26. Kesalahan

6.3K 438 39
                                    

Sebenarnya, aku ini apa? Keinginan atau sebuah kesalahan?

●○○○●

Setelah mematut tampilannya di depan cermin, Karen terseyum kecil.

Perfect! Gumam Karen pelan.

Kakinya melangkah ke arah ruang makan, disana hanya menyisakan Kevita yang sedang membersihkan meja makan.

"Yang lain kemana, Ma?"

Kevita menoleh kemudian tersenyum tipis, "Kavi sama Papa udah berangkat. Kamu tumben baru turun, gak kuliah?"

"Hari ini free, Ma."

"Tapi kok penampilannya rapi?" Dahi Kevita berkerut samar, yang dibalas Karen dengan cengiran.

Kevita yang paham maksud putrinya, mengangguk pelan, "mau keluar sama Rafa?"

Anggukan dari Karen membuat Kevita tersenyum, "yaudah. Kamu makan dulu."

●○○○●

Desahan kecewa terlontar dari mulut Karen, Rafa belum juga datang. Padahal, kemarin laki-laki itu menjanjikan untuk datang tepat jam sepuluh. Namun, hingga jarum pendek menunjuk tepat angka dua belas, belum ada tanda-tanda kemunculan Rafa.

Mood yang tadi pagi begitu baik, mendadak rusak drastis. Selalu seperti ini, menunggu yang berakhir pada sebuah kegagalan.

Pikiran yang awalnya berusaha positif, tetap saja berkeliaran pada hal yang berusaha Karen tepis. Hatinya mengatakan jika Rafa pasti memiliki alasan, namun logikanya berseru jika Rafa telah berulang kali melakukan kesalahan seperti ini.

Apalagi, sekarang ia tengah sendirian. Mamanya izin untuk arisan bersama teman-temannya, dan Kavi tentunya belum kembali dari kegiatan sekolahnya.

Karen kembali melihat isi chat yang dikirimkan Rafa tadi pagi. Tatapannya berubah menjadi sendu, bahkan laki-laki yang masih berstatus sebagai kekasihnya itu tak menanyakan kabarnya. Setidaknya basa-basi, tapi itu hanya harapan Karen.

Rafa❤
Aku gak sibuk kok, nanti aku jemput jam 10 ya. See you...

Sebenarnya mau laki-laki itu apa? Karen bingung, jika tak bisa datang kenapa tak mengabarinya? Tak butuh waktu lima menit jika hanya sekedar mengirim chat jika janji kali ini dibatalkan.

Tangannya menggulirkan layar ponselnya, membuka sebuah nomor yang mungkin kali ini bisa menemaninya.

Pada dering pertama, masih belum diangkat. Dan pada dering kedua, panggilan diangkat membuat Karen menghela napas lega.

"Halo..."

"Kenapa ncess?"

"Lo dimana?"

"Emangnya kenapa?"

"Temenin gue beli buku dong, Vid!" rajuk Karen.

"Yahh, gak bisa ncess. Gue bentar lagi ada kuis. Sorry..." nada Vidi menyiratkan rasa bersalah, "maaf ya..."

"..."

"Gini aja deh, sepulang gue kuis gimana? Gue bakal berusaha pulang cepet." Tawar Vidi saat tak mendengar sahutan dari Karen.

"Nggak usah deh, lo pasti capek. Sana belajar, biar nilainya bagus." Bukan tanpa alasan Karen menolak, ia tahu pasti Vidi lelah jika setelah kuliah harus mengantarkan Karen.

"Ya ampun ncess, nggak apa-apa. Gue gak akan langsung sakit cuman karena nganter lo beli buku. Biasanya juga gitu."

"Nggak papa, gue ngajak Alena aja deh."

K H I A N A TWhere stories live. Discover now