*scroll terus kebawah. Ceritanya mundur maju cantik*Jakarta, 18 Oktober 2015
Soekarno-Hatta International AirportAli melangkahkan kakinya gontai menuju ruangan khusus untuk pilot. Koper pun ia seret dengan tidak semangat. Beda dari biasanya.
"Hai, Bro! Udah siap ke Singapore?"
Ali tak menjawab. Pikirannya sudah terlalu kalut oleh hilangnya Prilly. Rizky pun sadar dengan perbedaan Ali hari ini.
"Ada masalah? Cerita sama gue. Ga biasanya lo murung kayak gini. Sebelum kita flight, lebih baik jernihin dulu pikiran lo. Kita bawa ratusan penumpang, Li."
Rizky mengajak Ali duduk di paling belakang agar pilot yang lain tak mendengar percakapan mereka.
"Udah berapa lama sih kita sahabatan? Yang gue tau, seberat apapun masalahnya, lo ga pernah serapuh ini. Gue yakin, ini ada sangkut pautnya sama Prilly."
Ali menengok sekilas lalu kembali termenung. Ia berusaha untuk menghilangkan rasa khawatirnya sebentar namun tak bisa. Prilly begitu berarti untuknya.
"1 jam lagi kita harus ninggalin Indonesia dalam waktu yang ga sebentar. Lo mau mendem perasaan sedih lo sampai 2 minggu kedepan tanpa cerita ke siapapun? Kalo lo bisa sih yaudah."
Akhirnya Ali buka suara. Cerita mengalir dari bibir tipisnya. Dari awal sampai akhir lengkap ia ceritakan pada Rizky. Jujur, Rizky memaklumi sikap Ali. Prilly sudah 2× diculik. Dikali pertama, nyawa Prilly hampir melayang. Wajar jika Ali sangat terpuruk.
"Gue bingung, Ky. Gue mau nyari Prilly dan bawa pulang dia, tapi pekerjaan yang mengharuskan gue disini sekarang. Gue merasa gagal untuk memenuhi janji gue menjaga Prilly."
Rizky menepuk-nepuk pundak Ali, memberikan isyarat untuk tetap tabah menerima segala cobaan yang menimpanya. Kebahagiaan Ali sangat bergantung pada Prilly.
"Kalo lo masih bisa izin ganti tugas, gue akan bantuin lo nyari Prilly, Li. Tapi sekarang lo harus stay di Singapore 2 minggu dan ga bisa izin-izin lagi. Gue yakin, setelah lo balik nanti, Prilly akan kembali."
Ali merasa sedikit lebih tenang sekarang. Meskipun kesedihan masih ada, namun rasa lega lebih mendominasi Ali ketika meluapkan segala kesedihannya dan melihat kebahagiaan para penumpang.
♡♡♡
Prilly mengerjap-ngerjapkan matanya. Sinar mentari pagi menyilaukan matanya. Ia baru sadar, jika ia tidak sedang berada dikamarnya. Melainkan disebuah rumah tua yang kumuh, berdebu, dan agak bau.
"Mil.."
Mila melakukan hal yang serupa dengan Prilly. Lalu menyadari bahwa sekarang ia dan sahabatnya berada di ruangan yang tak wajar untuk ditempati manusia.
"Kita dimana, Mil?" Mila menggelengkan pelan kepalanya. Seingatnya kemarin, ia dan Prilly dibawa 2 pria bertopeng dengan karung.
"Nyawa kalian dipertaruhkan hari ini."
Prilly dan Mila bergidik ngeri mendengar ucapan Elisa yang sangat menyeramkan itu.
"Selamat pagi, korbanku yang kedua." Ucap Elisa sambil menempelkan pisau pada pelipis Prilly.
"Selamat pagi, korbanku yang ketiga." Ucap Elisa melakukan hal yang serupa pada Mila.
"Gue merasa prihatin sama kalian berdua. Seharian kalian disini, gaada orang yang berusaha nyelamatin kalian."

YOU ARE READING
Till The End (New Version)
FanfictionPrilly Ayyara Yuan Nisaka, adalah anak perempuan kesayangan keluarga. Kebahagiaan selalu dilimpahkan pada gadis ini sejak kecil. Inilah yang menjadi alasan Prilly tumbuh menjadi anak gadis yang manja. Kemanjaan Prilly membuat sang ayah ingin menjodo...