16. Adiknya?

3.5K 162 17
                                    


"Umi. Nisa ingin kami berpisah umi Nisa tidak bisa mencintai putra umi maafkan Nisa Umi, Nisa bukan istri yang baik untuknya"

Bagaimana mungkin Uminya akan menceraikan mereka sedangkan Wahid mencintai Annisa tulus dan tidak ingin memiliki pernikahan yang untuk ke dua kalinya.

"Umi bisa mengerti perasaan kamu sayang, yang belum bisa menerima Wahid Umi juga sudah tau Nisa apalagi Wahid pilihan Ayah kamukan?"

Abi Wahid yang merasa dirinya tidak berarti pun pergi, karena dia tahu ini adalah masalah hati wanita. Hanya wanita lah yang dapat merasakan hati wanita lainnya, karena mereka sama-sama memiliki hati yang tulus dan mudah merasakan apalagi baperan.

"Maafkan Nisa Umi, tapi Nisa masih ngak bisa". sontak membuat Keyla memeluk Annisa dan menangis.

"Umi berharap kamu bisa menjadi menantu yang abadi di rumah kami bagaimanapun sikap kamu tapi Umi udah sayang sama kamu. Sekarang hapus air mata kamu,  kamu tidak boleh menangis"

"Umi". ucapnya yang menggantung "Makasih ya umi sekarang aku jauh lebih tenang"

"Jangan ucapkan makasih ke Umi itu memang sudah jalan Allah untuk kamu sayang"

Beberapa saat kemudian

"Wahid kemana sayang?"

"Nisa juga ngak tau Umi tadi Nisa ketiduran, waktu Nisa bangun dia sudah tidak ada disini hanya ada surat diatas nakas Umi"

Keyla meraih surat itu dan membacanya

"Jika aku pergi kuharap kamu akan merindukanya".
Wahid

"Maksud Wahid apa?"

"Nisa juga ngak tau Umi"

Sementara diluar ruangan

"Assalamu'alaikum Dokter Abi". ucap Gibran yang lewat dan terhenti akibat melihat Abi Wahid diluar ruangan Annisa

"Wa'alaikumussalam Bran"

"Kok abi diluar ngak masuk?"

"Didalam lagi ada Umi lagi bicara dari hati kehati seriusan"

"Oh jadi gitu Bi"

"Abi. Gibran boleh nanya sesuatu?". ucapnya beralih duduk di samping Abi Wahid. "Apa pernikahan Wahid baik - baik saja?"

"Maksud kamu Bran?"

"Ngak papa bi hanya saja" Pikiran Abi Wahid kini mulai soudzon.

Apa jangan-jangan Gibran menyukai Annisa?

"Abi Gibran boleh bilang sesuatu? tapi abi jangan marah ya"

"Kamu kenapa kok ngak seperti biasanya cara bicaranya. Kamukan sahabat Wahid mana mungkin Abi marah sama kamu Bran". sambil meraih bahu Gibran

"Bi sebenarnya gibran suka Annisa bi Gibran mohon Abi jangan marah ya kitakan sama-sama laki - laki, pasti Abi juga memakluminya kan Bi"

Dilain waktu

Wahid tengah asyik berada di Toko pakaian muslimah wanita. Ia memilih baju gamis syar'i untuk istrinya.

Setulus Cinta WahidWhere stories live. Discover now