24. Hello, The New Lotus

11.2K 626 12
                                    

Gadis ini bersenandung sambil menikmati aroma segar dan manis bunga wisteria yang menjuntai menghiasi kanopi balkonnya. Meskipun belum banyak, tapi aroma yang di keluarkan juga pemandangan yang di tampakkan sudah cukup membuatnya damai.

Ia memejamkan matanya sejenak. Meringankan pikirannya yang tiba-tiba penuh setelah perbincangannya dengan orang tuanya semalam.

“Kak kamu nggak ada pikiran nikah apa gimana gitu ta? Umurmu udah mau dua empat loh.” Tanya mamanya via telepon.

“Kalo Rissa seh belom mikir sampe kesana, Ma. Pacar aja nggak punya, apalagi calon.” Balasnya sambil menggigit bibirnya. Mencoba mengalihkan pikirannya yang tiba-tiba mengarah ke dia.

“Dibantuin Ayah mau ta, Kak?” Tanya mamanya lagi, “Mama juga udah hampir empat enam, Kak. Mama pengen liat kamu sama adek-adekmu nikahan dulu.”

Tanpa sadar air matanya menetes. Ia memejamkan matanya sejenak. “Aku terserah Mama sama Ayah aja, Ma. Aku serahin semuanya sama Ayah. Ayah pasti bisa nyariin yang paling baik.”

“Kamu seriusan ini, Kak?”

“Lah, mama gimana seh? Katanya tadi pengen liat aku nikah?” Candanya sambil mengusap air matanya di pipinya.

“Tapi kalo kamu kebe–”

“Kalo menurut mama sama ayah, aku udah cukup umur, nggak papa kok, Ma.” Potongnya. “ Tapi Mama sama Ayah aja yang milihin. Kan udah dua kali Rissa salah pilih.”

Persetan dengan perasaannya yang jujur masih available buat dia yang jauh disana. Tapi, cukup dua kali ia jatuh di dua tempat yang saling berdekatan.

“Yaudah deh, Mama sama Ayah yang milihin, nanti fotonya–”

“Nope, Mama sama Ayah nggak perlu repot-repot ngirimin foto. Kan nanti waktu nikahan aku bisa liat sendiri, Ma.” Candanya dengan senyuman lelah di bibirnya.

“Seriously?! Carissa, ini kamu–”

“Rissa yakin Ayah sama Mama bakalan milihin yang terbaik buat Rissa.” Lagi, ia mengusap pipinya yang basah karena air matanya. “Lagi pula, belum mukhrim, Ma. Jadi boleh liatnya besok kalo udah ijab.” Candanya.

Terdengar helaan nafas berat dari Mamanya. “Mama takut nanti kalo kamu nggak cocok sama pilihan Mama sama Ayah, Kak.”

“Pasti cocok, Ma. Kan dari kecil sampe sekarang aku mesti minta pendapat mama sama ayah. Jadi pilihan mama sama ayah pasti cocok. Karena Rissa yakin Mama sama Ayah bakal milihin yang paling baik dari yang terbaik–

“Riss!” Sontak ia menoleh ke dalam kamarnya, tempat Erisca berdiri. “Dicariin penggemarmu tuh! Ibu-ibu lagi hamil kata Agnes.” Tambah teman seperjuangan dalam membantunya untuk mengelola café ini.

“Masa?! Emang sih, pesonaku nebar kemana-mana.” Candanya sambil terkekeh sebelum akhirnya cemberut karena jitakan sahabatnya ini.

“Buruan deh turun, kasian kan nungguin kamu.”

“Iya-iya.” Balasnya sambil menutup pintu kacanya kemudian beranjak mengambil kupluk yang tergeletak di meja kerjanya dan memakainya. “Kamu nggak ikutan ke café, Ca?” Tanyanya saat melihat Risca masih dengan setelan baju santainya sambil menatap televisi.

“Enggak. Kan yang dicariin cuma kamu.” Ia Cuma mendengus kesal sebelum akhirnya beranjak menuruni tangga. Kemudian ia menelusuri lorong taman yang langsung tembus dengan gazebo depan serta pintu keluar-masuk pegawai.

“Agnes, tadi ada yang cariin aku, ya?” Tanyanya pada sosok gadis manis yang pas berpapasan dengannya di pintu khusus pegawai.

“Iya, Mbak. Dari dulu kalo mbaknya itu kesini mesti nyariin Mbak Rissa. Tapi tempuk sama jadwalnya Mbak Rissa keluar.”

Lovey DoveOù les histoires vivent. Découvrez maintenant