39. KITA JADIAN [REPOST]

420K 29K 4.8K
                                    

39

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

39. Kita Jadian

"Maaf, Ra. Gue milih Ravispa. Temen-temen gue lebih butuh gue." Galaksi memutuskan apa yang ada di kepalanya. Beberapa saat ia terdiam karena tahu sudah mengambil tindakan yang tepat. Laki-laki itu melihat reaksi Kejora. Perempuan itu juga diam menyadari perbuatannya karena sudah salah bersikap.

Tidak seharusnya Kejora memberi dua pilihan seperti itu pada Galaksi. Terdengar sangat kekanakan tapi apa yang sudah ia ucapkan tidak akan bisa ditarik kembali begitu juga apa yang teman-teman cowok itu dengar tentang bagaimana Kejora mencegah laki-laki ini untuk tidak berkelahi lagi. Tapi tetap saja semuanya sudah terlanjur. Kejora juga sadar sepenuhnya kalau yang ia larang ini Galaksi dan laki-laki ini pasti tidak akan menuruti apa yang ia mau meski itu demi kebaikan Galaksi sendiri. Laki-laki ini, Galaksi. Si kepala batu. Laki-laki ini Galaksi. GA-LAK-SI.

Kejora juga teringat satu fakta. Galaksi siapanya? Bukan siapa-siapanya. Seharusnya Kejora mengontrol diri untuk tidak sepeduli ini pada Galaksi. Seharusnya begitu. Seharusnya.

"Lak udah masuk kelas. Mending lo masuk kelas Ra," suruh Septian pada Kejora. Tak terasa suara bel sudah berdering sejak lima menit yang lalu. Perempuan itu mendur menuju teman-temannya meski Kejora tahu bahwa apa yang sudah ia katakan tadi akan merubah sifat teman-teman Galaksi padanya.

***

"Ra, bukan maksud gue ikut campur nih tapi ya Ra. Tapi menurut gue. Tadi lo keterlaluan."

Lala menoleh padanya dibarengi anggukan setuju Jihan. Sementara Febbi tidak mau ikut-ikutan dulu dengan masalah temannya.

"Gue juga tau." Kejora yang berjalan di sebelah kiri menoleh pada ketiganya.

"Aneh banget kan gue sekarang? Gue juga nggak ngerti kenapa sama diri gue sendiri. Gue kaya langsung aja bisa bilang kaya gitu padahal gue nggak pernah sebelumnya kaya gini."

"Ra lo tuh suka sama Galak. Sampe kapan lo bakalan gantungin dia kaya gini?" pertanyaan Jihan membuat Kejora memandang lorong panjang yang sudah sepi di depan mereka.

Tidak menjawab.

***

"Kapan kita bakalan ke panti jompo buat nyumbangin uang hasil bazar?" Oji datang membawa makanannya serta makanan titipan Bams ke dalam kelas. Kelas sedang sepi karena guru yang mengajar di jam ini tidak datang juga.

"Udah nentuin di mana emangnya?"

"Udah." Septian menjawab pendek. "Kaya angkatan Kakak kelas tahun lalu. Panti jompo yang lama." Hasil uang bazar Ravispa memang bukan untuk mereka saja. Tradisi lama yang sudah turun-temurun dan tidak bisa dirubah karena dulu ketua Ravispa yang lama tidak mau kalau Ravispa identik dengan hal-hal yang berbau negatif saja. Maka dari itulah bazar diadakan. Bukan semata-mata untuk mereka saja tetapi untuk orang-orang yang membutuhkan.

"Tadi gue liat Baret nyomot makanan di kantin nggak bayar. Terus aja tuh anak kaya gitu," kata Oji.

"Kaya nggak tau Baret aja lo, Ji." Jordan bersuara. "Banyak kali yang nyomot makanan di kantin tapi nggak bayar."

GALAKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang