19. galau

11.8K 523 7
                                    

"Kenyang," cicit Sabrina meletakkan sendok dan garpunya, dan mengusap pelan perutnya dengan senyuman puas ke arah Sastra.

Sastra menaikkan alisnya, menatap aneh ke arah Sabrina, "Semalem lo gak makan?"

Sabrina menggeleng polos, "enggak."

Sastra hanya memutar bola matanya malas.

Humar yang sedari tadi sibuk mengetik di laptop pun terkekeh geli mendengar percakapan mereka. Walaupun Humar terlihat serius dengan laptopnya, tapi jangan salah sangka kalau ia tak memperhatikan dua manusia yang sedang diantaranya.

"Habis ini kalian mau pada kemana?" Tanya Humar tak lepas pandangan dari laptopnya.

"Gak tau, nurut yang bawa mobil aja," Celetuk Sabrina menaikkan bahunya. Sedikit harapan pada Sastra kalau pria itu akan mengajaknya jalan-jalan.

"pulang." Jawab Sastra singkat.

"No!" Sabrina menolak besar, "ya udah kita duduk-duduk di sini aja."

"Ngapain? Mau jadi gembel lo?" Ketus Sastra tak suka.

"Kalo pulang entar ketauan mama sama papanya kak Sastra lah, gimana sih," jawab Sabrina tak kalah menyolot.

"Ya tinggal gue bilang kalo lo yang ngajak gue bolos," Ucap Sastra enteng.

Sabrina membulatkan mata lebar, "rusak dong imej ku!"

"Emang dasarnya lo pencitraan di depan nyokap bokap kan?" Sastra menyincingkan alisnya.

"Buset dah malah jadi berantem gini," lerai Humar, "lo cowok mulutnya pedes banget juga." Humar menonjok lengan Sastra yang kemudian langsung mendapat tatapan tajam adiknya tersebut.

"Tau nih, Kak Sastra mah suka berubah-ubah, kadang ngeselin, kadang pura-pura tuli, kadang kaya manly. Kaya bunglon," Sabrina berceloteh unek-uneknya. Humar hanya menggeleng heran dengan senyuman manisnya.

Sedangkan Sastra masih dengan wajah datarnya.

"Udahlah, sekali-kali Sabrina lo ajak ke apartment lo." Celetuk Humar kembali berkutip di laptopnya.

Sabrina mengernyitkan alisnya, "apartment?"

Humar menoleh ke arah Sabrina bingung, lalu ia menoleh ke arah Sastra "lo juga ga cerita tentang apartment lo ke Sabrina?"

******

"

Korek mana korek?"

Satu buah korek melayang tepat mengenai dada bidang laki-laki dengan ciri khas tampang lempengnya.

Gio yang sedari tadi menikmati rokoknya hanya duduk santai bersandar di dinding pinggiran rooftop dan sesekali menghembuskannya secara perlahan.

Sedangkan dua makhluk yang ada disampingnya itu sibuk ngemil kacang dan game war nya.

"Gi, lo udah habis berapa sebat?" Tanya Zafar melemparkan pandangannya ke arah Gio.

Gio menoleh, "baru dua. ini yang ketiga"

Zafar menghela nafas kasar, "kita berdua udah berhasil kurang-kurangin nyebat. Lo mau sampai kapan kaya gini?"

Gio diam sejenak, kemudian ia menggeleng kepalanya, "Sampai mati kali."

Adim yang tadinya juga sibuk nyebat dan bermain game itu langsung mendongak ke arah Zafar, "Ini sebat gue yang ketiga dalam minggu ini. Seminggu ini lo udah nyebat berapa kali?"

"Satu kali. itu pun lusa kemarin." Jawab Zafar lempeng.

Memang Zafar dan Adim ini sudah berniat mengurangi kecanduan rokoknya sejak satu bulan lalu. Mereka merasa bahwa semenjak rokok menguasai kesehariannya, mereka menjadi terkesan badboy dan bermasalah di sekolah.

SABRINA & SASTRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang