part XI

23K 808 20
                                    

Didedikasikan buat semua readers Be With You yang masih sempatkan baca apalagi vote dan terutama untuk liadarby (siap2 perang tuch), araaa991 (ini updatenya sis), miss_pisces (ada yg mendukung nih ama Michael), fietrie (biar sehat sis), xixihana (akhirnya apa sis?), 3lovely (hehehe...kurang yaa???), riavena83 (dirayu ama siapa?), Karin_Sakurai (mmm...siapa yaaa???), alfira (hehehe....speechless dech), alyssaMesayu (mmm...kemakan gak yaa?), YullyNura (mudah2an bisa panjang), cencenrisma (semangat juga bacanya....), laqifan21 (ini lanjutannya...), IndahViany (the answer is.....hehehe), rubbie_mi (welcome new reader...smg sis suka), queen280989elfishy93, galianugraha, ely_siregarTRIAST (sudah bisa di baca kan sekarang :)) .... so much thanks for your comment yg bikin semangat lanjutin part selanjutnya....untuk silent reader (pleaseeee votenya....)

    

CLARIS membuka matanya dengan malas, ia merasa tidak ingin bangun dan terus bergelung di tempat tidur. Ia tidak sanggup bertemu dengan penyebab kegelisahannya dan membuatnya tidak bisa tidur, matanya baru bisa terpejam saat semburat orange terlihat di langit.

Dengan kepala masih terasa berat, ia memaksakan diri untuk beranjak dari ranjang. Tubuhnya menolak untuk mengikuti perasaannya sehingga yang bisa ia lakukan hanya melangkah ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya.

'Jangan mengingat, jangan mengingat' perintahnya berulang kali pada otaknya dan berusaha memblokir semua adegan yang terjadi beberapa jam yang lalu.

Ia tidak sanggup untuk mengatasi reaksi aneh yang terjadi padanya dan juga tidak akan sanggup untuk menahan diri mendekati lelaki itu....shit! Jangan mengingat!' Claris mengutuk diri karena ingatan itu mulai mengintip dipikirannya dan kemudian memarahi diri sendiri karena umpatan yang sempat keluar dari benaknya.

Mencoba untuk tetap waras, Claris menuju ke dapur dan aroma kue kesukaannya langsung menyergap hidungnya. Ia semakin mendekat dan mulai membayangkan sepotong pie dengan secangkir kopi. Semenjak ia tinggal di peternakan, ia mulai menyukai kopi bahkan mengkonsumsinya setiap hari. Kegiatan yang tidak pernah ia lakukan dahulu namun kini menjadi kebiasaannya.

"Oh Beth, kamu paling tahu bagaimana memulai hari," serunya begitu ia masuk ke dapur dan langsung tercengang.

Di depannya berdiri Michael sambil memegang sebaki pie apple yang masih mengepul, senyum mengembang di wajahnya. "Selamat pagi, Clare. Kurasa yang kubuat ini merupakan kesukaanmu."

Claris hanya bisa termangu, ia kesulitan berkata-kata. Menemukan lelaki itu di tengah-tengah dapur dengan penampilannya yang begitu maskulin dan jantan membuat jantungnya melompat dengan liar.

"Beth tidak masuk hari ini, jadi kita akan bergantian menyiapkan hidangan. Apa kamu keberatan?" dengan santai, Michael meletakkan pie apple di atas meja yang semakin menggoda selera Claris..

"Aku...." ia mencoba menenangkan jantungnya dan membasahi tenggorokannya yang kering. "Aku tidak keberatan sama sekali."

"Baiklah, kurasa tidak ada masalah sama sekali." Michael mengedipkan sebelah matanya. "Kurasa aku juga berutang maaf padamu."

Sekali lagi Claris terpana, kelembutan dalam suara parau Michael sanggup membuat pikirannya kembali buntu. Kediamannya membuat lelaki itu salah mengira, wajahnya sendu saat menatap Claris.

"Tidak seharusnya aku berkata sekasar itu di rumah sakit, melihat keadaan Leon membuatku frustasi dan tidak bisa berpikir apa-apa." ada permohonan di mata lelaki itu yang tidak bisa di tolak Claris.

Ia memusatkan pandangan untuk memastikan lelaki itu tulus ingin berdamai dengannya dan butuh beberapa detik baginya untuk mengeluarkan suara. "Aku sudah melupakan hal itu."

Michael melemparkan senyum lebar ke arahnya, kelegaan terpancar di wajah maskulinnya. "Kurasa tidak ada salahnya jika kita bisa menghabiskan waktu bersama untuk saling mengenal apalagi kita sama-sama menyayangi orang yang sama."

Gencatan senjata lagi, seru Claris dalam hati. Apa ia mampu untuk melakukannya? Apa ia mampu untuk bersikap biasa saja saat bersama dengan lelaki itu sementara benaknya di penuhi bayangan tubuh telanjang lelaki itu?

Hentikan, Clarissa Heart! bentaknya dalam hati, lelaki itu sudah bersedia untuk menawarkan perdamaian dan sekuat tenaga ia akan menerima uluran persahabatan dari lelaki itu. Ia mengangguk, "Demi Leon."

Ada sekelebat emosi yang muncul dalam mata Michael namun segera menghilang hingga Claris merasa ia mungkin hanya berhalusinasi.

"Berhubung aku sudah membuatkan sarapan untuk kita. Jadi giliranmu menyiapkan makan siang, apa menu makan siang kita?" Michael menatapnya ingin tahu, ia bersandar santai di patio dan menyengir seakan ide tersebut merupakan hiburan menarik baginya, sikap santai lelaki itu mulai menular padanya hingga ia bisa melonggarkan ketegangannya.

"Ada saran?" Claris mengangkat alisnya, walau ia terbiasa memasak namun ia sama sekali tidak tahu selera lelaki di depannya itu dan disambut gelak tawa lelaki itu yang membuat Claris cemberut bingung.

"Kurasa kita tidak punya banyak pilihan, beef dan salad." Michael memutar bola mata dan menundukan pundaknya seakan mengirimkan pesan kebosanan pada hidangan yang ia sebutkan dan membuat Claris tertawa.

"Kurasa aku bisa mengusahakan alternatif yang lain, apa ada bahan lain dalam kulkas?" Claris melangkah mendekat ke arah Michael yang berada di samping kulkas untuk mengecek sendiri.

"Bagaimana kalau kita makan malam di luar? Sudah saatnya aku mengenalkan tempat ini padamu," tawarnya santai namun ada pengharapan di sana hingga ia tidak kuasa untuk menolak. "Kita hanya perlu menyediakan hidangan untuk makan siang saja, bagaimana?"

Claris merenung sejenak, namun dorongan aneh di hatinyalebih kuat dari segala kebimbangan dan keresahannya sehingga ia siap mengambilresiko apapun. "Baiklah, aku setuju."

----------> to next part ^.^

Vote....Komen....Share

Maaf, cerita ini dalam pengeditan untuk dicetak. Akan ada penambahan part, semoga my beloved readers bisa bersabar.

Be With You (rewriten)Where stories live. Discover now