Part 03

63.6K 8K 248
                                    


__

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

__

Kenzie menghentikan langkah saat satu kakinya sudah menyentuh anak tangga paling bawah. Ucapan cewek itu masih terngiang di kepalanya dan membuatnya merasa bersalah jika harus mengabaikan cewek itu.

Alhasil, Kenzie yang tadinya berniat ingin cepat-cepat tidur malah mengurungkan niat itu dan berjalan menuju dapur untuk mengambil makanan dan minuman. Setibanya di sana, Mbak Ika dan Mbak Tia yang asyik bergosip langsung bungkam karena kedatangan Kenzie yang tiba-tiba.

Kenzie tidak begitu memerhatikan sekitarnya dan tak peduli bahwa ada orang lain di dapur itu. Dia mengambil tupperware berukuran sedang yang dia ambil di dalam kabinet kemudian mengisinya dengan air minum. Di meja makan terdapat banyak persediaan yang membuatnya bingung sekaligus lega karena tak perlu berpikir untuk memberikan apa saja kepada cewek itu.

"Itu buat Bu Kania, Kenzie," tegur Mbak Ika tiba-tiba saat Kenzie memasukkan sayur ke dalam mangkuk kaca.

"Hem? Mama makan tengah malam?" tanya Kenzie bingung mendengar pernyataan. "Mama tadi nelepon?"

Mbak Tia mengangguk. "Katanya lagi di perjalanan."

Kenzie berdecak dan mengambil makanan seadaanya. Dia kemudian mencari sendiri nampan di kabinet yang membuat Mbak Ika dan Mbak Tia hanya bisa saling pandang bingung karena biasanya Kenzie akan menyuruh mereka dibanding mencari sesuatu sendiri.

Setelah semua yang Kenzie butuhkan ada, cowok itu meninggalkan dapur dengan langkah lebar. Dia membawa nampan yang di atasnya terdapat mangkuk dan piring. Lengannya mengapit tupperware. Setibanya di depan kamar, dia menaruh nampan di lantai untuk membuka pintu yang terkunci.

Pintu kamarnya dia buka. Cewek berbaju biru itu duduk di lantai dengan kedua tangan yang memeluk lutut. Bahunya naik turun. Terdengar isangan tangis yang membuat Kenzie hanya bisa menghela napas. Dia mengambil nampan dan tupperware kemudian menaruhnya di meja kopi. Pintu kamarnya dia tutup, takut jika tiba-tiba saja mamanya akan muncul tanpa dia duga.

Kenzie melangkah mendekat ke cewek yang bahkan sampai detik ini belum dia tahu namanya siapa. Dia berdiri di depan cewek itu sambil melipat kedua tangan di depan dada. Cewek itu belum mengetahui kehadirannya. Cewek itu masih asyik menangis tanpa tahu atau mungkin tak mau memedulikan bahwa pemilik kamar ini sudah berdiri di hadapannya.

"Hei," panggil Kenzie sambil mengalihkan perhatiannya ke televisi yang tidak menyala. "Lo kenapa nangis?" tanyanya tanpa menatap cewek itu sama sekali.

"Jangan duduk di situ. Duduk di sofa," kata Kenzie dengan nada perintah.

Pipi cewek itu penuh dengan air mata dan mata yang masih memerah. Dia masih sedikit sesenggukan.

"Gue ingat Papa," jawab Shareen sambil mengelus pipinya dengan punggung tangan. Dia mendongak untuk bisa melihat Kenzie dan dia tersenyum kecil saat Kenzie mengalihkan pandangan kembali padanya. "Makasih udah mau nampung gue di sini."

Can I Meet You Again?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang