[Prologue]

1.2K 91 39
                                    


Disclaimer: Exo fanfiction. All the cast belong to themselves.

Warning: AU, typo, BL, OOC, Don't Like, Don't Read! ;)

Summary: Di antara manusia biasa, vampire, werewolf dan hunter; Apa Junmyeon harus memilih salah satu? Dia hanya ingin menjalani harinya dengan damai. Tapi sepertinya pilihan itu tidak ada.

XoXo-XoXo-XoXo

Ravel © Rizel Hiiragi

XoXo-XoXo-XoXo

Chapter I

Namanya Kim Junmyeon, sosok berkulit putih pucat dengan rambut pendek berponi warna kecoklatan. Pegawai baru di café Moonlight. Sudah sekitar sebulan. Orangnya ramah dan cukup cekatan.

Biasanya Sehun hanya ke café ini jika ditraktir oleh Jongin—sahabatnya. Tapi sekarang, kunjungannya ke café meningkat secara signifikan, mulai dengan alasan mengerjakan tugas dengan wifi gratis atau sekedar minum kopi Americano—walaupun faktanya dia cinta mati pada bubble tea di café dekat kampus. Sehun berharap sih, café ini akan menyediakan bubble tea bulan depan dalam menunya. Dia sudah tulis itu di kotak saran café. Sudah sepuluh lebih dia tulis. Semoga sarannya dinotis oleh manajer café.

Tapi urusan dinotis manajer ntar belakangan, cukup dinotis kecengan dulu. Junmyeon-hyung.

"Mengerjakan tugas lagi, Sehun?" Junmyeon menghampirinya, kertas dan pulpen telah bersiap untuk saling bercumbu—menuliskan pesanan meja nomor tiga.

"Iya, hyung. Mumpung wifi disini gratis."

Alasan mainstream. Tapi Sehun tidak sepenuhnya bohong.

"Kalau begitu, minuman yang seperti biasanya?" senyuman menghiasi wajah sang waiter.

Sehun mengangguk, "Yap, yang seperti biasanya. Ditambah dengan manisnya senyumanmu, hyung!"

Pemuda itu tertawa kecil, "Aku selalu memberikan senyum padamu. Baiklah, kalau begitu ditunggu ya, dan semangat belajarnya."

Junmyeon berlalu.

Haah. Sehun menumpu dagunya di meja. Laptop yang masih menyala terabaikan.

Ada saat di mana pandangan kita hanya tertuju pada seseorang. Bagi Sehun seseorang itu adalah Junmyeon.

Pemuda tinggi, berstatus anak kuliahan semester awal itu mengedarkan pandangan. Café masih cukup ramai meskipun sekarang sudah sore. Kebanyakan diantaranya adalah mahasiswa seperti dirinya, yang juga tampak mengerjakan tugas. Mungkin karena kebanyakan pegawai disini memiliki wajah yang memenuhi standar, cukup untuk membuat café ini selalu ramai. Manajer café ini memang berbakat merekrut orang.

Kalau soal tampang, Sehun cukup percaya diri tentunya. Hanya saja, bekerja paruh waktu sebagai waiter sepertinya tidak cocok untuknya. Terakhir kali dia masuk dapur dengan niat untuk membantu mama malah menyebabkan lima piring keramik impor dari China pecah.

Dia di banned dari dapur.

Pedekate dengan menjadi sesama rekan kerja, mana mungkin. Bisa jadi dia kena pecat di hari pertama kerja. Jadi biarlah, jadi pelanggan tetap. Toh uang saku bulanan Sehun cukup banyak untuk di foya-foyakan. Meskipun dia masih lebih doyan ditraktir sang sobat—yang punya pekerjaan sampingan.

Secangkir kopi yang isinya masih tersisa setengah mulai kehilangan kehangatan. Meskipun tampak fokus dengan laptop, sesekali iris kecoklatannya menatap kembali pegawai baru ber-name tag Junmyeon. Senyum manis yang tidak pernah luntur itu selalu mampu membuat Sehun tak sanggup mengalihkan pandangan.

RavelWhere stories live. Discover now