ENAM PULUH ENAM

189K 15.3K 757
                                    

Buat yang masih kosong, coba hapus dulu library, tutup aplikasi wattpad dan buka ceritanya dari akun saya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Buat yang masih kosong, coba hapus dulu library, tutup aplikasi wattpad dan buka ceritanya dari akun saya.

***

Yura tegang sekarang, mengapa ia harus dengan mudahnya ikut dengan laki-laki berwajah seperti kayu ini? Padahal Aldrich sudah berpesan jangan sendirian dan jangan mudah percaya dengan orang lain.

Yura mengedarkan pandangan, taman kampus ini memang tidak ramai, tetapi masih ada beberapa mahasiswa yang berdiam diri di sana. Sebagian tengah mengobrol asyik, sebagian lagi menunduk untuk membaca sesuatu yaitu berupa buku yang mereka bawa. Takutnya, mereka sampai tidak menyadari keadaan sekitar gara-gara terlalu bertindak individualis.

Yura mencoba terlihat tenang dan tidak panik, walaupun tidak begitu berhasil. Senyumnya canggung, ia juga terlalu sering membenarkan poni yang terasa menusuk mata. Alf masih diam, sehingga Yura merasa gatal untuk segera pergi dari taman kampus yang tiba-tiba terasa menyeramkan.

Ketika Alf membuka mulut, suaranya yang berat dan dalam seperti samudra yang tak bisa diduga segala isinya membuat Yura tertegun sebentar. Ia tidak tahu siapa itu Jacob atau bagaimana rupa serta sifatnya, tetapi dapat dimengerti mengapa laki-laki itu memilih Alf sebagai pengawal pribadi.

Alf memiliki aura yang berbeda, kuat dan dapat dengan mudah mendominasi orang lain. Walaupun jujur, Yura masih bisa menemukan seseorang yang mempunyai aura lebih kuat dari Alf, yakni Aldrich.

"Perkenalkan, namaku Alf."

Nada bicara Alf yang begitu kaku dan resmi membuat Yura mengernyit dan menelan saliva perlahan. "Namaku ... Yura."

"Ada satu hal yang ingin aku sampaikan."

"Begitu ya? Tapi aku​ ada kelas, jadi nanti saja ya selamat tinggal."

Yura berbalik dan hendak pergi ketika Alf menahan tangannya. "Sebentar saja, tidak akan sampai mengganggu kegiatan kuliahmu."

Yura mengembuskan napas pelan. "Baiklah."

"Ini mengenai beberapa surat yang kau terima. Oh ya, tidak perlu tegang seperti itu. Aku tidak membawa benda apapun yang bisa membahayakanmu."

Yura yang mulai merasa tidak sabaran dan keberaniannya timbul pun mendengus, ia berdecak dan melipat tangan di dada. "Bisa dipercepat? Kalau aku boleh mengucapkan sesuatu yang berani, omonganmu terlalu bertele-tele dan panjang. Bisa dipersingkat tidak? Jam kuliahku akan dimulai sebentar lagi, apa kau tidak bisa membayangkan kerugian apa yang harus kuperoleh nantinya? Orang tuaku sudah membayar mahal untuk biaya kuliahku dan kau seenaknya saja mengganggu waktu yang berharga ini?"

Alf mengernyit, membuat ekspresi baru di wajahnya yang selalu terlihat seperti kayu. Ia tertegun, wanita di hadapannya ini adalah seorang normal paling berani yang pernah ia temui.

"Baiklah. Aku hanya menghimbau agar kau lebih hati-hati lagi, karena A akan mulai bertindak lebih jauh."

Yura memejamkan mata, mencoba menetralisir segala perasaan yang muncul. "Lalu?"

My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang