14. Terima Kasih

13 8 0
                                    

Hai hai....
Shiny mencoba balik lagi ke watty setelah beberapa tahun vakum ^^
Haa.. Ku kira sudah gak bisa akses ke akun watty yang ini, ternyata masih bisa, syukurlah jadi My Lavender masih bisa ku lanjutin.

Kira kira masih ada yang mau baca gak yaa?
Ahh setidaknya Shiny masih mau mencoba menyalurkan hobi menulis ini.

Okee kita back to the story okee...



---------------




"Pasti cintamu itu sangat dekat denganmu kan?" ucap Kayla mengabaikan semua pertanyaan Ferdian.

Ada perasaan aneh saat Ferdian menatap mata indah Kayla. Ia julurkan tangan kanannya dan coba menghapus sisa-sisa jejak air mata di wajah Kayla dengan jemarinya.

"Iya, dia sungguh dekat denganku." sahut Ferdian seraya tersenyum.

------------




"Iya, dia sungguh dekat denganku. Sangat dekat denganku, namun dia tidak dapat melihat kehadiran diriku yang sejak dulu sudah mencintainya. " ucap Ferdian sambil menunjukkan senyum di sudut bibirnya.

Kayla berbalik menatap Ferdian, di genggamnya tangan Ferdian yang kini tengah mengusap air mata di belahan pipinya. Ferdian menahan genggaman tangan Kayla dan beralih menatap mata Kayla yang sendu.

"Pasti wanita itu terlalu bodoh sampai sampai dia tak bisa menyadari kehadiran dirimu. Iya kan?" sela Kayla.

Tawa kecil keluar dari bibir Ferdian, "Yaa, dia memang wanita bodoh." sahut Ferdian.

"Bagaimana bisa wanita itu tak bisa mengenalimu Ferdian?" tanya Kayla.

"Dulunya dia sangat mengenaliku, tapi sepertinya tidak untuk sekarang. Aku mengerti, waktu dan keadaan lah yang membuat dia seperti ini." jawab Ferdian lesu.

"Hei, Ferdian. Beri tahu aku siapa wanita itu, sungguh aku akan membujuk dia. Aku tak bisa diam seperti ini jika ada orang yang mengabaikan dirimu." ujar Kayla dengan sangat semangat.

Ferdian menatap nanar jauh ke mata Kayla. Perlahan Ia melepaskan tangannya dari genggaman tangan Kayla.

"Kamu tidak akan bisa melakukan itu." ucap Ferdian.

"Kenapa? Biarkan aku mencobanya dulu." sahut Kayla bingung.

"Tidak bisa, dia.... " ucap Ferdian tak bisa menyelesaikan kata katanya.

"Dia kenapa?" tanya Kayla lagi.

"Hey hey, Kayla. Aku disini tidak untuk menceritakan kisahku, oke. Disini keadaannya jadi berbalik. Sekarang biar ku tanya padamu, apa kau percaya pada cinta pertamamu?" sela Ferdian mencoba untuk mengalihkan topik pembicaraan. Namun Kayla terlihat murung lagi, Ia menundukkan kepalanya. Bayangan masa lalu muncul kembali dalam pikiran Kayla.

"Aku, aku sangat mempercayainya. Tapi aku tak yakin apa dia juga percaya padaku." jawab Kayla.

"Bukankah sudah ku bilang, tak seharusnya kau meragu seperti itu. Harusnya kamu bisa percaya pada perasaanmu." ucap Ferdian.

"Tapi ini berbeda denganmu." sela Kayla. Kayla menatap Ferdian dengan tatapan sendunya. Tanpa Ia sadari, bulir air mata kembali mengalir di wajahnya.

Ferdian diam membisu, entah apa yang membuat dirinya merasa seolah ada beban berat yang menimpa dada nya. Seolah ada yang mengiris goresan luka yang sudah menganga.

"Dan apakah kamu tau? Dia pernah berjanji padaku. Sebuah janji yang tak akan pernah aku lupakan, tapi mungkin sekarang dia sudah melupakan janjinya itu." sambung Kayla dengan penuh emosi pada setiap perkataannya.

"Mungkin dia mempunyai alasan untuk semua itu." sahut Ferdian.

"Alasan apa? Alasan untuk membuatku sakit? Iya kan?" kecam Kayla sekali lagi.

Tangan Ferdian terkepal kuat saat mendengar perkataan dari Kayla. Ingin Ia berteriak dan menyangkal itu. Di hati kecilnya, Ferdian menolak jika ada seseorang yang berani menyakiti perasaan wanita yang kini berada di hadapannya. Entah sejak kapan perasaan itu ada, Ferdian tak bisa mengelak bahwa sekarang Ia merasa pilu saat melihat Kayla meneteskan air mata.

"Tapi tetap saja, aku tak bisa mengelak kalau aku masih mencintainya, Ferdian. Aku merindukannya. Sangat merindukannya." ucap Kayla lagi menahan isak tangisnya keluar.

"Apa kamu bisa merasakan apa yang aku rasakan juga, Ferdian?". Tanya Kayla. Ferdian terdiam mendengar pertanyaan yang keluar dari bibir Kayla, ditariknya perlahan tubuh mungil Kayla ke dalam pelukannya. Tak ada penolakan dari Kayla, membuat Ferdian semakin mempererat pelukannya. Isakan tangis Kayla semakin terdengar jelas dalam pendengaran Ferdian.

"Aku bisa merasakannya Kayla. Aku mencoba untuk merasakannya." Batin Ferdian. Tanpa Kayla sadari,  Ferdian merasakan tetesan hangat di pelupuk matanya, namun dengan segera Ia mengusap matanya dengan kasar.

Ferdian melepaskan pelukannya, kedua tangannya menggengam erat bahu Kayla. Tatapan sendu yang semula Ia rasakan kini Ferdian mencoba untuk menghapusnya. Kedua sudut bibir Ferdian terangkat ke atas membentuk seulas senyuman yang Ia berikan kepada Kayla.

"Dengarkan aku, Kayla. Kamu memang tidak tau keberadaannya sekarang, tapi kamu bisa mencoba mencari tau bukan?" Ucap Ferdian memecah keheningan.

"Aku sudah mencobanya, Ferdian." Sahut Kayla lirih.

"Teruslah mencoba, jangan menyerah pada keadaan. Kamu harus tetap berjuang." Ucap Ferdian lirih. Kayla terdiam.

Sekali lagi di usapnya air mata Kayla yang membasahi pipi. Kembali Ferdian merengkuh Kayla masuk ke dalam pelukan.

"Jangan menangis, Kayla. Aku mohon." Punya Ferdian.

Mendengar perkataan Ferdian, Kayla mencoba mengurangi isakan tangisnya. Dadanya masih terasa sangat sesak, namun Kayla tak pernah berkeinginan untuk menampakkan kesedihannya di hadapan orang lain.

Kayla melepaskan pelukan Ferdian. Ia mencoba mengusap sisa-sisa air mata yang ada di wajahnya. Senyum lembut kini terukir di wajahnya.

"Aku akan tersenyum." Ucap Kayla.

"Nah begitu lebih bagus." Sahut Ferdian seraya menepuk pelan puncak rambut Kayla. "Lagian kalau kamu masih aja terus menangis lalu ada orang lain yang melihat kita itu bisa berbahaya. Orang itu bisa saja berpikiran buruk padaku karena seorang Kayla yang manis dan cantik sedang menangis di hadapanku." Lanjut Ferdian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My LavenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang