.

🌸🌸🌸

DANIEL AND NICOLETTE  (SUDAH DISERIESKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang