Menurutmu?

27.9K 2.1K 159
                                    

'Pria itu memang minta disleding kanan, kiri, depan, belakang. Kemarin menciumku, sekarang malah bermesraan dengan Chris. Sebenarnya dia itu mau menjadi pria normal atau tidak?' Anet hanya bisa mengomel dalam hati. Dirinya saat ini sedang berada di dapur dan tak mungkin untuknya mengomel dengan suara keras. Alhasil, spon cuci piring inilah yang menjadi bahan pelampiasan kemarahan Anet. Spon itu ia remas dengan kuat dan tanpa ampun.

Hari ini entah kenapa Chris datang ke restoran ini. Dengan memakai kaos dan celana selutut ia terlihat seperti seorang lelaki normal yang datang ke sini untuk menemui sahabatnya. Orang yang melihat pun pasti tak pernah berpikir bahwa Bian dan Chris adalah sepasang kekasih. Di hadapan para karyawan, mereka berdua berbicara santai tanpa menyentuh sama lain. Mereka terlihat normal, tak ada yang salah. Namun bagi Anet, kebersamaan Chris dan Bian membuatnya ingin memisahkan mereka berdua sejauh-jauhnya. Apalagi setelah mereka mengobrol, mereka masuk ke dalam ruangan Bian dan sampai sekarang masih belum keluar. Terhitung sudah setengah jam mereka berada di dalam sana dan tiap detiknya Anet dibuat semakin emosi sekaligus penasaran.

Anet sebenarnya tak mau membayangkan apa yang terjadi di dalam sana. Tapi otaknya tak mau diajak kompromi dan malah membayangkan yang iya-iya. Sepasang kekasih ditempatkan di ruangan tertutup dan tak ada orang, apalagi yang akan mereka lakukan selain bermesraan? Dan Anet tak bisa menghilangkan bayangan itu dari kepalanya.

Dua orang lelaki tampan saling berciuman atau mungkin lebih dari itu, mereka membuka baju satu sama lain dan—

Anet menggeleng-gelengkan kepalanya, ia tidak boleh membayangkan adegan itu, dia akan mimpi buruk nanti malam. Anet menutup matanya dan menarik napas panjang.

"Anet!" Anet terlonjak kaget ketika Ferdi memanggil namanya.

"Kamu kenapa? Apa ada sesuatu yang mengganggumu? Kamu terlihat tidak fokus sedari tadi, apa kamu sakit?"

"Tidak, aku hanya sedang mencoba untuk melupakan sesuatu," jawab Anet. Anet tersenyum pada Ferdi, berharap bahwa teman barunya itu mengerti dan tidak mengungkitnya lagi. Kadang Ferdi memiliki tingkat keingintahuan yang tinggi hingga membuat Anet kesal.

Untungnya hari ini suasana restoran sedang ramai oleh pengunjung hingga para karyawan disibukkan dengan pekerjaan masing-masing. Ferdi pun hanya mengangguk dan kembali ke mengerjakan pekerjaannya setelah mendapat jawaban dari Anet.

Setelah Ferdi pergi Anet kembali mengomel di dalam hati mengenai Bian dan Chris. Entah mereka sudah keluar dari ruangan Bian apa belum tapi Anet berharap mereka segera pergi supaya otaknya tidak berpikiran aneh-aneh lagi. Anet sebenarnya gemas ingin menggrebek mereka berdua lalu menyiram mereka dengan air bekas cuci piring. Siapa tahu setelah itu mereka berdua bisa sadar dengan apa yang telah mereka lakukan.

"Anet, kamu antarkan minum ke ruangan Pak Bian ya!"

"Yang lain saja, aku masih sibuk," ucap Anet menjawab permintaan Lili. Dirinya belum melihat Bian dan Chris saja sudah emosi apalagi jika ia melihat mereka berdua, Anet bisa terbakar emosi hingga mungkin akan memukul kepala mereka berdua. Anet tidak tahu kenapa dirinya begitu terganggu dan marah dengan hubungan Chris dan Bian. Setahunya, ia bukanlah orang yang terlalu anti dengan pasangan gay.

'cemburu?' Anet menggelengkan kepalanya memikirkan kemungkinan itu, ia tidak mungkin cemburu, toh ia juga tidak menyukai Bian. Anet hanya suka mengganggu Bian dan melihat ekspresinya yang marah, bukan suka dengan dengan orangnya, itu dua hal berbeda. Setidaknya menurut Anet begitu, dua hal itu tidak sama dan harus dibedakan.

"Anet, kami semua juga sedang sibuk. Ini minumannya sudah dibuatkan tinggal kamu yang mengantarkan," ucap Lili tak mau dibantah. Anet menghembuskan napasnya kasar ketika ia disodori nampan yang berisi dua gelas es jeruk. Anet terpaksa menerimanya dan membawanya menuju ruangan Bian.

Seducing Mr. GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang