2-

49K 2.2K 29
                                    


XII-IPA 1

Apa yang terbesit pertama kali dibenak kalian? Ketertiban? Patuh? Tenang? Kalem? Pinter? Ya, itu memang disebut-sebut sebagai ciri khas kelas IPA yang menyandang gelar IPA 1. Para murid tenang, patuh, saat pelajaran berlangsung adem ayem tanpa terjadi adu mulut. Tapi, apa saat dua orang bernama Rei dan Aresh ada didalamnya? Masih mungkin XII-IPA 1-nya SMA Garuda bisa adem ayem? Ah! Rasanya tidak. Terbukti dengan keadaan sekarang yang sedikit chaos, meski mereka sudah hampir tiga tahun bersama, dengan artian tidak ada nya rolling class, tapi para murid XII-IPA 1 masih menahan nafas saat dua cogan itu menginjak kelas XII-IPA 1 dan juga suka heboh membicarakan mereka. Bahkan dalam grup chat kelas, mereka diam-diam mencuri kontak Rei dan Aresh lalu mengirimi mereka spam chat!

Seperti sekarang, beberapa dari mereka sedang mencoba mengajak Rei untuk mengisi acara di cafe, dan beberapa lagi terus membujuk Aresh untuk belajar bareng.

"Rei, besok malem ada acara gak?" tanya Vanessa- cewek rasa cabe dengan rambut coklat yang di keriting gantung, baju ketat, lipstik merah, juga polesan make-up yang berlebihan untuk anak sekolah.

"Ada. Kenapa, emang?" jawab Rei dingin. Sejak dulu, Rei memang tidak menyukai Vanessa, cewek agresif yang selalu tampil menor ke sekolah.

"Yah, tadinya mau nawarin buat manggung di cafe nyokap gue," ucap Vanessa dengan bibir yang mengerucut, tangan kanan nya pun bergerak memelintir ujung rambutnya.

"Sorry, Van," jawab Rei sambil terkekeh sedikit.

Disisi Rei...

"Resh, besok kan ada tugas Matematika, kerja kelompok, yuk?" ajak Cecil- cewek yang tidak beda jauh dengan cewek bernama Vanesa. Dan satu informasi yang perlu diingat, mereka satu geng, dan diketuai oleh Vanessa.

"Bukan nya tugas matematika dikumpulin hari ini, ya?" jawab Aresh lebih dingin.

"Sekarang kan Matematika wajib, maksud gue pelajaran Mantan Resh, alias Matematika peminatan!" ujar Cecil lebih antusias.

Aresh menyimpan buku bacaan yang ia pegang, menatap Cecil yang kini sedang menatap nya juga dengan bibir bawah yang ia gigit.

"Besok gak ada pelajaran mantan, Cil! Gak usah modus!" skak Aresh.

Mendadak, muka Cecil berubah menjadi merah padam dan langsung pergi dari hadapan Aresh, detik itu juga. Sementara murid lain datang lagi pada mereka.

"Rei, mau ngisi acara sweet seventeen gue minggu depan gak?"

"Eng, gue gak janji, ya?" jawab Rei ramah.

"Aresh, bisa bantuin gue jelasin masalah kalkulus?" tanya seseorang dengan kacamata minus tebal.

"Bisa, mana?" jawab Aresh.

Setiap hari, terus seperti itu, di kerumunin, tawarin ini itu, ajak ini itu. Tapi mereka masih bisa bersabar, dan hanya tersenyum tipis. Anggap saja ini anugrah dari Tuhan untuk mereka, meski terkadang, mereka lelah dan kekurangan waktu untuk mempunyai me-time di sekolah, dan bergabung dengan anak lelaki lain. Meski sebenarnya, teman sejenis mereka bisa memaklumi dan terkadang mengajak untuk Hang Out bareng.

Kling.

Kling.

Rei dan Aresh saling menatap dan cepat-cepat merogoh saku celana masing-masing saat mendapat notif chat dalam waktu yang bersamaan. Mereka tahu, itu pasti penting, karena semua notif chat mereka mute, terkecuali benerapa chat, yaitu chat dari Papa dan Mama nya, adik-adik nya, dan juga grup yang mereka buat khusus untuk menjaga Kayla secara diam-diam. Semua orang yang tadinya berkerumun langsung mengambil langkah mundur, alarm bahaya di kepala mereka menyala saat melihat perubahan wajah keduanya setelah membuka handphone mereka.
Mereka tahu, bahwa Rei dan Aresh terbilang orang yang ramah, tetapi mereka juga tahu, jika dua orang ramah itu sedang marah mereka akan berubah menjadi datar, dingin, aura intimidasi mulai keluar dari tubuh mereka tatapan nya berubah tajam menatap satu persatu orang yang berada dalam radius penglihatan terdekat mereka.

BROTHERS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang