Jangan berjuang sendirian

6.6K 402 57
                                    

Don't like don't read

Jalannya begitu santai. Tapi manik lautnya menatap tajam jalanan. Hingga Gaara kini menghalangi jalannya.

"Mau kemana?" Tanya Gaara dingin.

"Mencari calon istriku." Balas Naruto tak kalah dingin.

Gaara menghela nafas kecil. Tangannya menepuk pelan pundak kokoh sahabat barunya.

"Ini tidak sesederhana yang kau kira Naruto. Bahkan dengan membantu Hinata, kau harus pertaruhkan nyawamu juga." Jelas Gaara pelan.

Naruto menunduk. Jelas sekali bahwa dia mengerti. Andai polisi tidak di bawah kekuasaan keluarga Uchiha, pasti akan jauh lebih mudah. Sekarang Hinata pasti berjuang sendirian. Gadisnya, cintanya.

"Aku siap mati untuk permaisuriku."

Manik Safir Naruto menatap dalam dan tajam manik Jade Gaara. Mengerti akan hal itu, tak ada lagi yang membuat Gaara menghentikan keinginan Naruto.

"Kau jelas tau apa yang kau butuhkan Naruto. Aku akan bawa semua pengawal khusus ayahku." Jelas Gaara mantap.

Naruto mengangguk. Satu tangannya mengambil ponsel di sakunya. Mengetik angka yang sangat di kenalinya. Naruto menelfon dengan sangat singkat. Menggumam tak jelas membuat Gaara ingin sekali menguping pembicaraannya. Namun sayang, Naruto lebih cepat dari dugaannya.

"Apa?" Tanya Naruto heran.

Gaara menggeleng pelan. Merasa bodoh pada dirinya sendiri.

"Bagaimana dengan Sasuke?" Tanya Gaara dingin.

"Aku akan melenyapkannya. Kau tau bahwa Hinata menderita karenanya. Jelas sekali jika dia dan Itachi harus mati."

Gaara merinding seketika. Cara pengucapannya, cara memandang, dan hawa yang menguar. Gaara seperti berhadapan dengan seorang pembunuh profesional.

"Dimana Ino?" Tanya Naruto datar.

"Dia sedang melacak keberadaan Hanabi dan juga Hinata. Kau tau bahwa ayahnya menurunkan kemampuan Hacker padanya." Jelas Gaara santai.

"Kalau begitu, kita tak bisa membuang waktu lagi. Hiashi jiisan sedang di rumah sakit. Ayahku juga akan melindungi keadaannya." Jelas Naruto tegas.

"Jadi kau ingin sekali dayung dapat dua ikan heh?" Ejek Gaara sinis.

Naruto menyeringai kecil. Tak membalas perkataan Gaara.

Kesal...

Marah...

Kedua perasaan itu bercampur menjadi satu. Sasuke menggeram berat. Bagaimana bisa Hinata mengabaikan panggilan telfon darinya. Bahkan nomernya pun tidak aktif. Sakura mengeratkan jemarinya. Merasa kalah lagi dengan Hinata meski si empu tidak ada di tempat.

"Kau kenapa Sasuke-kun?" Tanya Sakura di rundung kecemasan.

Sasuke melirik datar pada kekasihnya. Merasa sedikit bersalah karena mengabaikan keberadaannya.

"Tak apa. Aku akan ke tempat Itachi. Kau pulanglah Sakura." Usir Sasuke terang-terangan.

Sakura terdiam kaku. Inikah rasanya di abaikan?

Survive or Leave 18+ (Complete)Where stories live. Discover now