8. Bangkai Tikus

22.6K 2.2K 400
                                    

"Gimana kalau kita cari tahu siapa peneror-nya?"

• • •

Pagi itu, semua anak-anak kelas X ― Delapan sudah membariskan diri mereka masing-masing dengan rapi di tengah lapangan olahraga Lawden Hall, bersiap untuk melakukan pemanasan. Namun sebelum itu, mereka masih harus menunggu aba-aba dari Pak Troy dulu selaku guru olahraga Lawden Hall.

Lukas berbaris sebelahan dengan Adnan. Di belakang mereka, ada Yudan yang berbaris sebelahan dengan Daniel. Di belakang Yudan, barulah ada Ethan. Entah kenapa Ethan selalu merasa lebih baik jika tidak berbaris bersebelahan dengan teman-teman sekamarnya yang suka mengganggu itu.

"Ngaca mulu lo, Kas!" protes Yudan yang mulai jengah melihat Lukas tidak bosan-bosannya menatap wajahnya sendiri pada pantulan cermin kecil yang selalu dia kantungi ke mana-mana.

"Biarinlah, kaca-kaca gue. Kagak ngutang sama lo!"

Selain kelahi, Lukas juga memiliki hobi lain yang berbeda dari cowok-cowok brandal biasanya. Yaitu bercermin sambil tersenyum-senyum sendiri di hadapan cermin. Cowok itu memang terlalu sadar pesona. Memiliki kepercayaan diri yang meluber ke mana-mana. Lukas bercermin tanpa kenal waktu dan tempat. Dimana pun dan kapan pun. Bahkan terkadang, dia bisa saja menghabiskan waktu sampai dua puluh menit lamanya hanya dengan bercermin.

"Bukan apa-apa, gue kasian sama kacanya, ntar retak kalau kelamaan liat muka lo." Tiba-tiba Daniel ikut menceletuk.

"Nah, itu masalahnya! Baru gue pengen ngomong," seru Yudan menyetujui pernyataan Daniel barusan.

"Ck!" Tidak terima dengan protes Yudan juga ucapan Daniel, seketika Lukas berdecak. Menurunkan cerminnya, memutar tubuhnya menghadap penuh pada dua temannya seraya melempar tatapan dongkol. "Lo berdua kalau emang ngiri sama kegantengan gue bilang aja!"

"Idih, ini anak waktu masih dalem perut emaknya ngidam apa, sih?" tanya Daniel sewot, pada Yudan dengan dagu menggedik ke arah Lukas.

"Tau, muka kayak taplak meja aja belagu!"

"Sembarangan! Mana ada taplak meja yang ganteng kayak gue?" Lukas bertanya seraya menyisir rambutnya ke belakang dengan kelima jemarinya. Menebarkan senyuman yang begitu percaya diri.

Menyaksikan Lukas, Yudan, dan Daniel saling sahut-sahutan, seperti biasa Ethan di belakang hanya bisa menggelengkan-gelengkan kepala, tidak habis pikir dengan tingkah ketiga temannya yang terlihat persis seperti kumpulan bocah berumur lima tahun itu. Namun sepertinya, kelakuan mereka bertiga belum seberapa, dibanding Adnan yang ternyata lebih parah. Sekarang Ethan lihat anak itu sedang senyum-senyum sendiri dengan pandangan mata menerawang jauh. Tidak berbeda sama sekali dengan pasien-pasien rumah sakit jiwa.

Iya, Adnan sampai gila seperti ini karena dia terlalu bahagia. Senyumnya tidak akan pernah bisa berhenti karena bayang-bayang Nasya ketika di ruang musik waktu itu terus saja memutar berulang-ulang dalam ingatannya, karena suara lembut Nasya yang pertama kali dia dengar terus saja mendengung di telinganya, karena tatapan mata emerald Nasya yang datar namun menghangatkan itu selalu saja berseri di kepalanya. Ah, jika seperti ini terus, yang ada Adnan bisa benar-benar gila!

"Sudah bisa tenang semuanya?" Suara Pak Troy yang baru saja datang seketika mampu membungkam kegaduhan yang tercipta dari segala arah. Bahkan Lukas, Yudan, dan Daniel yang semula ribut akan hal tidak penting itu pun langsung diam dan berbaris rapi. "Baik, anak-anak, sebelum kita mulai pemanasan, biar Bapak absen dulu, yo," sambung beliau tanpa menghilangkan ketebalan logat Jawa-nya.

Pria pemilik nama lengkap Troy Soedibyo itu merupakan salah satu guru olahraga di Lawden Hall. Perawakannya tidak beda jauh dengan Agung Herkules. Namun tetap lebih tampan Pak Troy. Badannya tinggi, besar, berotot. Kulitnya eksotis, mungkin karena beliau sering mendapat jam olahraga di tengah hari bolong. Cuma bedanya, jika Agung Herkules memiliki rambut yang gondrong menutupi telinga, sedangkan Pak Troy memiliki potongan rambut yang rapi sesuai dengan standarisasi guru-guru di Lawden Hall.

Emerald Eyes 1&2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang