"Kamu serius ngidamnya itu? Gamau yang lain?" Prilly memutar bola matanya. Ada-ada saja suaminya ini.
"Emang yang nentuin ngidamnya aku? Kan si baby ini yang mau." Bela Prilly.
"Kalo kamu gamau yaudah, aku bisa kok minta bantuan Rio." Tambahnya. Ali mendelik.
"Big no! Aku aja."
Prilly terkekeh pelan melihat Ali yang sedang dilanda cemburu. Rio adalah teman dekat Prilly ketika SMA, sebenarnya sudah pernah Rio bilang, bahwa ia hanya menganggap Prilly sebagai sahabatnya. Namun Ali masih saja cemburu.
"Cemburu, pak?" Ali mengerucutkan bibir merahnya. Prilly tertawa.
"Jadi ga nih menuhin ngidam aku? Keburu malam."
"Jadi. Jadi."
Ali pun nurut saja ketika brush make up menyapu pipinya. Agak risih memang, tapi demi istri dan anaknya, kenapa tidak?
"Selesai! Coba liat ke kaca."
Ali membuka matanya secara perlahan. Ia pun kaget dengan hasil tangan istrinya.
"Ini feeling aku aja apa gimana, kok muka aku cantik sih?" Prilly tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Ali.
"Kamu baru sadar? Wajah kamu tuh fleksibel tau ga. Bisa cowok, bisa cewek. Nah sekarang ini, muka kamu muka cewek. Tapi cantik kok. Kalah aku."
Ali mencubit gemas pipi Prilly. Meskipun sudah berbadan dua, keimutan istrinya tidak pernah berkurang.
"Nih bikininya udah aku siapin. Pake ya. Durasinya 10 menit."
"10 menit?!" Ali menganga lebar. Ia harus jalan keliling komplek dengan bikini ditubuhnya dan riasan yang tebal ini selama 10 menit?
"Kenapa? Gamau?" Tanya Prilly yang sudah ingin menangis. Ali menepuk keningnya. Ia hampir lupa jika bumil biasanya sangat sensitif.
"Mau kok, mau. Jangan nangis ya. Aku mau kok." Jawab Ali dengan lembut. Mata Prilĺy berbinar.
"Yaudah cepet pake! Kita keluar rumah!"
♡♡♡
"Itu Ali kan? Lucu banget sih dia."
"Pilot yang selama ini cool banget, bisa kayak gitu ya."
"Eh tapi kalo diliat-liat dia cantik juga digituin. Aduh iri gue sebagai perempuan tulen."
Ali menahan malunya ketika mendengar ocehan dan mendapat tatapan aneh oleh tetangga.
"Kuat,Li! Demi ngidamnya istri lo!" Batin Ali berusaha menguatkan dirinya sendiri.
"Ali!! Bunyiin pancinya dong!" Teriak Prilly dari depan rumah. Dengan wajah sedikit lemas, Ali memukul 2 panci secara bersamaan sehingga mencuri perhatian tetangga.
"Sayang.. opo koe krungu.. jerite atiku.." Nyanyi Ali diiringi pukulan panci. Orang-orang sekitar yang melihat pun langsung tertawa terpingkal-pingkal. Tidak terkecuali Prilly.
"Ok! Udah 10 menit!"
Ali langsung lari meninggalkan Prilly yang masih dihalaman rumah. Prilly pun menyusul suaminya yang sudah sangat malu.
"Makasih, Sayang." Ucap Prilly sambil menghapus make up suaminya. Ali tersenyum.
"Tadi sih emang aku malu banget, tapi begitu inget kamu dan bayi kita, aku langsung semangat lagi. Sama-sama, Sayang." Balas Ali lalu mencium punggung tangan Prilly.
Ketika wajah Ali sudah bersih dari make up, Ali naik tangga menuju kamar untuk mengganti pakaiannya. Meskipun malu, setidaknya ia pernah merasakan memakai bikini.
"Pantes bule-bule pada betah di pantai. Bikini adem sih." Gumam Ali. Tak lama kemudian, Prilly masuk sambil membawa susu.
"Sayang, usapin perut aku dong."
Ali mengganti pakaiannya dan menghampiri Prilly yang sudah berbaring di ranjang. Tangannya pun ia gunakan untuk mengusap anak pertamanya.
"Sayangnya Daddy, cepet gede ya nak. Biar Daddy bisa gendong kamu, bisa ngedidik kamu." Ucap Ali seakan-akan anaknya mengerti apa yang ia ucapkan.
"Sayang, sakit ga sih kalo hamil?"
Prilly menggeleng-gelengkan kepalanya, heran dengan pertanyaan Ali.
"Kenapa? Mau ngerasain hamil juga?" Canda Prilly.
"Ya enggalah. Masa aku yang nanam benih, aku juga yang ngandung." Ucap Ali terlalu frontal.
"Kali aja, kamu mau gantiin posisi aku gitu."
"Kamu ih ada-ada aja."
Ali dan Prilly sama-sama tertawa dengan apa yang mereka ucapkan. Kebahagiaan mereka kini hampir lengkap, semoga keluarga kecil mereka selalu dilindungi dari hal-hal buruk lainnya.
♡♡♡
Prilly mengerjabkan matanya. Sinar mentari mulai menusuk penglihatannya. Dipandangnya wajah Ali yang sangat tampan jika sedang pulas seperti ini.
"Pantes sih kamu jadi idola ABG. Ganteng banget." Gumam Prilly sambil memainkan bulu mata anti badai milik suaminya.
"Ganteng aku emang kelewatan. Baru tau?"
Prilly menghentikan kegiatannya. Ali tersenyum jail melihat istrinya yang salah tingkah.
"Kalo ga ganteng, kamu ga bakal menikmati yang semalam. Iya ga?"
Prilly menutup wajahnya yang sudah seperti kepiting rebus. Melihat itu, Ali semakin gencar menggoda Prilly.
"Sakit ga yang semalem? Kayaknya ga deh, soalnya kamu anteng banget semalam. Malah minta nambah."
"Ihhh Ali!! Udah dong godain akunya. Malu tau." Ali terkekeh pelan melihat tingkah sang istri yang sangat menggemaskan itu. Dicubitnya pipi istrinya yang semakin hari semakin berisi.
"Aduhh!! Sakit tau!"
"Ya abisnya pipi kamu kayak bakpao sih. Gemes aku. Lagian udah mau punya anak masih aja imut." Bela Ali.
"Tapi kan sakit."
"Sakit ya? Yaudah sini-sini aku usap pipinya."
Ali mengusap pipi bekas cubitannya tadi. Prilly tersenyum merasakan kehangatan dari suaminya. Namun tiba-tiba...
CUP!
Ali mencium bibir Prilly lalu lari menuju kamar mandi.
"Ali!!!! Kurang asem lo!!"
Sorry dikit banget, janji deh part selanjutnya lebih panjang.

YOU ARE READING
Till The End (New Version)
FanfictionPrilly Ayyara Yuan Nisaka, adalah anak perempuan kesayangan keluarga. Kebahagiaan selalu dilimpahkan pada gadis ini sejak kecil. Inilah yang menjadi alasan Prilly tumbuh menjadi anak gadis yang manja. Kemanjaan Prilly membuat sang ayah ingin menjodo...