+0 [side story] - video call

2.9K 444 51
                                    

tolong dibaca celotehan aku setelah cerita ini, ya!🤗

Happy reading!

---

Minggu ini, Kanaya menghabiskan akhir pekannya bersama orang tuanya di bandung, di rumah Omanya karena kebetulan, Oma Kanaya juga sedang berulang tahun. Ia menginap semalaman disana, dan akan pulang pada hari minggu.

Rasanya baru beberapa jam Kanaya pergi, namun Adriel sudah merindukan gadis itu. Terdengar berlebihan memang.

Adriel menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Di luar, langit sudah gelap. Biasanya ia sekarang berada di balkon dan mendengar celotehan Kanaya, namun tidak untuk hari ini.

Adriel baru akan meraih ponselnya untuk mengirimkan pesan kepada Kanaya saat ponselnya itu berdering.

Boo

Incoming video call...

Adriel tersenyum sebelum menekan tombol hijau.

"Adriel," panggil Kanaya yang justru terdengar merajuk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Adriel," panggil Kanaya yang justru terdengar merajuk.

"Hm?"

"Aku kangen," rengek Kanaya.

"Gue tau."

Kanaya memberengut. "Ih, tuh kan. Jawabannya itu mulu. Bilang kek 'iya, aku juga kangen. Udah makan belom? Istirahat yang cukup disana.' apa kek gitu."

Adriel tersenyum. "Lo tau semua kalimat itu sangat bukan gue, Kanaya."

Kanaya menggembungkan pipinya, tidak lagi menjawab.

"Lo marah?"

"Enggak!"

"Oh gitu. Ya udah, gue matiin ya video call-nya."

Wajah Kanaya berubah panik membuat Adriel menahan senyumnya. "Eh jangan-jangan. Adriel, ih. Yang ngambek siapa yang ngancem siapa," rengek Kanaya. "Disini dingin, tau. Coba kamu disini deh, pasti udah aku..."

"Peluk?" sambung Adriel. Kanaya terkekeh pelan. "Seratus buat kamu!"

Adriel memasang wajah tak terkesan. "Nggak perlu jauh-jauh ke Bandung kalau mau gue peluk," balasnya.

"Eh, gimana-gimana? Lagi dong ngomongnya, sinyalnya tadi jelek," kata Kanaya yang Adriel yakini hanyalah bohong belaka.

"Nggak usah bohong, gue tau lo denger," kata Adriel.

"Dasar gengsian," cibir Kanaya. "By the way, cowok bandung ganteng-ganteng loh, Adriel."

Adriel mendengus. "Mana mau mereka sama lo."

"Pasti mau lah. Siapa coba yang bisa menolak pesona aku? Kamu aja jatuh kok," balas Kanaya sembari menaik-turunkan alisnya; bermaksud membuat cowok itu kesal.

"Nggak usah macem-macem disana," balas Adriel yang sukses membuat Kanaya tersenyum menang. "Ahay, ada yang cemburu, nih."

Tak lama kemudian, suara gaduh yang disebabkan oleh sepupu-sepupu Kanaya terdengar. "Asiiik. Kak Naya lagi telfonan sama siapa tuh?"

"Widih, Kanaya udah punya pacar nggak bilang-bilang, ya."

"Cieeee kak Kanaya. Kenalin dong."

Wajah Kanaya kontan memerah, dan Adriel hanya tertawa kecil menyaksikan itu semua. "Iih, apaan sih. Aku malu, tau."

Beberapa dari mereka berebutan untuk melihat cowok yang sedang ada di layar ponsel Kanaya. "Haloo!"

"Eh, hai kak!"

Adriel tersenyum dan membalas sapaan mereka. "Udah ih. Jangan gangguin aku," balas Kanaya membuat saudara-saudaranya memberengut, namun akhirnya memilih keluar.

Kanaya kemudian mendelik ke arah Adriel. "Jangan genitin saudara aku gitu, dong. Udah tau senyum kamu itu maut."

"Soon to be my family too, boo," balas Adriel membuat rona merah lagi-lagi menjelajahi pipi Kanaya. "Gombal."

"Kapan-kapan gue temenin lo ke Bandung untuk ketemu keluarga lo," kata Adriel.

Kanaya tersenyum. "Janji?"

"I never break my promise, Kanaya." Kemudian cowok itu berucap, "udah malem, lo tidur sana."

"Nyuruh tidur nggak ada romantis-romantisnya sama sekali."

"Nggak usah berlebihan."

"Apanya coba yang lebay dari minta dimanjain pacar sendiri?"

"Sleep, Kanaya."

"Iya, iya. Abis ini aku bobo."

"Kalau gitu gue matiin video call-nya biar lo bisa tidur," kata Adriel.

Walau dengan berat hati, Kanaya pada akhirnya mengangguk dan membiarkan Adriel memutuskan panggilan mereka.

Kanaya mengganti pakaiannya menjadi piyama pastel yang ia bawa. Gadis itu memang selalu menggunakan piyama sebelum tidur karena lebih nyaman dibandingkan menggunakan baju rumahan.

Ia membaringkan tubuhya kasur, lalu menarik selimut sebatas bahu. Kanaya tidur bersama Adel, sepupunya yang duduk di bangku SMP. Namun Adel sendiri belum kembali ke kamar yang mereka tempati.

Saat gadis itu sudah akan memejamkan matanya, ponselnya berdenting sekali, menandakan ada pesan yang masuk.

Kanaya mengetikkan password ponselnya hanya untuk mendapati sebuah pesan manis yang dikirim oleh Adriel.

Adriel💗

Sleep tight, boo. I miss you a lot. Come home soon.

---

retjeh sekali, kan?

jadi aku memutuskan untuk membuat side story karena ada begitu banyak ide yang nyangkut di kepalaku tentang cerita ini, namun nggak bisa aku masukan kedalam cerita karena tidak terkait dengan jalan cerita itu sendiri.

part side story nggak akan sepanjang part yang biasanya, dan juga nggak akan mempengaruhi inti masalah cerita ini.

setiap partnya akan ringan dan mungkin ya... retjeh.

but i think, side story ini akan aku publish saat cerita ini sudah tamat.

yaps, cerita ini mungkin akan tamat disekitar part 40-an. aku juga kurang yakin, tapi nggak akan lebih dari itu kok.

aku belum memutuskan sih side story ini akan aku jadikan sebagai extra chapter saat cerita sudah tamat, atau akan aku publish di sela-sela aku menulis part lainnya.

but yeah, itu urusan belakangan lah ya.

semoga kalian suka, ya!🤗🤗

Tsundere [Completed]Where stories live. Discover now