Bunda

1.5K 123 1
                                    

Tamu tersebut tersenyum. Seorang wanita. Wanita yang punya banyak cerita dengan Kak Jaka dan Kirana. Wanita yang telah lama menghilang. Ya, wanita itu adalah Bunda. Seseorang yang pergi dengan meninggalkan luka dan datang... ah, entahlah, mungkin dia ingin memperburuknya? Atau ingin menyembuhkannya?

Kirana menghambur memeluk Bunda sedangkan Kak Jaka hanya terdiam. Dia terlanjur menutup hati untuk wanita yang dulu dipanggil 'Bunda'. Mawar hanya menepuk-nepuk bahu Kak Jaka.

"Setidaknya, buka sedikit hatimu, sisakan ruang untuk ibumu," Mawar berkata dengan hati-hati.

Kak Jaka hanya menoleh sekilas dan masuk ke kamarnya. Bunda hanya menatap sedih. Menurutnya, dia pantas di begitukan, setelah membuat Kirana dan Jaka menderita. Tatapan Bunda dan Mawar bertemu. Mawar tersenyum, begitupun Bunda.

Kirana mengajak Bunda masuk. Dia juga cukup terkejut ketika melihat Bunda membawa tiga koper berukuran besar. Bunda kembali? Kirana bertanya-tanya.

"Ini temannya Jaka ya?" tanya Bunda setelah melihat tubuh Mawar yang lebih tinggi dari dirinya.

Mawar nampak kebingungan. Mereka hanya kebetulan bertemu dan tiba-tiba menjadi akrab setelah beberapa kejadian dan beberapa hari berhubungan dengan Jaka melalui chat. Kirana yang mengetahui kebingungan Mawar segera membantu.

"Kak Mawar ini temanku sama Kak Jaka. Waktu itu... yah... susah jelasinnya," kata Kirana yang enggan mengingat kembali kejadian-kejadian mengerikan.

Bunda mengelus pipi Mawar, "Makasih ya sayang," mendengar Bunda yang memanggil dirinya dengan kata 'sayang' membuat Mawar merasa benar-benar dianggap dan dihargai. "Cantik," puji Bunda. Pipi Mawar merona.

Bunda memerintahkan kepada Kirana untuk memanggil Kak Jaka. Mereka berkumpul di ruang makan untuk membicarakan sesuatu yang penting.

"Kak..." panggi Kirana diambang pintu. Tampak, Kak Jaka yang sedang duduk diatas kursi sembari melihat keluar.

"Yuk," Kirana langsung menarik tangan Kak Jaka.

Kirana dan Kak Jaka menuruni tangga dan sampai di ruang makan. Kak Jaka menatap Bunda sinis, sementara Bunda tersenyum manis. Senyum yang dulu sangat dia rindukan. Tapi sekarang... semuanya beda.

"Bunda kembali lagi kesini, karena Bunda tahu apa yang menimpa kalian," mata Bunda beralih ke Mawar, "Yang tanpa sadar menarikmu ikut kedalam masalah ini,"

"Tapi, ini semua bukan kebetulan. Masa lalu Mawar juga ada di sini. Begitupun masa lalu Bunda, Kirana begini karena dia istimewa, sementara Jaka adalah tameng yang melindungi Kirana." kata Bunda, tatapan matanya kini serius.

"Bagaimana Bunda tahu, atau jangan-jangan.." Kak Jaka mengerdarkan pandangan.

"Jangan berburuk sangka dulu, dia mendatangi Bunda, dia ada di mimpi-mimpi Bunda, ada wajah kalian juga disana," kata Bunda tegas yang sukses membungkam Kak Jaka.

"Bunda kembali untuk bersama kalian lagi, melindungi kalian dengan sekuat tenaga, dan menebus semua yang dulu telah Bunda lakukan..." helaan napas panjang mengakhiri perkataan Bunda.

Tiba-tiba handphone Mawar berbunyi. Saat membaca nama sang penelpon, wajah Mawar berubah malas. Tapi, akhirnya Mawar mengangkat telepon.

"Halo?"

"..."

"Iya, tunggu,"

"..."

Mawar mendesah, "Tante, Jaka, Kirana, saya pulang dulu ya," kata Mawar.

"Iya, panggilnya Bunda aja lain kali," Bunda tersenyum, begitupun Mawar.

"Dah, Kak Mawar," Kirana melambai, Mawar pun membalas.

Sixth Sense [COMPLETED]Where stories live. Discover now