Prolog

633 114 489
                                    

"Bunda jaga diri baik-baik, ya. Bunda nggak boleh terlalu capek, banyakin istirahat. Jangan terlalu diforsir kerjanya Bun, takutnya nanti uang Bunda cepat banyak! Hehe."

"Alhamdulillah! Itu tandanya kerja Bunda selama ini nggak sia-sia, Bel. Toh hasilnya kan juga buat keperluan kamu!"

Bela hanya senyum-senyum nggak jelas mendengar pernyataan Bundanya. Saat ini Bela bersama Bundanya yang bernama Wilda sedang prepare apa saja yang hendak dibawa besok. Karena besok pagi Bela akan pergi ke luar kota, bukan ke luar planet.

Tiba-tiba terdengar tangisan yang begitu kencang dari lantai bawah. Bela dan Wilda kaget mendengarnya, karena mereka sangat mengenali suara itu. Mereka pun langsung berlari keluar kamar Bela dan menuruni tangga satu per satu. Takutnya kalau melompat-lompat nanti dikira pocong kesiangan.

Tak sampai dua menit mereka sudah sampai di ruang tengah. Mereka kebingungan melihat anak kecil yang menangis sambil menjerit duduk di sofa depan televisi. Tiba-tiba dia memeluk Wilda ketika melihatnya.

"Cup cup cup! Udah gede masa nangis?" ucap Wilda menenangkan.

Tetapi anak kecil itu malah menangis lebih kencang. Dia adalah Zahra, adik Bela satu-satunya.

"Bunda, ada apa sih?" Bela tampak bingung.

"Biasa, Bel."

"Biasa?" Bela menaikkan satu alisnya. "Biasa bagaimana, Bun?"

"Masa nggak tahu sih, Bel?"

"Bela nyerah deh, Bun! Sumpah, Bela nggak tahu," ucapnya setengah frustasi.

"Coba lihat deh, Bel!" tunjuk Wilda menggunakan dagunya ke sofa yang di depan televisi. Tetapi Bela salah tanggap, dia mengira kalau Bundanya menunjuk ke arah televisi yang sedang menayangkan film horor.

"Oh ... jadi Zahra kayak gitu karena nonton film itu?" Bela akhirnya mengerti. "Sudah tahu takut, tapi malah ditonton! Dasar penikmat!" cibir Bela.

"Penikmat?" tanya Wilda seraya mengerutkan keningnya.

"Hah? Penikmat?" Bela malah mengulang pertanyaan Bundanya. Dan dia berjalan mendekati televisi, hendak mematikannya.

"Lah kok malah balik tanya? Kan tadi Bela yang bilang gitu," ujar Wilda.

"Masa sih, Bun? Bela ngomong gitu?" Bela tampak berpikir. "Ahh iya ... maksud Bela penakut, Bun. Dasar Zahra penakut! Wleee." Bela memeletkan lidahnya yang langsung mendapatkan lemparan remot dari Zahra.

Bug

Satu lemparan mendarat cantik di dahi Bela. Bela pun akhirnya terjatuh ke sofa yang tepat di sebelahnya dengan mata terpejam.

"Hahahaha ...," Zahra yang tadinya menangis langsung tertawa dengan kerasnya.

Sedangkan Wilda hanya menggelengkan kepalanya, lalu berjalan dan duduk di samping Bela. "Zahra itu bukan takut karena nonton film horor, tapi dia takut karena ada kecoa di bawah kamu." Wilda menjelaskan setengah berbisik di telinga Bela.

"Aaaaahhhhhhhh!!!!" teriak Bela sambil membuka matanya dan langsung bangun dari sofa. Lalu dia lari sekencang mungkin menuju kamarnya yang ada di lantai dua. Tetapi sebelum menaiki tangga, kakinya malah menendang meja kecil yang ada di samping tangga.

Brukk

"Aww! Sakit banget!" rintih Bela seraya memegangi kaki kanannya.

Lagi dan lagi Zahra tertawa puas sambil memegangi perutnya. Dan Wilda? Dia juga tertawa melihat tingkah putri sulungnya yang malang itu.

Ya Allah, sungguh nikmat apa yang Engkau berikan. Sampai-sampai hamba-Mu yang baik ini sangat menikmati rasanya kena lemparan remot televisi dan kaki yang menendang meja kecil sialan itu. Batin Bela.

Bela pun melanjutkan tujuannya, menaiki tangga untuk menuju kamarnya dengan satu kaki. Kaki kanannya dia angkat sedikit, sehingga dia melompat-lompat cantik dengan tangan yang berpegangan pada railing tangga.

💋💋💋

Hai hai hai! 😍
Author kembali dengan cerita baru nih! 😁
Ini cerita kedua Author loh! 😊

Bagaimana prolognya menurut kamu?
Suka nggak? 😀
Biasakan tinggalkan jejak setelah membaca, ya! 👣.
Dengan cara vote 🌟 and comment 💬.

Jangan jadi SIDERS (silent readers).
Setidaknya hargai sedikit kerja keras Author 😉.

Jika suka, tambahkan ke daftar bacaan kamu ya! 😊
Biar tahu ceritanya sampai selesai 😁.
Follow Author juga ya 😘😅✌.

Salam kenal 😍

Author
17 Agustus 2017
10.50 PM

Jodoh & Impian #Wattys2017 (Pending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang