18. Kuat

3.9K 244 16
                                    

Cinta yang kuat akan hadir karena perasaan yang lekat, bukan hanya keinginan sesaat.

●○○○●

Dering ponsel yang nyaring membuat Karen mengerang kesal. Dengan mata terpejam, ia meraba-raba nakas dalam posisi tubuh yang masih terlentang. Dan saat benda pipih yang dicari telah didapatkan, ia langsung mengangkat panggilan tersebut tanpa melihat nama pemanggil.

"Halo..." ucap Karen dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Baru bangun?"

Mata Karen langsung membulat saat mendengar suara yang dikenalinya, kemudian ia menjauhkan ponselnya dari telinga untuk memastikan nama pemanggil. Dan melotot kaget saat nama Rafa tertera disana. Matanya langsung memandang jam dinding yang ada di kamarnya, kemudian memekik kaget saat melihat jarum jam mengarah ke jam delapan.

Rasa malu langsung menghampiri Karen melihat kondisinya saat ini, walau ia sangat tahu Rafa tak akan pernah melihat kondisinya.

"I-iya, ke-kenapa Raf?" Suara Karen terputus-putus saking malunya.

Tawa Rafa terdengar di telinga Karen, "bukannya pagi ini kamu ada mata kuliah?"

"Ya ampun, Raf! Aku lupa! Udah dulu ya, aku mau siap-siap!"

Dan seketika Karen langsung berlari menuju kamar mandi. Untung saja kelas di mulai jam sembilan. Setidaknya, ia masih memiliki waktu untuk bersiap-siap.

Karen mengambil asal pakaian, dan menuju meja rias. Tangannya terampil menyisir rambutnya, dan mengoleskan sedikit lip balm karena bibirnya terlihat pucat. Setelah dirasa penampilannya baik, ia mengambil beberapa buku untuk kuliah hari ini. Dan bergegas menuju ruang makan untuk mengambil makanan kecil sebagai ganjal perutnya.

"Udah ditungguin tuh!" Ucap Kevita--Mama Karen sambil menunjuk arah ruang tamu.

"Eh?"

"Udah dibilangin jangan begadang, masih bandel aja! Kesiangan 'kan bangunnya?" Kevita masih terus mengoceh yang tak sepenuhnya didengarkan Karen. Karena perhatian Karen beralih pada sosok pemuda yang tengah berbincang asik dengan Papanya.

"Eh, orang tua ngomong malah ditinggal. Dasar!"

Karen tak mempedulikan omelan sang Mama, karena kakinya mulai melangkah menuju ruang tamu.

"Ini nih orang yang ditungguin, maaf ya nak udah buat kamu nunggu." Sindir Papa Karen saat melihat kedatangan putrinya.

"Nggak masalah, Om." Rafa membalikkan tubuhnya ke arah Karen kemudian memberikan senyum kecil, "udah siap?"

"U-udah," cicit Karen.

"Ayo berangkat," tangan Rafa menyalami tangan Papa Karen, "kita berangkat dulu ya, Om. Salam buat Tante. Ayo, Ras!"

Karen yang masih belum sadar sepenuhnya hanya diam, hingga akhirnya tangan Rafa menarik lembut tangan Karen menuju pekarangan rumah Karen, tempat dimana mobilnya berada.

"Sejak kapan kamu disini?"

"Sejak si tuan putri belum bangun dari tidurnya," Sahut Rafa tenang.

"Ja-jadi..."

"Iya, pas aku nelfon kamu, aku lagi di ruang tamu sama tante Kevita."

"Kenapa gak telfon dulu sih kalau mau jemput?" Kesal Karen dengan mencebikkan bibirnya.

Rafa terkekeh pelan, "aku kira kamu selalu bangun pagi. Dan aku gak tau kalau berakhir kayak gini." Tangan Rafa mengelus pelan rambut Karen, "ya udah sih. Gak masalah, toh nunggu pacar sendiri ini."

K H I A N A TWhere stories live. Discover now