00.03

85 40 3
                                    

"Udah belum?" Tanya Wina dari luar toilet.

Aku mematikan keran, lalu membuka pintu toilet. Aku masih malu pada cowok itu, untung saja Wina segera datang menghampiri ke UKS. Katanya sih takut aku kenapa kenapa, soalnya ga nyampe juga ke Kantin.

Melihat Wina yang masih memainkan handponenya tepat didepan pintu toilet. Aku membalikan badan untuk menunjukan rok belaknag yang sudah ku cuci pake sabun yang disediakan di toilet, "Win, keliatan basah gak?" tanyaku.

Wina mengalihkan pandangannya dari handphonenya lalu meneliti rok ku, "Keliatan sih, ditutupin pake hoodie tadi aja," usulnya.

Iya sih masih basah, kan baru dicuci gak mungkin langsung kering. Aku mengangguk menuruti perintahnya untuk mengenakan kembali hoodie milik cowok itu, besok aja lah balikin hoodie nya. Btw parfumenya enak banget, jadinya kan sayang kalo dicuci nanti hilang aromanya.

Kok aku jadi terlalu berlebihan mikirin dia, padahal dia aja gak mikirin aku.

Huhh

Bel perutku berbunyi, tandanya ia meminta makan. Sejak pagi aku belum makan karena takut terlambat ke sekolah, yaudah aku memutuskan untuk makan disekolah. Ku ajak Wina untuk pergi ke kantin, iya tidak menolak.

***

"Bang," panggil ku ketika membuka kamar Bang Rafly tanpa permisi.

"Dek,udah gue bilangin berapa kali. Ketuk pintu dulu kalo mau masuk," omelnya sambil membalut ulang handuk yang sempat ia lepaskan.

Aku dengan sigap menutup mataku, "Salah sendiri ga bilang mau pake baju,"

Bang Rafly geram, ia melempar bantal yang berada diatas kasur. "Ya mana gue tau lu mau masuk, lagian ini kamar gue masa minta izin dulu."

Aku membuka mataku ketika benda empuk itu menghantam wajahku, ku lihat Bang Rafly sudah memakai baju hitam polosnya.

"Bang, cowok yang ngasih tas di UKS namanya siapa?" tanyaku to the point.

Bang Rafly mengernyitkan jidatnya, "Kenapa?" tanyanya.

Aku mengulum bibirku karena ragu untuk menjawab, "Gak papa," sahutku.

Bang Rafly heran, lalu memberikan tatapan curiga kepadaku. "Apa jangan ja-"

"Gak kok, nanya aja." kataku, buru buru ku keluar dari kamar Bang Rafly kemudian ku tutup pintunya dengan rapat.

Aku menghempaskan nafas dengan kasar, lalu berjalan dengan lemas kembali ke kamar ku. Hanya butuh beberapa langkah untuk sampai, karena kamarku dan Bang Rafly hanya bersebelahan.

Aku mengeluh ketika tidak mendapatkan informasi tentang cowok itu, ku pandang hoodie coklat yang beberapa jam lalu sudah ku cuci dan ku keringkan.

Mataku tertuju pada sebuah tulisan yang tidak begitu besar didada kiri hoodie itu, ku  raih hoodie yang bergantung didepan lemari. Ku cermati tulisan itu, "Vano," eja ku.

AldiVANO Gifandra

Ya itulah nama panggilannya

Aku lega karena sudah mengetahui nama cowok itu adalah Vano. Oh iya, selain mempunyai bakat mandi terlama dirumah ini. Aku juga mempunyai bakat untuk menjadi stalker sosmed.

Segera ku ambil handphone ku yang terletak diatas kasur, ku humpaskan tubuhku menjadi posisi duduk diatas kasur. Ku coba untuk mencari tau akun instagramnya Vano.

FANATIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang