Part 4

20.8K 1.4K 14
                                        

"Maksud Anda apa ngomong begitu ke calon istri saya? Apa anda tidak diajarkan SOPAN SANTUN dari kecil sehingga main cap anak orang sembarangan? Oh atau anda iri karena Prilly mendapatkan calon pendamping seperti saya?"

Prilly dan Mila menoleh pada Ali. Mukanya benar-benar merah. Elisa langsung terdiam. Ia pun pergi dari hadapan Prilly tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.

Prilly melirik Ali. Wajahnya berubah jutek sekali setelah membalas perkataan Elisa tadi. Elisa memang seperti itu pada Prilly karena merasa tersaingi.

"Kamu gapapa kan?" Tanya Prilly sambil mengguncangkan tubuh Ali. Ali tak membalas dan langsung menarik lengan Prilly.

"Yah Prill!! Gue ditinggal LAGI? huftt.." Keluh Mila.

Ternyata Ali membawa Prilly ke taman belakang kampus. Ini termasuk tempat favoritnya waktu ia masih kuliah disini.

Ali menghirup napas dalam-dalam, dan mengeluarkannya lewat mulut. Begitu seterusnya. Prilly tau, Ali sedang meredam emosinya.

"Kamu kenapa tadi keliatan marah banget pas Elisa ngomong kayak gitu?" Pertanyaan bodoh itu akhirnya keluar dari bibir Prilly. Ali tersenyum dan menatap Prilly sangat dalam.

"Aku sayang kamu."

Hanya itu kata-kata yang keluar dari bibir Ali. Prilly kurang puas. Bukan itu jawaban yang ia mau.

"Liat aku. Kamu itu berarti buat aku. Umur kamu yang 10 tahun dibawah aku ngebuat orangtua kamu selalu ngasih wejangan ke aku untuk jagain kamu, lindungin kamu dari orang kayak gitu. Secara ga langsung, aku udah menjadi bagian dari hidup kamu." Jelas Ali. Prilly berusaha untuk tidak terhipnotis dengan perkataan Ali. Tapi tak bisa.

"Hanya sayang?" Tanya Prilly. Ali membalasnya dengan senyuman.

'Ada saatnya aku bilang cinta ke kamu. Tapi ga sekarang. Aku mau tau perasaan kamu ke aku dulu kayak gimana. Baru aku ungkapin perasaan aku sebenarnya. Maafin aku, Prill. Aku emang egois. Aku gamau jatuh cinta sendirian.' Batin Ali sambil tersenyum pada gadis yang sudah menggerutu itu.

"Kok cemberut, sih?" Goda Ali menoel pipi Prilly berkali-kali. Pemiliknya pun memberontak.

"Abisnya ga dijawab! Aku paling ga suka orang nanya ga dijawab! Ak..."

CUP!

Ucapan Prilly terpotong karena Ali mengecup kening Prilly. Prilly hanya bisa bengong sambil memegangi keningnya.

"Masih nanya lagi?" Tanya Ali. Prilly hanya diam dan terus bengong.

"Baru aku cium keningnya aja udah kayak gitu. Gimana kalo aku cium bibirnya? Pingsan tuh pasti." Goda Ali. Pipi Prilly langsung memerah malu. Berkali-kali Ali dipukulnya. Tetapi yang dipukul malah tertawa.

"Ihh! Ini balasan buat kamu yang udah godain aku!!!" Prilly terus menyerang Ali dengan pukulannya yang cukup keras. Tapi tak mempan sedikitpun pada Ali. Wajar, Ali sudah berkali-kali dites kekebalannya.

"Godain? Pengen banget aku godain." Lagi dan lagi, Ali tertawa karena ucapannya sendiri. Ketika pukulan ingin mampir lagi ditubuhnya, Ali langsung memeluk Prilly.

"Kamu jelek ah kalo main tangan gitu. Yang lembut dong, Sayang. Perempuan ga boleh kasar. Apalagi cowok yang dikasarin. Ok?" Tegur Ali dengan lembut sambil mengusap-usap rambut lurus Prilly.

"Sayang?" Sekarang giliran Prilly yang menggoda Ali. Ali menggaruk tengkuknya yang sama sekali tak gatal. 'Skakmat! Pake keceplosan lagi.' Batin Ali.

"Tadi apa panggilannya? Aku kurang denger?" Prilly semakin gencar menggoda Ali.

"Hah? Ga.. emang aku manggil kamu apa tadi?"

Till The End (New Version)Where stories live. Discover now