Grave 32

8.3K 1.3K 282
                                    

Kalian pasti pernah bertemu dengan orang yang tidak tahu malu—seperti orang-orang yang memakai terlalu banyak topeng

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalian pasti pernah bertemu dengan orang yang tidak tahu malu—seperti orang-orang yang memakai terlalu banyak topeng. Kebohongan seakan merupakan hal yang tabu bagi kehidupan harian mereka. Coba tanyakan pada keluarga Johansson apa itu 'malu'? Mereka mungkin akan menjawab 'kau tidak akan kaya raya, jika kau tahu malu'. Sejujurnya pernyataan itu sedikit ada benarnya, namun tidak tepat diterapkan oleh keluarga Johansson.

Daisy sudah mulai merancang rencana halus guna melancarkan misi utamanya, sedangkan Dwayne hanya terkagum-kagum ketika mendengar istrinya yang cantik bercerita. Pria itu memang pantas mendapatkan wanita seperti Daisy—si otak jenius—sebagai pendamping hidupnya. Sementara tugas Dwayne hanyalah memfasilitasi apa yang dibutuhkan oleh istri tercintanya itu. Dia akan memberikan gunung kepada Daisy jika ia mau. Kemudian perhatiannya teralih begitu menyadari kehadiran anak tunggalnya.

"Tidak selera makan, Nak?" tukas Dawney saat melihat anak semata wayangnya hanya menusuk-nusuk steak dengan pisau.

"Kau pasti tahu berapa mahalnya harga daging itu," sambar Daisy mulai curiga. "Apa semua ini karena Arabella?"

Darwin menggeleng pelan, ada keraguan sesaat ketika ia hendak berbicara. "Kapan semua ini berakhir?" tanyanya pelan. "Jujur saja aku sudah lelah."

Keheningan selama beberapa detik yang melingkupi ruang makan membuat Daisy tidak nyaman. "Kau akan berhenti ketika aku menyuruhmu berhenti," tegasnya.

"Sekarang gadis itu sudah bersama kita." Darwin menghela napas lelah. "Kalian sudah mendapatkan apa yang kalian inginkan. Apa lagi yang harus aku lakukan?"

Beberapa tahun yang lalu, Daisy dan Dwayne tidak pernah berencana bahwa mereka akan memiliki seorang anak. Daisy bukan wanita yang senang dengan kehadiran bayi, begitu pula dengan Dwayne yang sangat membenci suara tangisan bayi. Seiring berjalannya waktu, orang-orang kerap bertanya mengapa keluarga Johansson tidak memiliki anak? Apakah mereka akan mewariskan harta mereka ke badan amal jika sudah tiada?

Suara-suara bising itu akhirnya membuat pasangan Johansson berpikir bahwa memiliki anak bukan ide yang buruk. Kemudian datang-lah Darwin ke dunia ini, yang diciptakan untuk menjadi aktor dalam kehidupan orang tuanya.

"Pelankan suaramu!" seru Dwaney mengingatkan. "Bisa saja dia mendengar."

"Dia tidak akan mendengarnya."

Daisy berdehem. "Memangnya di mana Arabella?"

"Entahlah," jawab Darwin seadanya. "Aku tidak menemukannya di kamar."

"Kau bertanggung jawab penuh atas keberadaan gadis itu." Daisy terlihat marah. "Bagaimana kalau dia kembali ke rumah aneh Waterhouse?"

"Aku tidak tahu!" seru Darwin. "Aku kan bukan pengasuhnya."

"Darwin, jika kau bermain-main denganku, aku tidak akan segan melemparmu ke *ruang X seperti orang-orang dungu yang tidak mau mendengar segala perkataanku," ancam Daisy dengan nada mencekam. "Meskipun kau adalah anak kandungku sendiri, aku tidak peduli."

Arabella & The Waterhouse FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang