Part 24

16.2K 1.1K 19
                                        

Sebelumnya, aku mau ngucapin terima kasih sebanyak-banyaknya untuk kalian yg selalu support cerita ini meskipun alurnya 'rada ngawur'. Semoga mata kalian ga pusing ya liat tulisan aku😆

Aku langsung skip aja ya, soalnya target aku cerita ini tamat sebelum 40 part. Pengennya sih lebih dari itu, but aku takut ceritanya malah nyambar sana sini. So, relax.

                                  ♡♡♡

2 bulan kemudian...

"1 minggu di Bangkok? Serius?"

Ali mengangguk. Prilly tertunduk sedih. Baru kali ini, Ali ditugaskan terbang lebih dari 5 hari setelah menikah.

"Hei, Sayang, aku juga sebenarnya gamau ninggalin kamu lama-lama, ini kan kewajiban aku, tugas aku. Cuma seminggu, kok. Setelah aku balik lagi, kita jalan-jalan ya. Besok Mama yang akan jagain kamu." Ali sedikit menenangkan Prilly. Akhir-akhir ini memang Prilly agak sensitif perasaannya.

Prilly memeluk erat Ali. Ternyata begini rasanya menjadi istri pilot, harus bisa menahan rindu selama suami mengerjakan pekerjaannya.

"Senyum, dong. Masa suami kerja kamu cemberut gitu? Nanti cantiknya hilang." Gombalan Ali ternyata kurang mempan untuk Prilly. Prilly masih tetap menunjukkan raut sedihnya.

"Please, senyum.. aku ga tega liat kamu sedih gitu."

"Kalo kamu ga tega, kenapa kamu baru bilang hari ini? Itu sama aja kamu tega." Airmata Prilly sebentar lagi akan meluncur. Ali menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Don't cry, sweeetheart. Aku ga bermaksud kayak gitu, tapi atasan aku baru konfirm tadi pagi, sumpah. Kamu bisa cek kantor sekarang juga."

"Bener?"

"Bener, Sayang."

Tiba-tiba, Prilly merasakan perutnya sangat mual. Ali merasakan ada yang tak beres dengan istrinya, karena sedari tadi Prilly hanya memegang perutnya seperti menahan sakit.

"Kamu kenapa? Mual?"

Prilly mengangguk. Bukannya khawatir, Ali justru berteriak kegirangan lalu loncat-loncat didepan Prilly.

"Perutku mual, lho. Bukannya khawatir atau apa gitu, eh malah jingkrak-jingkrak ga jelas." Protes Prilly. Ali tersenyum.

"Kita ke rumah sakit sekarang, semoga dugaan aku bener!"

                                  ♡♡♡

"Bagaimana dok keadaan istri saya?" Tanya Ali ketika dokter yang memeriksa istrinya keluar ruangan. Dokter itu pun tersenyum.

"Selamat ya pak, bapak resmi menjadi calon ayah."

Sungguh, betapa bahagianya hati Ali sekarang. Impiannya sejak dulu memiliki anak, kini hampir tercapai karena istrinya, bidadari hatinya, mengandung buah cintanya.

"Saya boleh masuk ga, dok?"

"Tentu boleh dong, pak. Kalau gitu saya pergi dulu ya. Sekali lagi, selamat atas kehamilan istri Anda."

Ali pun membuka pintu secara perlahan, terlihat istrinya yang sedang memegang perut sambil tersenyum.

"Tuh kan bener dugaan aku. Ahayyy punya anak!! Wuhuuu!!!"

Sofa yang tadinya tenang dan rapi kini sudah agak kotor karena ulah Ali yang loncat-loncat tidak jelas. Sekali lagi, Prilly menggeleng-gelengkan  kepalanya.

"Aku kira semua pilot cool, lho. Tapi ternyata ada juga pilot yang sengkleknya, naudzubillah." Ceplos Prilly. Ali terkekeh.

"Aku terlalu bahagia tau. Istri aku hamil! Ga sia-sia kamu godain aku waktu itu."

"Aku? Godain kamu? Kapan? Hm?"

"Waktu di Paris. Kita kan ngelakuin 'itu'."

Pletak!

Ali mengusap-usap keningnya. "Kok aku dijitak sih?"

"Lain kali, tuh mulut dilatih ngomong yang sopan ditempat umum."

"Lah kan disini cuma kita berdua doang, Sayang." Bela Ali. Prilly mendenguskan napasnya berusaha sabar.

"Dokter bisa masuk kapan aja. Coba kamu bayangin kalo kamu nyeplos kayak gitu, dokternya masuk, gimana? Kamu emang ga malu, tapi aku, istri kamu yang malu."

"Bodo amat. Aku lagi bahaaagiaaaaa!!!!"

Prilly mèmijat keningnya. Luar saja keren, dalamnya juga kekanakan.

" Allahuakbar, suami gue.."

                                 ♡♡♡

"Dengerin aku dengan seksama, ya. Karena ini bakalan panjang."

"Satu, jangan keluar rumah tanpa sepengetahuan aku, kehamilan kamu masih rentan banget, aku gamau kamu apalagi bayinya sampai gimana-gimana."

"Dua, jangan gampang panik ataupun sedih, ga bagus buat perkembangan bayi."

"Tiga, ga boleh kecapekan! Ini penting banget. Aku sayang sama kamu, please yg ini kamu harus nurut."

"Empat, jangan telat makan. Ga hamil aja perut kamu udah sakit gitu kalo telat makan, apalagi sekarang?"

"Lima, jangan ragu kalo kamu ngidam. Bilang aja sama aku, inshaallah akan aku penuhi ngidam kamu."

"Enam, jangan banyak gerak! Sama sih sebenernya sama yang ke tiga, tapi biar kamu inget aja."

"Tujuh, jangan lupa ngenalin Daddy nya ke baby. Gimanapun juga, aku punya peran penting dalam menghasilkan baby."

"Delapàn, selama aku tugas, jangan ragu buat nelpon Mama untuk nemenin kamu disini. Secepatnya, aku cari pembantu biar kamu ga terlalu over beberes rumah. Dan pastinya bisa nemenin kamu."

"Sembilan, jangan keseringan pake heels. Aku gamau kamu pegel sana-sini. Paling banter wedges lah."

"Udah itu aja."

Prilly hanya mengangguk tanpa memotong ucapan suaminya. Tanpa diingatkanpun Prilly sudah mengerti. Ali memang sangat over.

"Kamu udah bilang itu kemarin, Li. Aku juga udah hapal." Ucap Prilly.

"Aku kan cuma ngingetin, Sayang. Kamu kan kalo ga diingetin suka lupa."

"Udah 04.30 nih, kamu kapan berangkat? Ga lucu pilot telat."

Ali mengangguk. Ia mencium kening istrinya cukup lama dan beralih ke perut Prilly.

"Daddy kerja dulu, ya. Kamu yang nurut sama Mommy. Jangan ngerepotin Mommy, ok?" Oceh Ali seakan-akan anaknya merespons ucapannya. Prilly tersenyum geli.

"Dia baru umur 2 minggu, Sayang. Mana ngerti apa yang kamu ucapin? Lagian dia juga belum bisa nendangin perut aku."

"Bagus, dong. Biar dia terbiasa sama suara Daddy nya. Jadi kalo aku tugas lama, aku ga perlu khawatir bakal dilupain." Bela Ali.

"Kamu nih ngomong apa, sih? Ga akan lah dia lupa sama bapaknya sendiri." Balas Prilly.

"Yaudah aku berangkat dulu, ya. Mama 2 jam lagi akan sampe sini. Inget pesan aku barusan ya, Sayang."

"Iya, suamiku." Jawab Prilly lalu mencium punggung tangan Ali.

Ali pun berangkat dijemput supir bandara. Tanpa sepengetahuan Ali, Prilly merasakan ada yang tak beres dengan ucapan Ali. Seakan-akan suaminya akan pergi jauh, namun ia segera menghapus pikiran buruk itu. Prilly berharap, suaminya diberikan perlindungan oleh Allah dalam menjalankan tugasnya. Aamiin..















Segini dulu, ya. Mata tinggal 3 watt nih:v

GudNite👋

-author cantik

Till The End (New Version)Where stories live. Discover now