8; SSS (3)

992 219 158
                                    

Author POV

Calum memandangi ponselnya sekali lagi. Kemudian dia mendesah pelan. Ini sudah banyak kalinya Calum menghela napas setelah ia menerima kenyataan bahwa Athena hanya membaca pesannya. Untuk kali ini, oh bukan, untuk Athena ia mengatakan kata-kata manis dari hati, bukan main-main. Entahlah. Ia merasakan hal yang berbeda ketika ia berbicara kepada Athena. Apakah ini tandanya kalau Calum mulai memiliki perasaan pada Athena?

Ini nggak mungkin, Calum membatin pada dirinya sendiri, gue baru kenal dia. Nggak seharusnya perasaan gue sebesar ini sama dia.

Calum mengacak-acak rambutnya frustasi. Berada di ruang musik membuat dia tertekan, akhirnya dia pergi keluar. Di luar, dia sedikit terkejut ketika dia melihat Daisy sudah berada di depan ruang musik. Daisy kemudian berkata, "Calum. Seneng banget bisa ketemu lo di sini."

Sebenarnya Calum tidak bisa menolak senyuman yang Daisy berikan.

"Ada apa?" tanya Calum. Nadanya kalem, membuat Daisy semakin senang. Kemudian dia menyodorkan sebuah kotak makanan kepada Calum, "Ini buat lo. Gue bikin sendiri lho."

"Makasih," Calum menerimamya dengan senang hati.

"Cobain gih," Daisy berujar lagi. Calum menaikkan kedua alisnya. Daisy menarik tangan Calum hingga mereka berjalan bersama. Daisy menarik Calum hingga mereka sampai di depan taman XII-IPA 2. Mereka kemudian duduk di salah satu bangku. Daisy membuka kotak makannya. Sushi. "Maaf kalau nggak enak," ujar Daisy lagi.

"Nggak apa-apa," Calum tersenyum tipis, "Gue cobain nih?"

Daisy mengangguk. Calum mengambil satu sushi lalu memakannya. Calum terdiam sesaat. Rasa sushi yang dibuat Daisy memang enak. Jadi Calum mengambil satu lagi dan memakannya. Daisy berbinar, "Gimana sushinya?"

"Enak," jawab Calum.

"Lo nggak boong kan?"

"Nggak lah," balas Calum, "Ini beneran enak banget kok."

"Yang bener? Ya ampun makasih," balas Daisy dengan sedikit histeris. Calum tersenyum, "Jangan kaget gitu ih."

Mereka berdua kemudian terdiam, tenggelam pada pikir masing-masing. Suasana kemudian hening. Jantung Daisy berdetak tak karuan. Kemudian Calum berkata, "Sebenarnya, gue kangen."

"Gue juga kangen sama lo Calum," balas Daisy.

"I shouldn't have do this okay? I am sorry," Calum menundukkan kepalanya.

Daisy membuat mata mereka bertatapan; ia mengangkat dagu Calum dengan jarinya. "Hey," ucapnya lirih. Tatapan Daisy sekarang melembut, bukan seorang gadis yang haus akan perasaan laki-laki, namun gadis yang penyayang. Calum cukup lemah dengan tatapan itu.

"Gue nggak bisa Daisy. Ini udah keterlaluan. Nggak seharusnya gue mempermainkan lo dan dia. Gue minta maaf," Calum menggelengkan kepalanya, "You're my sunshine, she's my moonlight. I can't choose between you both."

Daisy memegang tangan Calum. "Hey it's no problem okay. We can't blame our feelings for this. I know this is stupid but this is you. "

"Thank you," ujar Calum. Calum membawa Daisy ke pelukannya, merasakan tubuh gadis itu sejenak. Daisy yang terkejut kemudian mengalungkan tangannya dan membungkus Calum dengan tangan kecilnya. Calum menenggelamkan wajahnya di leher Daisy. Rambut pirangnya tercium seperti cherry. "I wanted to cry but I can't," ujar Calum.

"Cengeng ih," balas Daisy. Calum tertawa kecil mendengarnya.

Tapi tawaan yang membuat keduanya mungkin merasa senang itu berlaku sebaliknya bagi Athena. Dia terdiam. Tidak, botol minumnya tidak jatuh. Itu terlalu mendramatisir. Athena bisa melihat 2 orang berpelukan di depan kelas XII-IPA 2. Calum dan seorang gadis....pirang. Oh, Athena bukannya berhenti, dia mematung. Sebenarnya, ada 3 pemikiran yang ada di pikiran Athena saat ini :

ethereal • cth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang