Part 01

99.9K 9.3K 483
                                    

info: sebagian cerita dihapus

mulai part 26 sampai epilog sudah dihapus. bagi yang pengin baca buku Can I Meet You Again?👇

bukunya hanya bisa dipesan di shopee: rxdflowerbooks (ketik aja di pencarian shopee. tidak tersedia di mana pun selain itu. bonus: photocard)

bagi yang daerahnya jauh dan ongkirnya mahal, bisa pesan di hari tanggal sama kayak 6.6 yang biasanya ada gratis ongkir shopee atau hari-hari lain biasanya juga ada. cek aja masing-masing. klaim di bagian gratis ongkir. cek voucher gratis ongkir (yang di atas tulisan checkout itu ) yang bisa di klik

luv,

s

❤️

___

Di balkon lantai dua, Kenzie keluar dari XI IPS 1 dengan sebuah tas ransel yang dia sampirkan di kedua bahu. Dia keluar paling akhir disaat semua teman kelasnya bahkan sudah tiba di rumah mereka masing-masing. Sekarang pukul 6 sore. Langkah kaki siswa itu terus menuruni lantai hingga tiba di koridor utama yang sepi. Tak ada siapa-siapa selain dirinya. Langit pun sudah berubah senja. Namun, ketika di lobi, cowok itu tak langsung menuruni anak tangga yang jumlahnya lima. Dia merenung dengan tatapan mata yang tak terfokus ke mana pun. Tangan kanannya dia masukkan ke dalam saku celana khas SMA yang menjadi tempatnya menuntut terhitung hampir dua tahun yang lalu.

Dia menoleh ke kiri. Ke arah di mana taman sekolah berada. Pohon-pohon rindang dan tanaman berbunga yang nyaman dia pandangi. Tempat di mana dia bertemu pertama kali dengan seorang siswi di sekolah itu yang menjadi cinta pertamanya. Tempat yang menjadi penyemangatnya untuk selalu datang ke sekolah tanpa membolos ke tempat lain. Tempat dia menyatakan cinta kepada cinta pertamanya. Dan tempat di mana dia diputuskan oleh cinta pertamanya setelah hampir satu tahun pacaran hanya karena cinta pertamanya itu menyukai sahabat Kenzie sendiri.

Hidup memang terasa tidak adil. Namun, Kenzie percaya segala sesuatu yang terjadi, itu lah yang terbaik untuknya.

Cowok itu mengembuskan napasnya panjang. Matanya memejam. Dua detik kemudian pejaman matanya terbuka. Dia menatap langit yang kian menggelap. Hari ini dia akan pulang berjalan kaki untuk mencari ketenangan dan menjadikan nuansa keramaian jalan sebagai buah bentuk ketenangan diri. Meskipun BMW merahnya masih terparkir di parkiran siswa, dia tak memedulikan itu untuk sesaat.

Ketika melewati gerbang sekolah, penjaga sekolah menatapnya terkejut. Penjaga sekolah melemparkan senyum yang dibalas Kenzie dengan sebuah anggukan tanpa senyuman.

***

"Gue di mana...."

Entah sudah berapa lama Shareen duduk memeluk lututnya di dekat sebuah halte sekolah. Pandangan matanya buram karena air mata. Setelah kejadian menegangkan di dalam kotak kaca yang Papa sebut sebagai mesin waktu, tiba-tiba saja dia terbangun di sebuah halte sekolah. Sendirian. Tanpa ada siapa-siapa. Dia tak tahu jalan menuju rumah. Dia tak tahu harus ke mana sementara dia hanya sendirian di sini. Di tempat yang tak ada siapa pun selain kendaraan yang lalu lalang.

Shareen mengangkat wajahnya dan masih sesenggukan. Dia menunduk, menatap ke bawahnya dan melihat bahwa kakinya tak terbalut apa-apa. Bagian kasar pada apa yang dia injaki membuat kedua telapak kakinya terasa keram. Dia menghapus air matanya kemudian mendongak dan mencoba mengingat apa yang terjadi padanya.

Dia lupa sebagian dari hidupnya. Yang ada di pikirannya hanya ada Papa. Namanya. Tahun 2012 dan 2022. Mesin waktu. Masa kecilnya. Hanya itu. Selebihnya, dia tak ingat apa-apa lagi.

Can I Meet You Again?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang