Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi

Part 36 - What If...(1)

284K 25.8K 3.4K
                                    



Kulitnya terbakar.

Dan itu semakin terlihat sehari setelahnya.

Inilah menyebalkannya memiliki kulit yang terlalu terang. Ia tidak pernah ke pantai bertahun-tahun dan baru ingat kemarin ia lupa memakai sunblock atau semacamnya. Nic meraba wajahnya yang merah tapi ia mengurungkan niat sambil mengepalkan tangan. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain menunggu. Kulitnya pernah terbakar matahari juga saat ia masih kecil dan beberapa hari kemudian terkelupas untuk kembali pulih. Bintik di hidungnya makin terlihat jelas sekarang. Kapan ia akan menjadi cantik kalau seperti ini? Seumur hidup Nic, jarang ada yang mengatakan bahwa ia cantik. Nic juga lupa apa Stevan pernah mengucapkan kata itu untuknya.

Tapi tidak apa-apa. Kulit merah terbakar itu tidak berhasil merusak harinya karena kini ia resmi menjadi tim penata musik.

Ya. Tim penata musik.

Seperti Danny Elfman, Alan Silvestri atau Ed Sheeran.

Sejak dulu Nic ingin tahu seperti apa mereka menciptakan efek suara yang sering ia dengar di lagu-lagu tertentu dan film-film yang ditontonnya. Nic hanya bisa menciptakan nada lagu dengan piano dan kadang gitar tapi ia tidak memiliki pengetahuan tentang proses pengolahannya hingga menjadi sebuah lagu yang utuh. Tidak banyak juga yang tahu kalau Nic adalah jenius di bidang musik kecuali ibunya, Stevan, dan guru-guru di sekolah musiknya dulu. Ia bisa memainkan musik hanya dengan mendengarnya sekali saja tanpa perlu melihat skrip ataupun not balok. Sebenarnya sekolah Nic sudah melakukan pengajuan bagi Nic untuk melanjutkan pendidikan di salah satu sekolah musik ternama di New York, tapi sebelum itu terlaksana, musibah lebih dulu datang.

Dan itu pertama kali Nic kehilangan kesempatan terbesar dalam hidupnya.

***

"Sebentar lagi mobil rumah sakit jiwa akan datang."

Sapaan Pak Warno membuat Nic berhenti tersenyum-senyum sendiri. Ia tidak sadar sudah melakukan hal itu sepanjang perjalanan dari kos hingga kantor. Es krim di tangannya sampai meleleh karena lupa ia makan. Terpaksa Nic membuang es krim itu ke tempat sampah lalu menyeka tangannya dengan tisu basah. Tadi ia bangun terlalu pagi hingga terpaksa nongkrong di restoran fast food lebih dulu. Efek terlalu gembira membuatnya tidak bisa tidur hingga pagi.

"Sepertinya semua berjalan seperti keinginanmu, ya?" lanjut Pak Warno lagi.

"Yah, begitulah, Pak." Nic hampir tersenyum lagi, untung ia sadar sebelum itu terjadi.

"Benar begitu ternyata?" Pak Warno tercengang. "Kau sudah jadi tim pembuat musik?"

Nic mengangguk-angguk. "Tim penata musik, Pak." ralatnya.

"Bagaimana kamu bisa yakin? Seleksinya 'kan baru hari ini."

"Dulu aku sudah pernah ikut seleksi tapi Pak Fernandez belum mengizinkan. Kemarin ia sudah mengizinkan, meskipun masih masa percobaan." jelas Nic.

"Akhirnya," Pak Warno melanjutkan acara menyapunya sambil terus berbicara. "Tidak sia-sia juga kamu menjadi anak kesayangan owner."

"Sembarangan!" gerutu Nic. Tapi entah kenapa kata 'anak kesayangan' terdengar menyenangkan di telinga Nic sekarang. Apa memang Daniel terlihat seperti itu ya di mata orang-orang? Menyayangi dirinya...

Tunggu dulu! Untuk apa Nic merasa senang, plis?! Ia benar-benar mulai tidak waras setelah lama bergaul dengan Daniel.

"Ini, Pak. Kubelikan sarapan tadi," Nic menyodorkan keresek berisi paket makanan anak-anak yang ia beli di resto fast food. "Sebagai rasa terimakasihku. Maaf aku hanya bisa memberi ini."

DANIEL AND NICOLETTE  (SUDAH DISERIESKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang