#2 GALAU

96 4 0
                                    

Perjalanan pulang dari Ujung Pangkah ke kos ku KGB memerlukan waktu satu jam. Diatas motor Suzuki Smash, kami bercerita tentang apapun, cerita-cerita itu mengalir sepanjang perjalanan. Cerita tentang pekerjaan dan kuliahnya, tentang ketiga adik perempuannya, tentang kelucuan teman-teman kampus, tentang aku, keluargaku, dan lain-lainnya. Tak jarang kecepatan di perlambat agar perjalanan lebih lama.

Tiba-tiba tercium aroma tanah terguyur hujan. Aroma yang khas, damai, dan membangkitkan rasa rindu. Tak berselang lama hujan deras mengguyur. Tanpa gerimis.

Setir motor Ia belokkan ke warung kecil sederhana, dengan menu pecel lele, otak-otak bandeng mengare, asem-asem sembilang, dan nasi wader. Kuliner Kota Gresik memang tak jauh dari seafood lokal. Mungkin karena letaknya yang dekat dengan laut.

Ku putuskan untuk memilih menu otak-otak bandeng mengare begitupu dengan Tugas. Rasa bandengnya gurih. Tak heran setiap kali Presiden menjamu tamu, bandeng mengare selalu menjadi salah satu menu andalan.

Kami berdua duduk di sebelah jendela sudut. Tugas membuka tasnya dan mengeliarkan amplop coklat.
"Dapat pesangon dari pak siswo, mungkin sekitar 5 juta. Biar nanti di bagi sama peserta yang tadi ikut" Ia tersenyum penuh syukur.

"Kamu punya daftar hadir Mereka?"

"Lho iya, untung kamu ingatkan" Tugas berfikir sejenak. "Ada di siapa tadi ya Din? Ira punya kali ya..?"

Ia kemudian merogoh kantong jaket. Mengambil Hp dan mendeal nomor Hp Ira.

"Hallo. Ira?"

.....

"Kamu ada daftar hadir peserta acara tadi ndak, Ra?"

....

"Alhamdulillah. Ra, minta tolong siapkan amplop sejumlah peserta ya Ra... "

.....

"Wes ta rek... Pokok.e cukup buat kamu beli gincu" Tugas kemudian tertawa ringan.

Pesanan datang, aku menata makanan yang di letakkan di hadapan kami. Air minum ku letakkan di sisi kanan piring, selalu seperti itu sejak aku dekat dengan Tugas.

Tugas masih asik menelpon Ira.

....

"Besok aku kerja Ra, ta titipkan Dinda saja ya... Biar di kasikan ke kamu"

...

"Ya sudah Ra, Istirahat. Kadang mimpi itu lebih indah dari kenyataan." Tugas menutup telpon dengan senyum renyah.

Sejenak kita berhenti bicara, menikmati makanan yang terhidang di meja. Hujan tak kunjung reda. Menunggu hujan kita merangkai mimli bersama, bercanda, dan tak jarang saling mengejek. Tak habis-habis topik yang kita bicarakan.

"Rakernas mahasiswa aquakultur tahun ini dimana, Gas?" tanyaku

"Bawean, minggu depan. Sepertinya tahun ini aku ndak bisa ikut, Din?"

"Lho kenapa?"

"Ada penelitian Budidaya Udang Vanami."

"Pulau Bawean itu bagus ta Gas?"

"Bagus banget Din. Di Bawean alam dan masyarakatnya masih alami. Kamu di bawa ke Bawean, aku yakin pulang pasti sudah sembuh.".

"Aku sehat kog Gas"

"Loro pikir."
(Sakit stress) ejeknya puas.

"Ih... Jahat kamu Gas." tanpa pikir panjang ku toyor kepelanya.

Ia membalas dengan memencet dan menarik hidungku. dan aku suka sekali di perlakukannya seperti itu. Dengan cara seperti itulah Tugas meninggalkan ke-idealisasianya yang kadang membuatku lelah.

Sejenak hujan reda, namun hujan kembali deras mengguyur tepat sesaat kami melewati kampus. Tidak ada pilihan lain selain berteduh di area kampus. Motor yang kami tumpangi ngeluyur begitu saja. Tanpa melalui jukir.

"Ayo, kita berteduh di sekret aquakultur saja. Sepertinya anak-anak masih berkumpul disana."
Tugas menggandengku. Dengan sangat senang hati dan bahagia, ku ikuti setiap langkahnya.

Benar saja, di sekret aquakultur memang masih ada beberapa mahasiswa yang berkumpul tapi aku sama sekali tak mengenal mereka. Atau Tugas tak pernah memperkenalkan mereka padaku. Mereka melihatku dengan pandangan asing. Aku melirik mereka kemudian melirik Tugas. Berharap dari sorot mataku dia tahu apa yang ingin ku katakan.

"Kenalkan namanya Dinda, pacar ku." ia seolah menjawab pertanyaan yang ada di dalam benak kereka.

"Wuisss, akhirnya wisuda kejombloanmu Gas." celetuk salah satu temannya.

Tidak tahukah dia bahwa kami telah menjalin hubungan hampir dua tahun?/tapi statemennya barusan membuatku lega, setidaknya Tugas tidak pernah ketahuan dekat dengan gadis lain.

"Eh, kita duduk kelur dulu ya." pamit Tugas pada teman-temannya.

Ah, syukurlah. Tugas masih bisa membaca pikiranku bahwa aku merasa tidak nyaman.

Sambil menunggu hujan reda, kita duduk berdua di teras sekret. Hujan terasa begitu indah dan mesra. Dan rasa mesra itu merambat ke hati kami. Gejolak cinta dua orang muda yang sedang berkobar.

Tugas mendekatiku, melihatku dengan pandangan yang tidak biasa. Aku takut. Tapi aku malah mendekat. Sungguh aneh sekali. Sebagian dari diriku menolak tapi sebagian yang lain semakin mendorongku untuk mendekat. Jantungku berdebar seperti akan melompat dari tempatnya. Pipiku rasanya panas. Aku seperti terbius oleh sesuatu yang tidak ku ketahui. Sisi antagonis ku mendorongku untuk mendekati Tugas meski sisi yang lain berkata "tidak, jangan lanjutkan". Percuma. Aku justru semakin mendekat. Dan ku tahu Tugas pun merasakan hal yang sama. Debaran jantungnya, rona pipinya, sorot matanya. Dia merasakan hal yang sama.

Wajah kami semakin mendekat satu sama lain. Kulit wajahku dapat merasakan hembusan nafasnya. Ku pejamkan mata untuk menyambutnya.

" pulanglah".

Deg

Aku terkejut, kecewa, malu, sekaligus merasa tertolak. Begitu banyak sesak yang berkecamuk dalam hatiku.

"Pulanglah" pintanya sekali lagi.

"Masih hujan Gas." ucapku.

"Ada jas hujan di sekret. Sebentar aku ambilkan" ia masuk ke dalam ruang sekret. Tak lama ia kembali dengan jas hujan. Kuraih jas hujan tersebut.

"Nanti aku telphon." katanya sambil mengelus-elus kepalaku.

Aku pulang. Sendirian. Di tengah guyuran hujan.

Dalam perjalanan aku masih terus berfikir. Bagaimana bisa Tugas memperlakukanku seperti itu. Meski aku tahu bahwa yang hampir kami lakukan akan menjerumuskan kami, tapi entalah, aku merasa kecewa dan tertolak. Aku kemerasa dia mempermalukanku. Aku kesal. Bersama guyuran hujan air mata ini meleleh.

***

Meskipun aku sedang marah pada Tugas, tapi perasaan marah ini membuatku merindukannya. Aku benar-benar galau. Bagaimana bisa perasaan marah, kecewa, malu, dan rindu beraduk menjadi satu dalam waktu dan hati yang sama. Kupejamkan mata mencoba untuk tidur. nihil. Setiap ku pejamkan mata semakin berat yang ku rasa.

Ku lihat hp, berharap Tugas menelphonku seperti yang dia bilang. Kecewa. Sekali lagi aku berniat untuk tidur, malah tangan ini malah berujung di hp untuk sekedar cek menunggu telphon Tugas. Tidak bisa begini terus. Aku harus mengambil tindakan. Ku deal angka 1 panggilan cepat untuk Tugas, namun ku urungkan sendiri. Gengsi. Aku lelah sendiri dan menangis.

Hp itu berdering

Aku meliriknya. Nada dering heartbeat mengalun-alun. Aku mengangkat hp ku hendak menerima panggilannya namun ku urungkan. Ku lempar hp ku ke kasur. Nada dering heartbeat masih tetap mengalun-alun. Kuambil lagi untuk menerima panggilan. Saat hendak mendeal 'jawab' panggilan telah berakhir.
***

MIMPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang