🍸14

21K 2.1K 735
                                    

Matahari belum naik sepenuhnya kepermukaan. Udara dingin pun masih saja terasa menusuk kulit di pukul 05.31 pagi ini.

Tetapi Jungkook sudah betah menempatkan dirinya diambang pintu halaman belakang, memperhatikan seseorang yang tengah duduk dipinggir kolam ikan.

Seokjin.

Sesekali Seokjin melemparkan makanan ikannya, menebarnya hingga ikan-ikan hias itu muncul kepermukaan untuk meraih sarapan mereka yang mengapung dipermukaan air.

Hanya suara kecipak dari ikan-ikan yang berdesakan karena berebut makanan, juga suara gemericik dari air mancur buatan disana yang mengisi pendengaran Jungkook dan juga Seokjin.

Jungkook hanya terus menatap Seokjin dari posisinya tanpa melakukan apapun. Memangnya apa yang ia harapkan? Berharap Seokjin akan tersenyum ke arahnya, memanggil namanya, dan menyuruhnya menghampirinya untuk melakukan aktifitas bersama? Begitu?

Jangan bermimpi!

Kau bukanlah siapa-siapa untuknya, Jung!

Maka Jungkook berbalik, hendak meninggalkan tempat itu sebelum sebuah suara terdengar dari belakang sana.

"Hei, nak! Jungkook-ie? Kau kah itu?"

Eh?

Jungkook terdiam, masih membelakangi. Berusaha mencerna apa yang terjadi saat ini.

Apa tadi Seokjin baru saja memanggilnya?

Jungkook berbalik, menghadap ke arah Seokjin dan mendapati ayahnya itu sedang tersenyum hangat padanya.

"Kemarilah, nak!" seru Seokjin, agak keras karena jarak antara pintu dengan kolam ikan yang lumayan jauh.

Maka Jungkook mengayunkan tungkainya, melangkah menghampiri Seokjin dengan dada yang bergemuruh.

"Sejak kapan kau berdiri disana?"

Itu adalah pertanyaan pertama dari Seokjin ketika Jungkook sampai dan duduk disisinya.

"Eung," Jungkook memegang tengkuknya. "Mungkin sekitar dua menit." ucapnya, berbohong. Padahal ia sudah berdiri diambang pintu itu selama kurang lebih lima belas menit.

"Apa kau mencari sesuatu?"

Jungkook menggeleng. "Tidak. Aku hanya sedang berjalan-jalan saja."

Seokjin mengangguk-anggukan kepalanya. "Kalau begitu temani aku, ya. Ikan-ikan ini harus mendapatkan jatah sarapan mereka. Jika tidak, biasanya mereka akan bertengkar saat kelaparan."

Jungkook terkekeh kecil mendengar lelucon yang sebenarnya tidak lucu itu. "Baiklah." jawabnya sembari meraih kotak berisi makanan ikan kemudian meraupnya.

Tidak seperti Seokjin yang melemparkan makanan-makanan itu hingga membuatnya tersebar rata, Jungkook justru memasukkan kepalan tangan kanannya ke dalam kolam tersebut. Barulah setelah itu ia membuka kepalannya, membiarkan ikan-ikan cantik itu datang dan menyerbu sarapannya yang berada pada telapak tangan Jungkook.

Pemuda itu tersenyum senang. Geli sekali saat merasakan ikan-ikan itu mencaplok makanannya dengan lahap.

Seokjin ikut tersenyum disana. Jungkook terlihat bahagia hanya dengan memberi makan ikan. Sesederhana itu. Lantas apa yang membuatnya nekat untuk melakukan percobaan bunuh diri seperti yang diceritakan Irene? Apakah Jungkook memang tidak pernah merasa sebahagia ini? Seokjin bertanya-tanya dalam hati.

Menatap kontur wajah yang sepertinya sudah tak asing lagi dipenglihatannya, Seokjin baru sadar jika Jungkook memiliki senyuman yang mirip sekali dengan seseorang.

desire | lizkook✔Where stories live. Discover now