37. MASIH PEDULI (2) [REPOST]

379K 27.8K 4.2K
                                    

37

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

37. 2 Masih Peduli

Selama tiga hari Galaksi tidak pernah menyapanya.

Kejora sedang duduk menyendiri dekat kelas sepuluh. Perempuan itu melirik ke lorong yang ramai. Kejora sudah sering lewat depan kelas Galaksi hanya untuk melihat cowok itu tapi Galaksi benar-benar mengabaikannya sejak kejadian itu. Cowok itu marah. Kejora tahu hal itu. Belum lagi masalah lama mereka yang belum selesai memperkeruh suasana. Beberapa kali kelasnya dan kelas Galaksi digabung olahraga bersama tapi Galaksi seperti tidak menganggap kehadirannya. Setiap melihatnya di kantin. Cowok itu hanya memperhatikannya tapi tidak menyapa juga tidak seperti dulu.

Seharusnya Kejora senang karena cowok itu menjauh darinya. Memang tipe laki-lakinya bukan seperti Galaksi. Seharusnya Kejora senang karena semua masalah yang bersumber dari laki-laki itu berangsur hilang setelah kejadian di SMA Kencana beberapa hari yang lalu tapi nyatanya perasaan Kejora tidak begitu. Kejora merasa ada yang hilang. Kehilangan yang diberikan cowok itu semakin besar tiap harinya yang membuat Kejora kesusahan jika bertemu dengannya lagi dan Galaksi masih tetap sama. Mengacuhkannya.

"Eh Nweng Kejora," suara Nyong membuat perempuan itu menoleh. "Ngapain sendirian di sini Nweng?" tanyanya lagi.

"Awas digondol anak kelas sepuluh Nweng." Laki-laki itu bersama Guntur. Kelihatannya mereka berdua baru habis dari kantin perempuan kalau dilihat dari botol minuman Nu Green Tea yang dibawa Nyong. Mereka pasti nyari cewek ke kantin kelas sepuluh. PASTI!

"Mikirin Galak ya, Ra?" tanya Guntur. "Udah sana samperin dia ke kelasnya. Dari tadi kerjaannya marah-marah mulu. Tuh orang semuanya disemprot. Ampe Pak Maman juga kena semprot sama tuh orang. Ketoangne ibanne. Lengeh sajan leme to." (*Bahasa Indonesia: Digituin dirinya. Bego banget tuh orang). Kejora melirik Guntur—tidak paham dengan apa yang diucapkan oleh cowok itu. Kadang Guntur memang terlihat masih fasih menggunakan Bahasa Bali. Cowok itu memang keturunan asli Bali tapi merantau ke Jakarta. Begitu sekiranya yang Kejora dengar dari ketiga temannya yang tukang gosip.

"Lo ngemeng apa sih Tur! Jangan pake Bahasa Bali napa! Kejora mana ngerti PEA!" marah Nyong padanya sambil menoyor kepala laki-laki itu hingga mengenai jambulnya yang agung.

"Sorry-sorry. Abisnya gue gedeg sama Galak," kekeh Guntur padanya. "Udah sana Ra lo ke kelas gue aja. Samperin Galak. Udah kaya singa lepas dari kandang aja tuh orang." Suruh Guntur pada Kejora.

"Ngapain? Gue sama dia kan gak ada apa-apa," kata Kejora pada keduanya.

"Tapi lo suka sama dia kan Ra?" tanya Guntur. "Iyain aja udah biar fast," kata Guntur lagi saat Kejora ingin memprotes. "Lo berdua tuh ada apa-apanya tau! Lo pake bilang nggak ada apa-apa. Kasian Galak, Ra. Udah lama nungguin cinta lo tapi nggak lo bales-bales."

Kejora merenung mendengarnya.

"Cuman karena Galak nakal doang lo gak mau sama dia? Cuman karena dia ketua geng ya Ra?" kata Nyong. "Ra, cinta tuh nggak mandang status orang Ra. Cinta tuh tulus dari dalam hati mau dia anak tukang kebon atau anak geng Ra. Kalau lo sama Galak sama-sama suka kenapa saling jauh-jauhan?" tanyanya mendadak bijak.

GALAKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang